“Hihihihi … masih ada satu,” kata kuntilanak itu sambil mendekat pada Alex yang gemetaran.
“Eh calon suamiku malah yang paling ganteng, euy. Hihihihi …” kata si kuntilanak. Padahal dia bahkan tidak bisa melihat wajah pria-pria yang tadi lari karena mereka semua menggunakan penutup wajah.
Alex terus membaca doa dalam hati sambil menatap waspada pada kuntilanak yang sepertinya bersikap genit dengan menggoyangkan kedua bahunya seperti gadis malu-malu, yang malah terlihat semakin menakutkan untuknya. Sekarang dia malah takut diperkosa si kuntilanak!
Bunyi deru mesin mobil terdengar di keheningan malam. Sepertinya para penculiknya sudah kembali ke mobil dan melarikan diri. Perlahan deru mobil itu menghilang dan suasana kembali hening dan angker bagi Alex.
Alex berjengit saat si kuntilanak kembali mendekat dan mengulurkan tangan, jika saja dia tidak diikat sampai seperti pocong begini, dia pasti sudah menusukkan kalung salib yang dia gunakan di kepala si kuntilanak, atau di jantung mungkin lebih afdol. Eh, itu cara membunuh drakula, ya?
“Berhenti bergerak, ganteng. Aku tidak bisa melepaskan sumpalan mulutmu. Hihihihi …” kata si kuntilanak dan Alex berhenti bergerak. Setidaknya dia tidak langsung dibunuh, tahu saja dia bisa bernegosiasi dengan si kuntilanak setelah sumpalan mulutnya dilepas.
“Hihihi … tambah ganteng calon suamiku. Hihihi …” kuntilanak itu kembali berkata dengan genit setelah melepas sumpalan di mulut Alex dan melihat wajah tampan dan terawat Alex.
“Terima kasih. Bisa tolong sekalian bukakan ikatan di badanku?” pinta Alex dan si kuntilanak memiringkan kepalanya sambil menatap serius pada Alex. Kedua bola mata hitam yang besar milik kuntilanak itu menatap serius pada Alex yang merinding. Wajah miring dengan bola mata hitam besar, ditambah lingkaran hitam yang mengelilingi mata si kuntilanak mirip dengan lubang kelam tak berdasar.
“Nanti kamu kabur seperti teman-temanmu,” kata si kuntilanak.
“Bagaimana aku kabur kalau aku tidak tahu ini dimana dan aku tidak punya kendaraan. Mereka pergi dengan mobil yang mereka bawa datang tadi saat menculikku,” jawab Alex cepat.
“Betul juga. Ya udah, deh. Hihihi …” kata si kuntilanak senang. Dia lalu membuka tali yang mengikat tangan dan kaki Alex.
“Sudah! Hihihi …” seru si kuntilanak setelah hampir sepuluh menit bergelut untuk membuka ikatan tali dengan simpul sulit itu.
“Terima kasih,” kata Alex sopan.
“Sama-sama, ganteng. Hihihi …” kata si kuntilanak dengan nada malu-malu kunti.
Keheningan melanda saat Alex dan si kuntilanak hanya diam dengan pikiran masing-masing. Di pikiran Alex adalah bagaimana caranya dia bisa menyelamatkan adik perempuannya tepat waktu, sedangkan si kuntilanak memikirkan cara membuat pria di depannya ini mau menikah dengannya secara sukarela.
“Ng.., Mba Kunti,” panggil Alex sopan dan kuntilanak itu menoleh. Hanya kuntilanak di depannya ini yang sekarang bisa membantunya, jadi lebih baik dia coba saja.
“Bisakah kau membantuku lagi.” pinta Alex.
“Bantu apa? Hihihi …” tanya kuntilanak senang.
“Bisakah kau membantuku keluar dari hutan ini? Aku harus menyelamatkan adik perempuanku dari orang-orang tadi.” kata Alex dan kuntilanak itu langsung cemberut.
“Aku janji akan kembali lagi setelah memastikan adikku selamat.” lanjut Alex cepat. Dia akan bernegosiasi untuk nyawanya nanti, sekarang yang lebih penting adalah menyelamatkan Lisa. Orang-orang itu pasti akan menggunakan ponselnya untuk menjebak Lisa.
“Apa imbalannya?” tanya si kuntilanak serius.
“Apapun yang kau inginkan,” jawab Alex cepat.
“Hihihi … Ayo kita buat perjanjiannya,” kata si kuntilanak senang, lalu dia bersiul yang membuat Alex terkejut. Tidak lama datanglah genderuwo yang tubuhnya hitam semua.
“Ambilkan kertas dan pena untuk membuat surat perjanjian.” perintah si kuntilanak dan si genderuwo itu kembali masuk ke dalam rumah. Sedangkan, kuntilanak itu sekarang tersenyum-senyum genit sambil terus memperhatikan Alex dengan terang-terangan. Tidak lama kemudian, si genderuwo sudah kembali sambil membawa barang yang diminta si kuntilanak.
“Kau sudah tidak bisa merubah keputusanmu lagi. Hihihihi!” kata si kuntilanak sambil menerima kertas dan pena dari si genderuwo yang sudah kembali, dia lalu mengulurkan kertas dan pena itu pada Alex.
“Sekarang tulis disana!” perintah si kuntilanak.
“Tulis apa?” Alex bertanya.
“Tulis namamu, usiamu dan alamatmu. Lalu tulis kalau kau akan menjadi suamiku setelah aku membantumu menyelamatkan adikmu, hihihihi!” jawab Ellen yang kembali tertawa
“Apa?!” pekik Alex syok.
“Kau sangat tampan. Aku ingin kau menjadi suamiku. Hihihihi!” jawab kuntilanak di depannya sambil tertawa yang terdengar mengerikan di telinga Alex, apalagi penampakan wanita itu sendiri sudah sangat menyeramkan.
“Maaf, Mbak Kunti, bukannya saya ingin menolak~” kata Alex hati-hati.
“Ellen,” potong si kuntilanak.
“Eh, apa?”
“Namaku, Ellen,”
“Oh, iya, salam kenal Mbak Ellen. Namaku, Alex. Begini, Mbak Ellen, bukan saya ingin menolak permintaanmu, tapi dunia kita berbeda, jadi kita tidak mungkin menikah,” kata Alex mencoba memberi pengertian pada Ellen.
“Betul juga. Kalau begitu, aku akan menunggumu mati. Hihihihi!” jawab Ellen sambil tertawa lagi.
“Kau mau membunuhku?” tanya Alex ngeri.
“Aku bilang, aku akan menunggumu mati, bukan membunuhmu. Tapi aku akan membunuhmu, jika kau berani selingkuh saat kau masih hidup! Hihihihi!” koreksi Ellen dengan nada mengancam.
Tubuh Alex menegang, sudah pasti dia belum ingin mati. Usianya baru dua puluh tiga tahun dan dia sehat walafiat, sudah dibuktikan dengan hasil medical checkupnya setiap tahun.
“Bisakah kau minta yang lain saja, Ellen?” tawar Alex.
“Memang kau bisa memberikan apa padaku?” tanya Ellen dan Alex terdiam. Nah, kan, bingung. Walau uangnya sangat banyak, tapi Ellen sudah mati, jadi uangnya memang tidak berguna untuk wanita itu.
“Bukankah kau mau menyelamatkan adikmu? Tidak takut terlambat? Hihihihi!” tanya Ellen.
“Kau benar. Baiklah, aku setuju. Yang penting kau harus membantuku keluar dari sini segera, agar aku bisa menyelamatkan adikku!!” kata Alex memantapkan pilihannya.
“Tapi bagaimana kau membawaku keluar dari sini?” tanya Alex yang masih memiliki logika. Jangan sampai dia sudah menyerahkan dirinya pada kuntilanak ini, dia tetap tidak bisa menyelamatkan Lisa.
“Ponsel!” perintah Ellen dan genderuwo di belakangnya langsung mengulurkan sebuah ponsel pintar keluaran lama yang sudah usang.
“Tidak perlu keluar dari sini. Dengan ponsel ini, kau bisa menghubungi adikmu, selama ponsel dia aktif. Hihihihi!” kata Ellen sambil mengulurkan ponsel itu.
“Memangnya bisa telepon orang hidup dari ponsel itu?” tanya Alex bingung. Melihat kuntilanak pegang ponsel saja sudah aneh, dan sekarang si kuntilanak bilang kalau mereka bisa teleponan, apa ada hal yang lebih aneh dari ini?
“Kami bisa menelepon kalian, kalian yang tidak bisa menelpon kami. Hebat, kan. Hihihihi!” jawab Ellen bangga.
“Kau tidak bohong?” tanya Alex penuh harap.
“Tentu saja tidak. Cepat tulis surat perjanjian itu!” perintah Ellen dan dengan setengah terpaksa, Alex menulis sesuai dengan perintah Ellen.
“Apakah ini cukup?” tanya Alex sambil mengulurkan kertas yang sudah dia tulis dan Ellen mengambilnya untuk diperiksa.
“Namaku, Ellena Graciella. Hihihihi!” kata Ellen sambil mengembalikan kertas itu dan Alex mengambilnya untuk menambahkan nama Ellen secara lengkap. Karena sedang sibuk memperbaiki suratnya, Alex tidak menyadari kalau Ellen dan Genderuwo di belakangnya, menatap penasaran padanya.
“Sudah,” kata Alex sambil menyerahkan kembali kertas itu dan Ellen memeriksanya lagi.
Surat Perjanjian
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Alexander Putra Permana.
Usia : 23 tahun
Alamat : Kemang Raya 208. Jakarta Selatan.
Dengan ini menyatakan kalau setelah saya mati, saya akan menikahi Ellena Graciella.
Surat perjanjian itu diakhiri dengan tanda tangan dari Alex.
“Oke. tinggal bubuhkan darahmu disini,” kata Ellen sambil menunjuk tanda tangan Alex.
“Darah?” seru Alex ngeri.
“Ya. Di duniaku itu tidak pakai meterai, adanya darah untuk menyegel sebuah perjanjian.
Dengan terpaksa, Alex menggigit jarinya agar darah keluar dari sana dan menekankan jari yang terluka itu di atas tanda tangannya.
“Sudah,” kata Alex kembali menyerahkan surat perjanjian itu untuk ketiga kalinya.
“Kau ingat nomor ponsel adikmu, kan?” kata Ellen sambil menyerahkan ponselnya setelah dia memeriksa surat itu dan menyerahkannya pada si genderuwo.
“Tentu saja,” jawab Alex dan dia langsung menyalakan ponsel itu. Di layar muncul foto seorang gadis cantik yang sedang tersenyum manis menatap layar. Alex tertegun sebentar memandang layar ponsel di hadapannya, dia seperti tersihir oleh wajah gadis itu yang tampak seperti malaikat.
“Ini kamu?” tanya Alex sambil menoleh pada Ellen.
“Iya. Cantik, kan.” kata Ellen sambil balas memperhatikan Alex, menunggu reaksi pria itu setelah melihat fotonya.
“Ya, kau cantik. Sayang kau sudah mati. Kalau masih hidup, aku tidak masalah untuk menikahimu dari sekarang,” kata Alex tertawa, lalu dia mulai menekan nomor ponsel adiknya. Dia tidak menyadari kalau wajah Ellen sekarang tidak sepucat tadi, ada rona merah muda menghiasi wajah itu. Begitu juga si genderuwo yang menatap tidak percaya pada Alex.
“Sial!” maki Alex saat telponnya tidak diangkat-angkat oleh sang Adik.
“Ini benar bisa nyambung? Kenapa tidak diangkat-angkat?” tanya Alex panik.
“Ng. Coba kau kirim pesan dulu. Tahu saja dia tidak mau menerima panggilan dari orang tidak dikenal,” saran Ellen dan Alex langsung melakukan hal itu. Dia membombardir ponsel sang adik dengan pesan darinya. Setelah merasa cukup banyak pesan yang menjelaskan jati dirinya dan melihat kalau Lisa membaca pesannya, dia kembali menelpon sang adik.
“Lisa!” seru Alex saat teleponnya diangkat.
****