Chapter. 02

1119 Words
Happy Reading . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . "Mba Elva kerja dimana?" Tanyaku saat ini kami berdua sudah pulang dari supermarket dan sedang membuat makan malam. "Jangan hujat mba ya, mba itu kerja di club malam." Jawab Mba Elva saat mendengar pekerjaan dari Mba Elva aku cukup terkejut namun aku tahu itu bukan keinginan mba Elva. "Ih Mba siapa yang mau hujat, kerja di sana ngapain aja mba, di sana gak jadi teman tidur om-om kan?" Tanya ku penasaran sambil menata makanan yang sudah siap ke atas meja. Aku menghormati setiap pekerjaan seseorang dan menurutku tidak ada yang salah dengan pekerjaan Mba Elva hanya saja penilaian orang pasti berbeda-beda. "Ngaco kamu, itu buat yang mau aja Ay, kalau mba sih cuma jadi pelayan cuma ngantar minuman saja." Huh aku sedikit lega saat mendengar jawaban mba Elva. "Mba di sana ada gak pekerjaan buat aku?" Mba Elva menatap ku sebentar lalu menghela nafas aku tahu pasti mba Elva khawatir namun mau bagaimana lagi aku butuh pekerjaan tidak mungkin kan aku hanya makan dari hasil jerih payah Mba Elva. "Mba sih nyaranin kamu buat nyari kerjaan lain, di club itu berbahaya Ay apalagi buat kamu yang masih belum tahu tentang dunia malam." "Nanti mba bantu kamu nyari kerja di cafe ya." Tawaran mba Elva membuat ku mengangguk dan tersenyum. Aku sangat berterima kasih kepada tuhan karena sudah mempertemukan aku dengan orang-orang baik seperti mba Elva dan sahabat ku Zara. "Yuk makan keburu dingin, habis ini mba pergi kerja ya. Kamu baik-baik di kos jika ada apa-apa panggil satpam di depan." "Loh mba ini kan udah jam tujuh malam, memang biasanya mba kerja jam berapa?" Tanya ku heran pasalnya ini sudah malam dan tidak mungkinkan mba kerjanya ambil sift malam. "Iyalah Ay memang mau jam berapa, kan club malam itu banyak yang datang di jam segini." Lalu Mba Elva berdiri untuk mencuci piring bekas kami makan. "Eh mba biar aku saja, mba siap-siap buat pergi kerja." Mba Elva berterima kasih lalu pergi ke kamar yang ada di kos tersebut. ....... "Sayang apa malam ini James tidak pulang lagi?" Tanya Inez sambil bergelut manja di lengan Roy. Walaupun umurnya sudah berkepala empat namun Inez tetap saja cantik dan membuat Roy semakin Possessive. Dan Roy jangan ditanya lagi pria itu yang berusia kepala lima pun juga masih sangat tampan dan tentunya hot. "Sssttt gak usah khawatir dia sudah besar nanti juga bakal balik kesini." Jawab Roy ada sedikit nada kesal saat lagi-lagi istrinya mengkhawatirkan anak sulungnya dan tentu saja pria tua itu cemburu. "Ck kau ini sepertinya tidak menyukai anak ku itu!" Kesal Inez dan hendak bangun namun dengan cepat Roy memeluknya. "Bukan gitu, jangan bahas lagi aku malas dan akhirnya kita akan bertengkar!" Kata Roy, setelah sekian lama mereka akhirnya bisa berduaan seperti ini. "Tidurlah besok pagi kita harus datang ke universitas Damian lagi-lagi membuat keributan." Ucap Roy setelah James berusia lima tahun mereka kembali memiliki anak ke dua yang berjenis kelamin laki-laki dan sekarang berusia dua puluh tahun. Namanya Damian Alexander Smith kelakuan anak mereka yang satu itu 11 12 dengan kelakuan James namun bedanya James tidak pernah membuat keributan sampai orang tuanya di panggil. Sedangkan Damian selalu saja membuat keributan entah sudah berapa kali Roy di panggil ke Universitas untuk menemui Rektor. "Ah anak itu, aku jadi merindukan nya. Coba saja kau tidak memberikannya apartemen waktu itu maka dia pasti akan pulang." Roy menggeleng kan kepalanya saat mendengar perkataan sang istri, kenapa jadi dia yang di salahin terus. "Baiklah baiklah minggu depan aku akan menyuruh mereka pulang dan kita akan pergi berlibur bersama." Bujuk rayu Roy dan Inez menganggukkan kepalanya saja jangan berpikir jika mereka hanya memiliki dua anak saja, anak mereka ada 3 yang terakhir berjenis kelamin perempuan dan dia menjadi anak kesayangan Roy. Anak perempuan yang selama ini diinginkan oleh pria itu dan anaknya sekarang baru berusia tujuh belas tahun, tiga tahun lebih muda dari Damian. Namanya Bella Alexander Smith dia baru kelas dua SMA. Anak gadis Roy tersebut tidak diijinkan oleh Roy untuk tinggal sendiri karena itu juga demi kebaikan Bella. Roy dan Inez memutuskan untuk tinggal di indonesia khusus di Bali karena di sana Roy memiliki perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan untuk perusahaan di amerika Roy sesekali ke sana dan juga dia telah memberikan hak penuh untuk James mengelola perusahaan tersebut. ....... Setelah Mba Elva pergi bekerja, aku sekarang sendirian di kosan ini. Huh rasanya sangat sepi mana aku tidak dekat dengan tetangga Mba Elva disini. Aku duduk di depan Tv sambil menonton dan sesekali aku mencari lowongan pekerjaan di surat kabar yang ada di meja Mba Elva tadi. Mata ku menyusuri nama-nama perusahan yang sedang membutuhkan karyawan baru namun perusahan itu mencari lulusan sarjana sedangkan aku, lulusan SMA saja. Gotcha! Aku melihat lowongan pekerjaan di cafe dan mereka sedang membutuhkan karyawan dan syarat nya tidak sulit hanya KTP dan juga satu lembar sebuah surat lamaran. Akhirnya, aku langsung berlari ke kamar untuk mengambil buku dan pulpen untuk menulis surat agar besok aku bisa langsung ke cafe itu. Setelah selesai membuat surat aku langsung membersikan meja dan melihat jam yang ada di dinding ternyata sudah jam sebelas malam pantesan aku sudah mengantuk tapi kenapa Mba Elva belum pulang? Apa dia lembur malam ini, saat memikirkan Mba Elva yang lembur aku sangat kasian dengannya namun apa boleh buat itu sudah resiko. ..... "Ayolah Ed kau tidak mau mencoba salah satu dari mereka ini." Bujuk salah satu teman Edward kepadanya pria tampan itu hanya diam dan sesekali menyesap wine yang sudah di sajikan oleh para pelayan untuknya. "Tidak, silahkan kau ajak Brayen, Dam aku tidak berselera sekarang." Jawab Edward dengan santai dia hanya ingin menikmati malamnya dan menghilangkan rasa penat satu hari ini karena terlalu fokus bekerja tadi. Pria yang di panggil Dam oleh Edward tadi hanya bisa mendengus kesal, percuma saja dia menyewa perempuan jalang jika temannya ini tidak ingin memakai mereka. "Kalian bisa pergi!" Perintahnya dan para perempuan tersebut langsung pergi dari sana. "Adam aku dengar kau membuka cafe kecil sekarang apa benar?" Tanya Edward dia tidak habis pikir dengan sahabatnya ini, untuk apa membuka cafe jika dia saja sudah memiliki perusahan cukup besar ya walaupun tidak sebesar miliknya. "Ya aku membangun cafe kecil karena aku sangat ingin membantu masyarakat kecil." Edward hanya bisa menggeleng kan kepalanya saat mendengar perkataan sahabatnya itu.walaupun Adam seorang playboy namun pria itu sangatlah setia jika sudah memiliki pasangan dan dia juga sangat dermawan walaupun Adam sudah memiliki perusahaan besar. Selanjutnya mereka memulai obrolan santai, lalu tidak lama mereka turun ke lantai dansa. Untuk malam ini Edward hanya mau menghabiskan waktu nya disini dan membuat pikirannya tenang sedikit. ........ Sekian guys..... Kalimantan Tengah 06 Nov 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD