HAMIL

1342 Words
Niken merasakan pusing luar biasa di kepalanya. Matanya berkunang-kunang, dia terkulai lemas di dapur. Tangannya meraih ponsel, dia mencoba untuk menghubungi Fahri, namun tak ada jawaban. Niken bahkan merasakan mual luar biasa hingga mulutnya terasa pahit. Dia berjalan merangkak berusaha mencari secarik kertas yang dulu diberikan Niko padanya. Dengan penuh usaha keras akhirnya dia berhasil menghubungi Niko sebelum pada akhirnya dia pingsan. Niko berlari menuju parkiran mobil. Dia merasa khawatir dengan Niken. Niko mencoba menghubungi Fahri beberapa kali namun tak ada jawaban. Niko tak memperdulikan lagi tentang Fahri, di dalam fikirannya hanyalah ingin segera menemui Niken. Dengan kecepatan tinggi Niko melajukan mobilnya agar segera sampai ke rumah Niken. "Niken ! Niken !" Niko memanggil Niken dari luar pagar. Namun tak ada jawaban. Niko menghubungi Niken hasilnya sama tak diangkat. Niko bingung karena pagar rumah Niken digembok 2 kunci oleh Fahri. "b******k bang Fahri!" Umpat Niko. Dia berjalan ke sekeliling rumah Niken untuk mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk membuka gembok rumah Fahri. ****** "Niken ! Niken bangun Niken !" Ucap Niko saat sudah berhasil memasuki rumah Niken dengan cara merusak gembok dengan cangkul milik tetangga. Niko membawa Niken kerumah sakit karena Niken tak kunjung sadar. Niko terus mondar mandir sambil menunggu dokter yang memeriksa Niken di dalam. Tak lupa dia terus berusaha menelpon Fahri meskipun hasilnya sama, tidak ada jawaban sama sekali. "Silahkan masuk pak." Pinta dokter. "Bapak suaminya ?" Tanya dokter setelah Niko duduk dihadapannya. "Bukan dok, saya adik iparnya." Jawab Niko. "Oh begitu, baiklah. Ibu Niken tidak apa-apa pak, ibu Niken pingsan karena beliau hamil." Niken langsung menutup mulutnya ketika mendengar kata-kata dokter yang mengatakan bahwa dirinya hamil. "Dan sekarang kandungan ibu Niken sudah menginjak 6 minggu." Lanjut dokter. Niken tersenyum sambil mengelus perutnya yang masih rata. Air mata menetes membasahi pipi Niken. Dia tidak menyangka bahwa doanya akan dikabulkan secepat itu oleh Tuhan. "Lalu apa saja langkah yang harus dilakukan kakak saya untuk menjaga kandungannya dok ?" Tanya Niko. "Istirahat yang cukup. Jangan stres, dan jangan lupa makan buah minum vitamin, minum air putih itu sudah cukup." "Baik dok terima kasih." "Sama-sama. Ini saya kasih resep ya bisa di tebus di apotik." "Baik dokter kami permisi dulu." Pamit Niken. "Nik, pasti mas Fahri akan seneng dengan kehamilanku." Kata Niken girang saat mereka masih dalam perjalanan menuju parkir mobil. "Iya Ken. Itu pasti." Ucap Niko. "Aku yakin mas Fahri pasti tidak akan marah-marah lagi sama aku Nik." Lanjut Niken dengan mata berbunga-bunga. "Aku ikut bahagia Ken, semoga setelah ini rumah tanggamu menjadi lebih baik." Kata Niko sambil tersenyum kecut. Entah kenapa Niko merasakan sakit hati mendengar Niken hamil. Dia merasakan cemburu yang luar biasa pada Fahri. Betapa beruntungnya Fahri bisa memiliki anak dari Niken. ***** "Niken !" Panggil Fahri. "Niken !" Teriak Fahri. Fahri sudah mengitari seluruh rumah tapi dia tidak menemukan Niken. Apalagi ketika dia tau gembok gerbangnya rusak. Fikiran Fahri kemana-mana, dia takut bahwa Niken kabur. Fahri berusaha menghubungi Niken, tapi tak ada jawaban karena ponsel Niken tergeletak di lantai. Fahri mengecek ponsel Niken dan dia langsung emosi ketika tau bahwa panggilan terakhir Niken adalah Niko. "Awas saja kalau sampai kamu kabur Niken!" Gumam Fahri dengan wajah geram. Selang beberapa menit ada suara mobil masuk ke dalam rumah. Dia melihat dari jendela rumah. Turun Niken dan Niko dengan wajah penuh sumringah menambah kemarahan pada diri Fahri. "Mas Fahri !" Niken langsung berlari menghamburkan diri ke pelukan Fahri ketika melihat Fahri membuka pintunya. "Mas aku hamil mas. Kita akan segera punya anak." Kata Niken masih memeluk erat tubuh Fahri. "Anak siapa yang kamu kandung ?" Tanya Fahri sambil melepas pelukan Niken dan mendorong Niken kebelakang. "Bang, pelan-pelan. Doronganmu bisa membahayakan kandungan Niken!" Kata Niko tegas sambil memegang bahu Niken. "Mas, kenapa kamu bicara seperti itu ?" Tanya Niken. "Apa ada yang salah dengan pertanyaan saya ?" Tanya Fahri. "Ini anakmu mas, buah cinta kita. Bagaimana bisa kamu bertanya seperti itu ?" Tanya Niken dengan mata berkaca-kaca. "Bisa saja itu anak Niko! Buktinya kamu lebih memilih memberitahu Niko daripada saya!" Kata Fahri dengan muka geram. "Keterlaluan elo bang !" Niko melangkah dan memberikan pukulan di wajah Fahri yang membuat Fahri terjungkal ke belakang. "Anjing !" Fahri tidak terima langsung berdiri dan membalas pukulan Niko. Perkelahian tidak dapat dielakkan lagi. Niken kebingungan karena tidak mengerti bagaimana cara memisah mereka. Hingga tidak sengaja pukulan Fahri mengenai Niken hingga membuat Niken terjatuh dan pingsan. "Niken !" Niko berlari memangku Niken. "Niken bangun !" Kata Niko sambil memukul pelan pipi Niken. "Pergi ! Jangan sentuh Niken. Dia masih istri saya! Kakak iparmu !" Kata Fahri meraih Niken dan membopong Niken ke dalam rumah. ***** Fahri mengompres pipi Niken yang memerah akibat terkena pukulannya. Niken belum juga sadar akibat pingsan tadi. "Mas Fahri .... Dengarkan dulu penjelasanku, aku kemarin terpaksa menelpon Niko, aku udah coba telpon kamu tapi gak kamu angkat." Kata Niken bingunh begitu dia sadar. "Kamu masih menyimpan nomer Niko ?" Tanya Fahri menyelidik. "Dia memberikan nomernya padaku pada secarik kertas. Aku tidak menyimpannya di ponselku. Aku hanya menaruhnya di laci. Bukan maksud apa-apa, rencana mau aku buang sampah kalau pas pergi sama kamu keluar agar kamu tidak marah sama Niko kalau ketahuan dia ngasih nomernya ke aku. Aku terpaksa mencarinya lagi karena kemarin aku sudah tidak kuat lagi mas." "Berarti dia kesini karena telponmu ?" "Mas aku ..... " "Perempuan murahan !" Kata Fahri sambil meninggalkan Niken dan mengunci pintu Niken dari luar. "Mas aku minta maaf, aku sudah bilang pada Niko untuk tidak kesini lagi tapi dia yang nekat. Ini anakmu mas. Aku mencintaimu. Jangan pernah meragukan kesetiaanku mas." Kata Niken sambil menangis. ***** Fahri masih saja mendiamkan Niken meskipun Niken sudah meminta maaf padanya. Bahkan dia tidak mau menyentuh teh dan makanan yang sudah dia siapkan untuk Fahri. "Mas Fahri ..... " Niken mendekat. Tapi Fahri langsung beranjak meninggalkan Niken. "Mas aku minta maaf." Kata Niken sambil menarik tangan Fahri. Fahri tidak bicara sepatah katapun. Dia menatap Niken dengan penuh kemarahan lalu mengambil ponsel Niken dan menghubungi Niko. "Kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan ?" Tanya Fahri yang langsung memberikan ponsel Niken dengan layar yang berdering menunggu jawaban Niko. Niken mengangguk dan mengambil ponselnya dari tangan Fahri. "Halo !" Jawab Niko. "Jangan pernah menghubungiku lagi Niko. Aku tidak mau ada kesalahpahaman diantara aku dan mas Fahri." Kata Niken lewat telpon. "Ken, tapi ......" "Niko, mas Fahri sungguh murka padaku. Aku pikir dia akan senang dengan kehamilanku, tapi dia menuduh jika anak ini adalah anakmu, dan aku sungguh terluka dengan tuduhan mas Fahri." "Aku akan bantu jelasin sama bang Fahri bahwa diantara kita tidak ada hubungan sama sekali." "Jangan! Kamu tidak perlu lagi menyebut namaku di depan mas Fahri. Itu hanya akan membuat bang Fahri semakin marah padaku." "Maafin gue Ken." "Aku yang minta maaf. Tapi sebaiknya kamu jangan menghubungiku lagi." Niken mematikan ponselnya dan kembali memberikan pada Fahri. Fahri kembali bersikap dingin dan acuh kepada Niken. Dia sungguh marah pada Niken. Dia bahkan semakin kejam pada Niken. Salah sedikit Niken selalu dibentak oleh Fahri. Hoekkk. .... Hoekkksss. ... Niken sudah mulai mengalami morning sickness, setiap pagi dia selalu mual-mual. "Mas ....." Niken ingin bergelayut manja. Tapi Fahri tetap saja dingin padanya. "Mass jangan pergi!" Pinta Niken sambil memegang tangan Fahri. "Saya sibuk." Kata Fahri dingin. "Mas, aku mau kamu dirumah hari ini." Pinta Niken sambil menggoyang-goyangkan tangan Fahri. "Kenapa tidak kamu minta Niko saja yang menemanimu?" Tanya Fahri dengan wajah sadis. "Mas kumohon, jangan meragukan lagi kehamilanku. Ini anakmu. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Niko. Percayalah padaku mas, aku ......." Bruk tiba-tiba tubuh Niken terjatuh karena pingsan. "Niken ! Niken bangun Niken!" Fahri membangunkan Niken tapi tak kunjung sadar, akhirnya Fahri menggendong Niken dan membawanya ke kasur. "Niken sadarlah. Saya minta maaf. Saya terlalu cemburu kamu dengan Niko. Seharusnya apapun yang terjadi kamu harus tetap menunggu saya." Kata Fahri sambil menggenggam erat tangan Niken. "Saya mencintaimu. Saya percaya bahwa ini anak kita. Sekarang kumohon sadarlah." Fahri mengelus-elus rambut Niken dan mencium kening Niken lembut. Dia juga mengelus perut rata milik Niken. "Ayah menantimu hadir di dunia ini. Tumbuhlah dengan sehat sayang." Kata Fahri sambil menyimpulkan senyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD