PERTEMUAN PERTAMA
"Aku ingin meminta hakku malam ini." Kata Fahri yang membuat Niken tercengang.
"Apa maksudmu ?" Tanya Niken.
"Apa belum jelas ? Aku ingin meminta hakku sebagai seorang suami malam ini."
"Tidak akan! Aku hanya akan memberikannya saat kamu benar-benar sudah mencintaiku."
"Hahahhahahha ...... " Fahri tertawa menggelegar, tatapan matanya merah seperti akan menerkam Niken.
"Jangan pernah bermimpi aku akan mencintaimu. Karena itu tidak akan pernah terjadi!" Kata Fahri tegas.
"Jika begitu jangan pernah meminta hakmu padaku!" Kata Niken sambil berlalu keluar dari kamar.
Fahri tidak semudah itu membiarkan Niken keluar dari kamar, belum sempat Niken membuka pintu Fahri sudah menariknya dengan paksa. Fahri bahkan menyeret paksa Niken dan membantingnya di kasur. Fahri sudah dikuasai oleh nafsu setan. Dia sama sekali tidak menghiraukan isakan tangis dari Niken.
******
Semua terjadi begitu cepat, jika saja hari itu Fahri dan Niken tidak bertemu tentu saja nasib Niken tidak akan seburuk ini.
"Tolonggg !!!!!" Niken berteriak minta tolong karena saat pulang kerja dia di hadang oleh sekelompok preman yang ingin merampoknya.
"Lepaskan perempuan itu !" Fahri yang mendengar teriakan seorang perempuang langsung reflek menolong Niken.
"Siapa kamu ? Tidak usah ikut campur atau kamu akan mati?" Kata salah satu preman.
"Aku akan mundur jika kalian bisa menghabisiku!" Tantang Fahri yang kemudian membuat salah satu preman itu murka.
Perkelahianpun tidak dapat dielakkan, preman-preman itu satu persatu berusaha untuk menyerang Fahri, namun mereka tidak ada yang bisa mengalahkan Fahri yang notabennya pernah menyabet juara 1 lomba taekwondo.
"Kamu tidak pa-pa ?" Tanya Fahri mendekati Niken.
"Terimakasih mas. Saya tidak pa-pa." Jawab Niken.
"Malam-malam begini kok keluar sendirian ?" Tanya Fahri.
"Saya baru pulang kerja mas, kebetulan shift malam. Biasa juga aman pulang jam segini, entah kenapa ini tiba-tiba ada rampok."
"Rumah kamu mana ? Saya antar pulang yuk."
"Tidak merepotkan ?"
"Tidak sama sekali."
Saat mereka akan pergi dari tempat sepi itu tiba-tiba dari belakang salah satu dari preman tadi datang dan mencoba untuk menusuk Fahri, namun Fahri dengan sigap langsung menyerang balik meski tangannya sempat terluka kena goresan pisau.
"Mas, yaAllah kamu terluka."
"Aman... Udah biasa kaya gini."
"Tapi ini berdarah, aku obatin dulu yuk kerumahku, deket kok mas dari sini."
"Oke."
Mereka berduapun pergi menuju rumah Niken, disitulah awal perkenalan mereka.
Niken seorang karyawan restoran cepat saji berusia 23 tahun, dia tinggal di kecamatan Banjarsari, salah satu kota di Surakarta. Niken tinggal berdua bersama ibunya karena ayahnya sudah meninggal dunia, dia merupakan seorang anak tunggal, jadi dia adalah tulang punggung keluarga.
Sedangkan Fahri adalah seorang pemilik pabrik tekstil di kota Kebakkramat, Karanganyar. Fahri Subroto, anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya bernama Niko Subroto yang masih duduk di bangku perkuliahan. Fahri yang meneruskan perusahaan tekstil karena ayahnya sering sakit-sakitan jadi semua urusan usaha digantikan oleh Fahri.
"Kayanya lukanya dalam mas. Ke dokter ya, takut infeksi." Kata Niken.
"Enggaklah, cuma begini saja, besok juga sembuh. Eh kita belum kenalan. Nama kamu siapa ? Aku Fahri."
"Aku Niken mas."
"Kamu kerja dimana ?"
"Jadi kasir mas di food court PalurPlaza."
"Jauh lho dari rumah kamu."
"Habis gimana lagi mas, dapet kerjanya disitu."
"Kamu disini tinggal sama siapa ?"
"Ibu mas. Bapak udah ga ada."
"Oh, maaf ya."
"Gak pa-pa mas. Mas aku buatin minum ya ?"
"Eh gak usah, sudah malam. Saya harus pulang. Gak enak sama ibu kamu dan tetangga disini, nanti jadi fitnah. Ini udah jam 11 malam juga. Next time aja saya mampir kesini."
"Baik mas."
"Saya pulang dulu ya. Hati-hati dijalan besok-besok kalau kerja."
"Baik mas, terima kasih ya sekali lagi udah nolongin aku."
"Sama-sama. Duluan ya."
*****
Fahri terlelap dalam tidurnya setelah selesai melepas hasratnya pada Niken. Tanpa peduli bagaimana sakitnya Niken. Niken bukan hanya sakit di bawah sana, tapi juga sakit fisik dan batinnya. Bagaimana tidak, Fahri melakukannya dengan penuh kekerasan, tamparan berkali-kali dia berikan kepada Niken saat Niken berusaha memberontak. Bukan persetubuhan suami istri, tapi lebih mirip seperti pemerkosaan.
Niken berlari ke kamar mandi sementara Fahri masih tertidur lelap. Bayangan akan masa lalunya kembali muncul seperti sebuah film yang diputar kembali di hadapannya, kenangan saat perkenalan dengan Fahri dan bagaimana sikap Fahri kepadanya selanjutnya. Itu bukanlah pertemuan pertama, tapi berlanjut hingga mereka memutuskan untuk bersama.
"Selamat siang."
"Selamat siang." Niken bengong.
"Loh mas Fahri ?"
"Saya mau bayar ya."
"Mas Fahri makan disini ?" Tanya Niken.
"Iya. Dari tadi lho."
"Iyakah. Sama siapa ?"
"Sendiri. Kamu sibuk ?" Tanya Fahri.
"Lumayan sih mas, ngalir gitu aja. Kenapa mas?"
"Kamu pulang jam berapa ?"
"Umm sekitar 30 menit lagi mas. Kenapa ?"
"Habis kerja ada acara gak ?"
"Enggak mas. Free."
"Nonton film yuk, di XXI."
"Boleh. Tapi mas nunggu aku dulu gapapa?"
"Santai, sekalian aku ngopi dulu."
"Oke mas."
Niken merendam dirinya kedalam bak mandi sambil mengucurkan air kran agar membasahi tubuhnya.
"Niken kotor buk. Niken kotor." Niken menangis.
Bukan tanpa alasan Niken merasa dirinya kotor dan merasa dinodai oleh Fahri. Mereka berdua memang menikah sah secara agama dan negara. Menikah dengan restu kedua orang tua masing-masing, dan menikah dengan cinta. Cinta ? Hanya Niken yang mencintai, tapi tidak dengan Fahri. Setelah 5 bulan pernikahan barulah Niken tahu bahwa Fahri menikahinya karena terpaksa. Bukan karena cinta seperti Niken yang mencintai Fahri.
"Maaf mas lama nunggunya." Kata Niken saat selesai pulang kerja.
"Santai. Siap ya pergi sekarang ?" Tanya Fahri.
"Oke ayuk."
"Ken, aman gak nih aku ajak kamu jalan kaya gini ?"
"Maksudnya ?"
"Pacar kamu gitu mungkin marah ?"
"Ah enggak. Aku gak punya pacar mas."
"Masak sih ?"
"Serius. Kamu kali yang punya pacar."
"Kalo saya punya pacar gak mungkinlah saya ajak kamu jalan. Saya ini tipe cowok setia lho."
"Hah ? Masak sih ?"
"Serius. Saya kalau udah suka sama perempuan, saya pasti serius. Gak pernah main-main."
"Hmmmm ... Ga percaya ah."
"Biar percaya bisa lho dibuktiin."
"Hah ?"
"Buktiin mau ?"
"Ih mas Fahri, baru juga kenal. Nanti aku baper lho." Kata Niken malu.
*****
Dug dug dug !
Fahri menggedor-gedor pintu kamar mandi dimana Niken ada di dalamnya. Tanpa Niken sadari dia ketiduran di dalam bak mandi yang berisi penuh dengan air. Bibir dan badan Niken bahkan sampai membiru karena kedinginan.
"Niken ! Buka pintunya!" Gertak Fahri.
Dengan badan menggigil Niken keluar dari bak mandi dan membuka pintu kamar mandi.
"Ngapain kamu di kamar mandi ?" Tanya Fahri.
Niken tidak menjawabnya. Dia masih berdiri mematung di depan Fahri sambil menatap Fahri penuh kebencian.
"Saya lapar. Bikin makanan !" Perintah Fahri.
"Tidakkah kamu ingin meminta maaf padaku atas apa yang sudah kamu lakukan padaku mas ?" Tanya Niken dengan mata berkaca-kaca.
"Minta maaf ?" Tanya Fahri dengan tatapan menyeramkan.
"Untuk apa saya meminta maaf padamu ? Kamu istri saya, dan saya suamimu, tidak ada yang salah dari hubungan ini. Justru seharusnya kamu berterimakasih karena saya sudah melaksanakan kewajiban saya padamu sebagai seorang suami." Kata Fahri sambil tersenyum sinis.
Niken baru saja akan pergi meninggalkan Fahri. Percuma berdebat dengannya karena sudah pasti Niken akan kalah.
"Niken, tubuhmu begitu indah untuk dinikmati. Setelah ini, kita lakukan lagi ya, kali ini kita bermain lembut." Bisik Fahri dengan senyum menyeringai.
"Jangan pernah berharap !" Ucap Niken tegas