Lisa baru selesai rapat dengan Star Entertainment, sebuah agensi periklanan yang berada di bawah naungan MM Corp, perusahaan milik suaminya, dimana suaminya sekarang juga menemaninya untuk rapat disana. Dia sudah membuat pabrik parfum miliknya di Indonesia dan ingin mengiklankan produk itu dan dia memilih anak perusahaan milik suaminya yang ada di bidang periklanan.
Dia berjalan keluar dari gedung Star Entertainment bersama dengan Jackson, suaminya. Mereka berniat pulang dan bermain dengan kedua balita mereka. Di dalam mobil, Lisa membuka ponselnya dan melihat beberapa pesan yang belum dia baca karena tadi sedang rapat.
Dia membuka pesan dari Alex dan alisnya terangkat sebelah saat melihat permintaan tidak biasa dari kakak kembarnya itu, yang dikirim di jam dua dini hari.
‘Lis, tolong bantu pastikan kalau Ibu dari Ellena Graciella mendapatkan perawatan terbaik untuk penyakitnya.’
Siapa Ellena Graciella?
Selama ini Alex tidak pernah memintanya mencari informasi tentang orang yang tinggal di Jakarta, dan sekarang tiba-tiba Alex menyuruhnya mengurusi Ibu orang lain? Tanpa ada informasi apapun tentang siapa itu Ellena Graciella? Apa hubungan wanita itu dengan Alex? Lalu, dia harus mencari kemana wanita ini dan Ibunya?
Mungkinkah Alex lagi mabuk sampai ngaco begini?
Lisa melihat jam yang melingkar di tangannya, yang menunjukkan jam empat sore, berarti di New York sekarang baru jam empat pagi, tidak mungkin dia menghubungi Alex sekarang untuk meminta penjelasan.
Tapi dia penasaran, dia merasa kalau nama Ellena Graciella itu sepertinya pernah dia dengar, tapi dia tidak ingat dimana?
“Ada apa?” tanya Jackson saat melihat Lisa mengerutkan alisnya.
“Alex memintaku tolong hal aneh padaku,” kata Lisa sambil membuka laman pencarian di internet untuk melihat seperti apa wanita yang bernama Ellena Graciella itu? Jackson yang penasaran, melihat nama yang ditulis Lisa di laman pencarian itu dan dia mengangkat sebelah alisnya saat mengenali nama itu.
“Ellena Graciella itu pernah berada di bawah naungan Star Entertainment. Dia pernah membintangi sebuah film horor yang sangat sukses. Namun setelah itu, dia tersandung kasus n*****a dan kontrak kerjanya diputus sepihak dari kita,” jawab Jackson dan dia tiba-tiba dia terdiam karena teringat sesuatu, begitu juga Lisa yang sudah melihat foto wanita itu di ponselnya.
“Wanita tadi!” seru mereka bersamaan.
“Sepertinya dia mengenalimu karena kau mirip dengan Alex,” kata Jackson.
“Mungkin karena melihatku tadi, dia mencari Alex,” kata Lisa menyetujui.
“Jadi sekarang kita harus mencari dimana Ibu Ellena Graciella dirawat?" Tanya Jackson.
“Sepertinya begitu. Nanti aku akan bertanya pada Alex dulu dimana bisa menemukan wanita ini,” tanya Lisa.
“Mungkin aku bisa minta orang untuk mencari data wanita itu di Star Entertainment. Apa wanita itu pacar Alex?” tanya Jackson penasaran.
“Alex sudah lama tidak punya pacar atau teman tidur. Semenjak kita menikah, dia menjadi orang yang sangat rajin kerja dan gak doyan wanita lagi,” jawab Lisa dan Jackson tertawa. Lisa tetaplah Lisa, walau casingnya sekarang wanita, bahasa ala lakinya masih sering mendominasi percakapan mereka.
“Jadi, mau aku mintakan data Ellena Graciella?” tanya Jackson. Walau tadi mereka bertemu, tapi mereka kan tidak tahu apapun tentang Ellena Graciella.
“Tunggu Alex bangun sajalah. Paling lama jam tujuh juga dia sudah telepon lagi.” jawab Lisa malas berpikir, jadi dia hanya mengirim pesan balasan pada Alex, menanyakan dimana rumah sakit tempat Ibu Ellena Graciella dirawat.
****
Ellena dan Alya sedang menemani Ibunya yang dipindahkan ke ruang perawatan kelas dua. Awalnya Ellena ingin memindahkannya ruang perawatan ke kelas satu, tapi Ibunya menolak karena takut biaya rumah sakit akan semakin mahal.
Setelah berdebat panjang, akhirnya sang Ibu berhasil dibujuk untuk pindah ke kelas dua. Setidaknya, di kelas dua ini, satu kamar ada empat ranjang dan hanya dua yang terisi, jadi Ibunya bisa lebih nyaman dan tidak berisik.
Ellena menjawab jujur dari mana uang itu dia dapatkan, tapi dia tidak menyebutkan kalau Alex memberinya dua milyar, bukan satu milyar.
Maudy, Ibu Ellena, dan Alya, sudah pernah mendengar Ellena menceritakan tentang Alex, pria yang ditolong putrinya itu saat sedang syuting film horor di sebuah mansion di atas gunung, jadi dia mempercayai perkataan Ellena.
“Tapi, sebenarnya siapa Alex ini? Maksud Ibu, apa pekerjaannya hingga dia mau meminjamkan kita uang yang begitu banyak? Jangan sampai kita membuatnya miskin hanya karena dia mau balas budi,” tanya Maudy khawatir.
“Eh, Ellena tidak tanya,” jawab Ellen jujur. Lalu dia membuka salah satu aplikasi media sosial dan menuliskan nama lengkap Alex yang sudah dia hafal diluar kepala. Dia langsung mengenali wajah Alex yang ternyata bertambah tampan.
Akun itu tidak dikunci, jadi Ellen bisa melihat foto dan video yang dibagikan Alex disana, dimana juga ada foto Alex bersama dengan wanita yang ditemuinya tadi siang dan dua bayi. Dia terpesona pada wajah Alex yang tampan dan terus melihat foto-foto dan video disana.
“Kak, dia direktur keuangan Permana Group!” seru Alya dengan suara stereo karena terlalu terkejut. Saat Ellena lupa pada tujuannya semula karena terpesona pada foto dan video yang dibagikan Alex, Alya mencari biodata pria itu di laman pencarian, setelah mengintip dari nama pria itu dari akun medsos yang lagi dibuka kakaknya.
“Permana Group?” tanya Ellen dan Maudy. Alya langsung menunjukkan layar ponselnya dan disana Ellen juga melihatnya, mata mereka terbelalak saat melihat betapa besar perusahaan itu. Ellena lalu kembali melihat akun media sosial Alex dan baru menyadari kalau semua kalimat dan caption disana menggunakan bahasa Inggris. Dia lalu mencari tahu dan melihat kalau di akun itu tertulis kalau posisinya berada di New York, Amerika.
“Pantas saja dia begitu mudah memberikanmu pinjaman. Syukurlah kita bertemu dengan orang kaya yang baik!” seru Alya semangat.
“Kau harus ingat budi baik dia,” kata Maudy mengingatkan Ellena.
“Tentu saja, Bu. Ibu juga harus semangat agar cepat sembuh.” jawab Ellena menyemangati Ibunya dan Maudy tersenyum. Dalam hati dia merasa sedih karena mereka harus berhutang banyak pada orang, tapi dia tidak mau menunjukkannya di depan kedua putrinya. Dia harus segera sembuh agar bisa membantu kedua putrinya untuk membayar hutang.
Ellena pamit dari sana saat Suster datang dan mengatakan kalau Dokter Hadi sudah selesai praktek dan ingin berbicara dengannya mengenai operasi yang akan dilakukan untuk Maudy besok pagi.
Ellena tidak dapat menahan air mata leganya saat mendengar Dokter Hadi mengatakan kalau persentase keberhasilan operasi besok sebesar delapan puluh persen, beban mentalnya sekarang berkurang banyak.
Setelah keluar dari ruang Dokter Hadi, Ellena sebenarnya berniat untuk kembali ke kamar perawatan Maudy, tapi dia merasa agak lapar. Dia baru menyadari kalau dia belum makan sejak siang dan memang sejak tadi tidak merasa lapar sama sekali. Mungkin karena sekarang masalahnya sudah selesai, perutnya baru bisa merasa lapar.
Dia lalu berjalan ke kantin rumah sakit, berniat makan disana dan kemudian membeli makanan dan membawakannya untuk Alya, dia khawatir Alya juga lupa untuk makan sejak tadi. Dia lalu memesan nasi dan ayam bakar untuknya makan, lalu memesan satu porsi lagi untuk dibungkus.
Dia kembali membuka ponselnya saat menunggu makanannya datang, berniat membalas pesan-pesan di toko onlinenya. Sejak tiba di rumah sakit, dia tidak sempat membuka ponselnya lagi karena sibuk mengurus pembayaran untuk operasi Maudy besok, membujuk sang Ibu untuk pindah kamar dan setelahnya menunggu proses pindah kamarnya. Dia baru memegang ponsel lagi saat ingin mencari tahu tentang Alex dan setelahnya, dia dipanggil Dokter Hadi.
Ting
Ellen langsung membuka pesan yang baru saja masuk, dimana pesan itu dikirimkan oleh Alex.
‘Ibumu dirawat di rumah sakit mana?'
‘Siapa namanya?’
Dia lalu melihat pesan Alex yang sebelumnya, yang belum dia baca juga.
‘Aku suamimu, jadi kau harus menurut padaku. Kau tidak boleh bekerja!’
Ellen mengerjap beberapa kali saat membaca pesan itu. Karena takut salah lihat, dia membaca sampai berkali-kali, lalu dia tersenyum geli saat menyadari kalau Alex masih menganggapnya sebagai Ellen si kuntilanak. Dia lalu membalas pesan itu dengan gaya istri penurut.
‘Baik, suamiku,’
‘Ibu mertuamu bernama Maudy Lusiana, dia dirawat di Volle Hospital Semanggi. Besok pagi Ibu akan dioperasi,’
Ellen kembali terkikik setelah mengirimkan pesan itu sambil berpikir berapa lama lagi Alex akan menyadari kalau dia ini manusia hidup?
Dia teringat kalau Alex tinggal di New York, pantas saja Alex tidak tahu kalau dia adalah kunti kawe. Dia seketika merasa lega, jika Alex tidak tahu kalau dia kunti kawe, berarti Alex juga tidak tahu kalau dia pernah terjerat kasus n*****a.
Saat itu, filmnya sangat sukses dan dia menjadi terkenal, apalagi tidak lama setelah itu, dia terjerat kasus n*****a, namanya terus dibicarakan di media nasional selama berbulan-bulan.
Semua itu adalah masa kelam di hidupnya, tapi dia bersyukur Alex tidak tahu, setidaknya pria itu tidak menganggapnya sebagai wanita buruk. Dia pasti akan sangat sedih jika Alex melihatnya dengan tatapan merendahkan, seperti pandangan orang-orang padanya selama ini.
Sebuah pesan kembali masuk dan Ellena tersenyum saat membacanya. Dia benar-benar bersyukur bisa bertemu dengan orang baik seperti Alex.
‘Baik. Semoga operasi Ibu berjalan dengan lancar,’
‘Terima kasih,’ balas Ellena. Dia kembali tertawa saat menyadari kalau Alex juga memanggil Ibunya dengan sebutan 'Ibu', bukan 'Ibumu'.
****