PROLOG

813 Words
Alex mengumpat dalam hati saat kain yang menutup kepalanya dibuka, dia melihat empat orang yang menggunakan topeng dari kain yang menutupi semua wajah mereka kecuali bagian mata. Tubuhnya yang terikat dan mulutnya yang tersumpal membuatnya tidak berdaya saat salah satu dari mereka mengambil foto dan video dirinya menggunakan ponselnya sendiri. Dia melihat ke sekeliling dimana sekarang mereka berada di tengah hutan, mana sudah gelap lagi, cahaya hanya menyorot dari lampu mobil dan senter yang dipegang mereka. Bagaimana cara dia melarikan diri dari para penjahat di depannya ini? “Apa yang akan kita lakukan padanya sekarang?” tanya salah satu penculiknya. “Tinggalkan saja dia disini, nanti juga mati sendiri. Bos hanya menyuruh kita untuk menjadikan dia pancingan untuk mendapatkan adiknya dan tidak membawanya ke tempat pertemuan,” jawab pria yang baru saja memotret Alex dan sekarang sedang mengambil video Alex yang sedang berusaha melepaskan diri. Tubuh Alex langsung menegang saat mendengar perkataan pria itu. Berarti target mereka adalah Lisa! “Enggghh!” Alex berusaha berontak. Dia berniat mengajak mereka bernegosiasi. Dia bisa menawarkan banyak uang agar para pria itu membatalkan rencananya. “Lebih baik kita bereskan dia sekarang juga. Jangan mengambil resiko dia merusak rencana kita.” kata yang lain. “Memang kau bawa peralatannya?” tanya pria itu. “Tentu saja. Aku selalu menyiapkan perlengkapan ‘itu’ saat kita mau menculik orang,” kata temannya itu. “Hm, betul juga. Kita kubur saja dia disini,” kata pria itu. “Bagaimana kalau kuburnya di halaman rumah itu? Tidak akan ada orang yang akan memeriksa rumah tua itu. Kalau disini takutnya bau busuknya nanti akan tercium oleh orang yang tidak sengaja lewat.” tunjuk temannya pada sebuah mansion tua yang sudah terbengkalai, tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. “Ya sudah. Ayo kita bawa dia kesana,” pria itu menyetujui rencana temannya. Dia menyuruh kedua temannya untuk menyeret Alex yang masih berusaha bicara dengan mulut tersumpal. Kreettt Bunyi aus dari pintu pagar digeser membuat suasana disana semakin angker, mereka memperhatikan sekeliling dengan awas, memastikan kalau tidak ada orang di rumah tua itu. “Ayo cepat, disini suram sekali!” kata salah satu dari mereka yang mulai merasa takut dengan suasana disana. “Iya. Cepat selesaikan semua ini. Disini seram,” kata yang lainnya, yang tadi melirik pintu rumah mansion itu, yang tadi terlihat sepertinya bergoyang. “Baguslah, jadi tidak akan ada yang kesini. Kubur di dekat pohon itu saja,” kata si pemimpin gerombolan itu sambil menunjuk sebuah pohon beringin tua, dimana sebagian akarnya sudah mencuat keluar dari tanah, “I-itu pohonnya terlihat angker,” kata pria yang tadi melihat pintu bergerak. Dia sudah mulai membayangkan ada setan, kuntilanak, pocong dan teman-teman lainnya yang bernaung di atas pohon itu. “Sudah, jangan pikir macam-macam, kubur dia secepatnya dan kita bisa segera pergi dari sini.” kata si pemimpin. “Baik!” seru yang lainnya yang juga memang ingin segera pergi dari sini. Mereka langsung mengeluarkan cangkul dan alat lainnya yang sudah mereka siapkan dari tadi. Alex berusaha berontak saat kakinya sekarang diikat juga, dia sudah seperti ulat yang bergerak-gerak di tanah. Dia ketakutan setengah mati saat memikirkan dirinya akan dikubur hidup-hidup dan setelahnya jasadnya tidak akan ditemukan entah sampai kapan. Apakah akhir hidupnya akan semengenaskan ini? “Hihihihi …” Mereka semua terdiam dan bergidik saat mendengar suara tawa wanita yang begitu jelas di kesunyian malam seperti ini. Mereka saling melirik satu dengan yang lain tanpa berani bergerak sama sekali, memastikan teman mereka mendengar suara yang mereka dengan barusan. “Hihihihi …” Suara itu kembali terdengar dan terdengar semakin keras di telinga mereka, yang membuat mereka semua semakin ketakutan, sudah tidak ada yang menggali lagi. Ka-kau dengar su-suara itu?” tanya salah seorang dari mereka dan yang lain hanya mengangguk, tapi tidak ada yang berani menoleh ke arah asal suara, yaitu di belakang mereka. Lalu bertiuplah angin yang membuat tubuh mereka semakin bergidik. Si pemimpin penculik itu akhirnya memberanikan diri menoleh dan langsung menjerit saat melihat sosok yang berdiri tidak sampai dua meter di belakangnya. “KUNTILANAK!” jeritnya saat melihat wanita dengan daster putih panjang, wajah pucat dengan lingkaran hitam di matanya, ditambah rambut hitam legam panjang yang menutupi sebagian wajah wanita itu. “Hihihihi … Akhirnya suamiku datang menjemputku …” kata sang kuntilanak sambil mengulurkan tangannya sambil terus mendekat pada mereka. “Kau membawakan suami untuk teman-temanku juga ternyata. Hihihihi …” lanjut sang kuntilanak dan keempat pria yang masih berdiri itu langsung melihat ke arah belakang sang kuntilanak dan melihat ada bayangan putih yang mengintip dari dalam jendela rumah. “LARI!” Jerit salah satu dari penculik itu sambil berlari ke arah pintu keluar, begitu juga dengan ketiga temannya yang juga langsung ikut berlari saat mendengar seruan temannya itu. Sekarang hanya tinggal Alex yang menatap horor pada kuntilanak yang sebelumnya berbalik dan terlihat berniat mengejar para penculiknya tadi. Dan perlahan kuntilanak itu menoleh padanya dan menyeringai. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD