Cinta memang rumit

1175 Words
Bibir pria itu terus melengkung ke atas. Dia sungguh merasa bahagia bisa menikmati masakan hasil buah tangan putrinya. Sungguh jika bukan karena masakan Qiran, Martin enggan pagi-pagi sudah datang ke rumah sakit dan menunggu dokter datang. Berkali-kali dia mengecap rasa nikmat yang diciptakan tangan Qiran. Rasa manis, asin, gurih dan pedas yang terasa nikmat. Bahkan lebih lezat dibandingkan dengan masakan koki di rumah mewahnya. "Ini benar-benar enak." Ucap Martin tersenyum. "Masakan putri anda memang luar biasa. Anda bisa lihat sendiri bobot saya naik 3 kilo padahal Qiran belum genap satu bulan tinggal bersama saya." Ucap Rayza bangga. Martin pun menoleh dan meneliti tubuh pria yang selama ini menjadi dokter pribadinya. Martin baru menyadari tubuh Rayza yang lumayan berisi. Sungguh masakan Qiran membuatnya tak menyadari hal sekitar. Bahkan perubahan tubuh pria yang membawa menu itu pun dia tak menyadari. Martin pun tersenyum. "Ya... Saya bahkan baru sadar, tubuh anda jauh lebih berisi Nak... Ini jauh lebih baik. Anda terlihat lebih segar." Ucap Martin tersenyum menatap pria yang direstuinya. "Alhamdulillah... Ini sarapan ternikmat yang pernah saya rasakan." Ucap Martin mengusap perutnya. Rayza pun terkekeh. "Alhamdulillah... Bahkan saya sarapan dua kali pagi ini." Ucap Rayza membuat Martin iri. "Kau bahkan bisa bebas menikmati masakan putri saya. Sedangkan saya harus menunggu bekal dari mu. Ini sungguh curang." Ucap Martin berdecak kesal. "Maaf Ayah mertua... Hehehe." Rayza kembali terkekeh. Mendengar sebutan ayah mertua dari Rayza membuat hatinya mengembang bahagia. Sungguh dia ingin bisa segera menjabat tangan Rayza untuk menyaksikan ikrar suci yang diucapkan pria itu untuk putrinya. "Bagaimana kuliah Qiran? Dulu dia sering berbuat onar dan di skorsing karena hal itu." Ucap Martin penasaran dengan kehidupan Qiran setelah jauh darinya. Dan pertanyaan itu sukses membuat Rayza murung. Dia teringat masalah Qiran di kampusnya. "Mulai hari ini Qiran di skorsing." Ucap Rayza ingin menjelaskan masalah Qiran tapi Martin terlanjur memekik terkejut. "Bocah itu diskorsing lagi???" Tanya Martin memotong ucapan Rayza. "Tolong jangan potong ucapan saya. Saya akan menjelaskan masalah yang dihadapi Qiran terlebih dahulu. Dia tidak sepenuhnya salah." Ucap Rayza berusaha menenangkan calon ayah mertuanya. "Bagaimana saya tidak emosi. Bocah itu selalu saja begitu. Saya pikir dia sudah berubah." Ucap Martin kesal. "Tolong dengarkan dulu penjelasan saya." Ucap Rayza menatap netra coklat terang yang tajam di hadapannya. Netra hitamnya sungguh mampu meredam emosi Martin. "Baiklah." Ucap Martin berusaha mengatur nafasnya yang memburu karena emosi. "Ada seorang gadis yang memfitnah Qiran sebagai seorang sugar babby. Hal itu terjadi karena dua hari yang lalu kami bertemu dengan teman Qiran yang bernama Citra di swalayan. Dan Citra menuduh Qiran telah menjalin hubungan gelap dengan saya. Haaah... Mungkin karena penampilan saya yang terlalu dewasa, dia menganggap saya sebagai om-om m***m yang affair dengan Qiran." Ucap Rayza. Tapi pria itu menghentikan penjelasannya saat mendengar Martin tertawa keras. "Anda mengapa tertawa?" Tanya Rayza kesal. "Saya pernah mengalaminya. Kau ingat saya menikahi wanita berusia 18 tahun saat saya berusia 40tahun. Jadi hal itu juga pernah terjadi dalam kehidupan saya." Ucap Martin terkekeh. "Tapi saat ini saya tidak setua anda. Saya masih berusia 30 tahun." Ucap Rayza kesal. "Cukur jambang dan jenggot halus mu. Mungkin akan membuatmu tampak lebih cerah dan muda." Ucap Martin membuat Rayza mengusap dagunya yang kasar karena rambut halus di sana. Tapi Rayza tak akan pernah menghilangkan mereka dari dagunya. Selain karena sunah Rasulullah. Qiran pernah mengatakan Rayza tampak lebih macho karena mereka. "Owh begitu. Bisa saya lanjutkan cerita saya?" Ucap Rayza mengabaikan ucapan Martin. "Karena Qiran tidak terima, Qiran pun memukul wanita itu hingga bibirnya pecah. Dan akhirnya Qiran diskors." Ucap Rayza. "Gadis itu masih saja bar-bar." Ucap Martin menggelengkan kepalanya. "Dan satu hal lagi. Tadinya Qiran akan dikeluarkan dari kampusnya secara tidak terhormat karena berita sugar babby tadi. Tapi Qiran berusaha meyakinkan bahwa dia bukan gadis seperti itu. Dan akhirnya pihak kampus memberinya waktu tiga hari untuk memberikan bukti. Jika sampai tiga hari dia tak bisa memberi bukti. Maka Qiran akan tetap dikeluarkan dari kampusnya." Ucap Rayza kembali. Martin pun mengangguk paham. "Kebetulan anda datang kemari. Anda bisa langsung menuju kampusnya untuk memberikan penjelasan." Ucap Rayza dengan tatapan memohon. "Lalu harus saya yang datang ke sana?" Tanya Martin. "Anda ayahnya." Ucap Rayza. "Kenapa tidak anda saja?" Tanya Martin seolah tak peduli. "Mungkin jika anda yang datang pihak kampus akan lebih percaya. Bukankah begitu?" Ucap Rayza. "Kita datang saja bersama ke sana. Katakan bahwa kau calon suaminya. Beres kan?" Ucap Martin santai. "Tapi Qiran bahkan belum menerima lamaran saya. Dia saja kabur saat akan dijodohkan dengan om-om seperti saya." Ucap Rayza murung. "Memang kapan kau melamarnya?" Tanya Martin penasaran. Sungguh dia tak menyangka Rayza bisa bertindak secepat ini. "Kemarin. Saya mengatakan mari menikah. Tapi saya malah dipukul olehnya." Ucap Rayza mengusap wajahnya frustasi. "Kau memang sudah menyatakan cinta?" Tanya Martin heran. Rayza pun menggeleng. Hal itu sukses membuat Martin memukul bahu Rayza keras hingga Rayza meringis. BUUUGGGHHH... "AAWWW..." Pekik Rayza kesakitan. "Anda mengapa memukul saya?" Tanya Rayza bingung. Akhirnya Rayza tahu dari mana sikap bar-bar Qiran diturunkan. Rupanya dari ayahnya. Wajar jika Qiran hobi menyiksa orang. "Mana ada perempuan yang mau diajak nikah tanpa pernyataan cinta. Saya sudah tua tapi tidak sebodoh anda." Ucap Martin sedikit kesal melihat kepolosan pria dewasa di hadapannya. "Emmm... Saya akan mencari momen yang pas." Ucap Rayza sambil mengusap bahunya yang terasa nyeri. "Kau terlalu serius Nak. Hahahaha..." Lagi-lagi Martin tertawa membuat Rayza mengerutkan keningnya karena bingung. "Lagi-lagi anda tertawa. Sungguh saya bingung." Ucap Rayza. "Apa kau belum pernah menyatakan cinta pada seorang wanita? Sikapmu menunjukkan bahwa kau memang tak pernah berpengalaman terkait hal percintaan." Ucap Martin menelisik. "Haa... Tidak seperti itu." Ucap Rayza gugup. "Wajahmu memerah. Hahahaha." Ucap Martin kembali tertawa. Baru kali ini dia melihat wajah dokter pribadinya yang tampak bodoh. Selama ini Rayza memiliki wajah tampan yang serius dan elegan. Tapi kali ini dia melihat wajah Rayza yang menahan malu. Sungguh penampakan yang jarang ditemui olehnya. Marin pun menepuk pundak Rayza. "Jangan malu jika ini memang pengalaman pertamamu." Ucap Martin. Sedangkan Rayza hanya bisa tersenyum kecut. Ya Rayza memang tak pernah mendekati wanita. Jika wanita mendekatinya sudah sering bahkan membuatnya jengah. Dan sahabat-sahabatnya selalu bertanya terkait hal itu. Bahkan ada yang mengira Rayza tak memiliki hasrat pada wanita. Rayza terlalu fokus ada dunianya, hingga dia tak peduli dengan hal berbau lawan jenis. "Mengapa anda bisa bicara seperti itu?" Tanya Rayza malu. "Saya tahu orang cerdas, mapan dan seriusan seperti mu pasti sulit jatuh cinta. Dan akhirnya kau mengabaikan sekitar mu. Walau kau juga ingin mencicipi apa itu cinta. Tapi hati mu sulit bergetar karena sosok yang berjenis kelamin perempuan. Ya kan?" Tanya Martin. Martin seolah menatap dirinya sewaktu muda pada jiwa Rayza. "Dan satu lagi. Karena sulit merasakan cinta. Maka kau pun akan sulit melepas cinta itu. Cinta memang rumit." Ucap Martin murung. Dia mengingat istrinya. Istri yang masih dicintainya sampai saat ini. Istri yang meninggalkan dirinya demi pria lain. Dan bodohnya dia malah masih setia menggenggam cintanya untuk wanita itu. Rayza menyadari air wajah calon mertuanya berubah murung. Taka ada lagi gelak tawa yang tercipta di wajah kerutnya. Hanya ekspresi murung dan memendam kepedihan. "Ada apa dengan anda?" Tanya Rayza menyentuh bahu Martin dengan lembut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD