Baper

1023 Words
Rayza baru saja mengganti celana santainya dengan celana jeans. Dia mengambil sebuah paper bag lalu membukanya. Isinya adalah gaun hitam yang digunakan Qiran saat pertama kali bertemu dengannya. Gaun itu baru saja selesai dia laundry. Jemari panjangnya meraih gaun itu dan menyimpannya ke lemari. Lalu mengganti isi paper bag dengan sebuah pakaian untuk Qiran. Hari ini dia sengaja cuti. Rayza berniat mengajak Qiran berbelanja kebutuhan makanan selama sebulan juga membeli pakaian harian untuk Qiran. Sungguh manis bukan? Mereka seperti sepasang suami istri. Pria itu pun tersenyum membayangkan reaksi Qiran terhadap sikapnya. Rayza memang berniat sedikit menggoda gadis itu. Karena ekspresi apapun yang dilahirkan dari wajah sang gadis selalu sukses membuat Rayza bahagia. Sejak awal Rayza sadar, dia memiliki ketertarikan pada Qiran. Sejak insiden mereka bertubrukan di restoran. Lagi-lagi Rayza tersenyum mengingat ekspresi Qiran saat itu. Sangat menggemaskan baginya. Rayza pun melangkahkan kakinya menuju dapur. Rayza yakin Qiran sedang mencuci piring saat ini. Dan langkahnya terhenti saat melihat bahu gadis itu bergetar samar. Bahkan suara Isak tangisnya seperti sebuah bisikan. Rayza yakin Qiran sedang menangis. Dengan gerakan perlahan Rayza meletakkan paper bag di tangannya lalu mendekat ke arah Qiran. Pria itu meraih sebuah piring yang sudah di baluri sabun oleh sang gadis. Kemudian menyalakan kran berniat membilasnya. Menyadari ada pergerakan yang tidak disangka olehnya, Qiran pun menoleh. Netra coklat yang sembab itu mendelik sempurna. Entah karena kaget atau apa. Rayza tak peduli. Dia asik membilas piring dan gelas di wastafel. "Baru aku suruh cuci piring, sudah nangis. Apalagi aku suruh yang lain," ucap Rayza ketus. Sungguh dia merutuki mulutnya yang tak sesuai dengan hati. Sejujurnya Rayza ingin bertanya apa yang membuat Qiran menangis. Bahkan ingin menghibur gadis itu. Tapi sikap egoistis membuat bibirnya begitu lancang. Sungguh Rayza bukan pria manis yang romantis. Mendengar ungkapan pria itu membuat Qiran mendelik kesal. Qiran sukses menciptakan lingkaran sempurna pada kelopak matanya. Bahkan bola bernetra coklat itu terlihat hampir lepas. Tak lupa Qiran juga mengusap air mata di wajahnya dengan kasar. Bahkan wajah itu sampai ternoda oleh sabun cuci piring yang berbuih. "Kau pikir aku menangis karena kau suruh mencuci piring? Dasar pria IQ jongkok," ucap Qiran memanyunkan bibirnya. "Lalu karena apa? Owh... Aku tahu, kau pasti bersedih karena ucapanku tadi pagi. Ya sudah aku tak jadi memotong gaji mu. Anggap saja aku sedang berbaik hati," ucap Rayza menyimpan piring-piring ke sisi wastafel setelah dia bilas. Qiran benar-benar muak pada sikap Rayza. Baru kali ini dia bertemu pria yang tak mau bersikap manis padanya. Biarpun gadis ini jutek, Qiran salah satu most wanted di kampus. Banyak pria yang mengejar-ngejar cintanya. Dan berakhir kecewa karena tak ada satupun pria yang berhasil memilikinya. "Terima kasih. Tuan baik hati," ucap Qiran ketus semakin memanyunkan bibirnya. "Kau sedang menggodaku hem??" Tanya Rayza menunjuk bibir Qiran tanpa menyentuhnya. Kehadiran wanita jutek ini sukses membuat Rayza betah tinggal di apartemen. Qiran semakin kesal. Bagi Qiran, pria di hadapannya tak hanya menyebalkan, tetapi juga m***m. Qiran pun refleks meraih alas pemotong sayur dan memukul kepala Rayza menggunakan benda tersebut. PLAAK... "Jangan kau pikir karena aku pembantu mu, kau bisa seenaknya m***m padaku! Ingat itu!!!" Teriak Qiran membuat Rayza mengumpat kesal. Baru kali ini ada wanita yang berlaku kasar padanya. Bahkan gadis itu melenggang pergi setelah memukul bagian tubuh yang paling diberkati Tuhan. "Karena aku pria yang baik. Ku balas perlakuan kasarmu dengan kebaikan. Silakan ambil paper bag di meja. Kau pakai, karena kita akan pergi berbelanja," ucap Rayza membuat Qiran menghentikan langkahnya. Qiran menoleh ke arah meja makan. Dan di sana bertengger dengan cantik sebuah paper bag bernuansa pink dengan hiasan pita. Rasanya ribuan kupu-kupu menggelitik perutnya. Hatinya langsung mengembang bahagia seperti musim semi yang berbunga. Bahkan wajahnya kini memanas karena dorongan pembuluh darah yang berkumpul di sana. Bukannya Qiran tak pernah mendapat perlakuan manis dari seorang pria. Tapi bumbu terkejut dari hal yang menurutnya tak mungkin membuatnya terpaku dan terpesona sikap Rayza. Qiran diam menatap ketampanan yang bergerak mendekat padanya. Dan... Rayza menyentuh pipi Qiran. Rasa hangat yang bergetar semakin menguasai hati gadis itu. Netra coklatnya mengukir kebahagiaan yang tak bisa dimengerti. Yang jelas saat ini perut Qiran terasa geli, seperti digelitik ribuan kupu-kupu. Padahal tak ada apapun yang menyentuh perutnya. "Nih Cuci. Sapu tanganku jadi kotor." Ucap Rayza kembali pada mode pria menyebalkan. Rupanya pria itu bukan menyentuh pipinya, tapi membersihkan pipinya dari busa sabun yang menempel. Qiran menatap sapu tangan yang diberikan Rayza. Hal itu membuatnya menyesal dengan seribu penyesalan. Dia tak boleh baper pada sikap pria itu. Karena Rayza hanya mempermainkan hatinya saja. Qiran pun memicingkan matanya dan menarik sapu tangan itu dengan kasar. Lalu melenggang pergi meninggalkan Rayza. "Hei kau melupakan paper bag pemberianku," ucap Rayza. "Ambil aja, pake aja sendiri," ucap Qiran dengan sejuta ke jutekannya. Tapi hal itu malah membuat Rayza tersenyum. "Kau yakin mau ke Mall pakai kaos bola dan boxer ku?" Tanya Rayza memastikan. Qiran pun menghentikan langkahnya. Dia menatap pantulan dirinya dari kaca kitchen set. Sungguh menakjubkan. Tampilan acak-acakan dengan rambut digelung asal. Kaos Manchester united yang terlalu besar hingga setengah paha dan celana boxer pria selutut. Wajah gadis itu kembali mendung. Sungguh malang nasibnya. Akhirnya Qiran memutar tubuh untuk mengambil paper bag pemberian Rayza. Rayza pun tersenyum menang. Ingin sekali dia melihat ekspresi Qiran saat membuka isinya dan memakainya. Rayza tersenyum manis. Bahkan dia memamerkan rentetan gigi putih yang tertata rapi. Sungguh jika dalam kondisi normal, wanita manapun akan terpesona. Tapi sayang saat ini Qiran sudah terlalu kesal pada pria itu. Jadi jangan harap Qiran terpesona dengan senyum manis di wajah tampannya. Sesampainya di kamar. Lagi-lagi Qiran dibuat kesal dengan perasaannya. Otak dan hatinya sungguh berjalan dalam jalur yang berbeda. Sang otak menjudge Rayza adalah pria dengan sejuta sikap menyebalkan. Tapi hatinya bergetar karena menganggap Rayza pria dengan sejuta pesona. Sial... Lagi-lagi jantungnya berdebar. Rupanya jantung itu lebih memilih berkoalisi dengan hati. Jantungnya benar-benar menggila. Qiran ingin membuka paper bag itu dan memakainya lalu pergi. Tapi tangannya gemetar. Dia merasa tubuhnya sedang mendeskriminasi otak yang melawan hati. Baper... Ya... Qiran baper dengan sikap pria itu. "Qiran Lo ga boleh baper sama cowok nyebelin kaya gitu," ucap Qiran bermonolog. Dia pun memukul pelan dadanya yang bergemuruh ria. Setelah tenang, dia mulai membuka paper bag. Dan...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD