Mbak Nesya(pov Sari)

1263 Words
Tanda Merah Di Leher Suamiku 14 Mbak Nesya (Pov Sari 4) "Maaf ya, Sar. Kami nggak bisa ngajak kamu sekalian ke Singapura, soalnya kami sudah punya satu asisten rumah tangga di sana," ucap majikanku kala itu. Tentu saja aku bisa mengerti akan hal itu, dan tentu saja, akhirnya aku harus kembali pulang kampung. Rencanaku, aku tak akan lagi pulang ke rumah Mas Bayu, karena tak ingin kejadian kemarin terulang untuk ketiga kalinya, jadi nanti aku akan menyewa kamar kost, sambil mencari pekerjaan lagi. Sebuah panggilan masuk dari nomor mas Bayu, saat aku masih dalam bis, perjalanan menuju kampung. Tumben, padahal selama setahun aku kerja di Jakarta, tak sekalipun kakakku itu menghubungiku. Dan karena masalah dengan mbak Nesya dulu, aku jadi tak pernah pula berkabar dengan mas Bayu. "Assalamualaikum, Mas. Ada apa? Tumben menghubungiku," ucapku membuka percakapan melalui sambungan telepon itu. "Waalaikumsalam, Sar. Kamu sedang ada di mana sekarang?" ucap mas Bayu lirih. Dari suaranya, sepertinya kakakku itu sedang dalam keadaan tidak baik. "Ini sedang di dalam bis, Mas. Aku sudah tak kerja lagi di Jakarta, dan ini mau pulang kampung. Ada apa sih, Mas? Kok kayaknya sedih banget gitu?" tanyaku lagi langsung to the point. "Nggak ada apa-apa kok, Sar. Kamu mau pulang ke sini 'kan?" tanya mas Bayu lagi. Aku tahu pasti ada sesuatu, karena memang sifatnya mas Bayu ini, suka sekali memendam masalah. "Kayaknya nggak deh, Mas. Aku nggak enak sama mbak Nesya. Aku mau menyewa kamar kost saja, sambil mencari pekerjaan baru." "Ngapain sih pakai ngekost, sudah tinggal di sini saja." Kali ini, ucapan mas Bayu itu terdengar tegas, tumben. "Nggak ah, Mas. Nanti mas dan mbak Nesya berantem lagi jika aku berada di sana." Beberapa saat mas Bayu terdiam, entah kenapa dia kini tak berucap sama sekali. "Halo, Mas. Masih di sana 'kan?" tanyaku lagi memecah keheningan. "Ya, masih Sar. Tolong kamu pulanglah ke sini meski hanya sebentar saja. Nanti jika kamu sudah sampai di perempatan pasar, hubungi aku biar kujemput," ucapnya lirih. "Baiklah Mas, nanti aku akan turun di perempatan pasar, dan menghubungimu." Panggilan itu kemudian kuakhiri, dalam hati aku berpikir bahwa memang ada sesuatu yang tidak beres dengan mas Bayu, namun, aku tak bisa menerka-nerka apa itu. Setelah sampai di perempatan pasar, aku langsung menghubungi mas Bayu, dan tak sampai lima menit, kakakku itu sudah datang menghampiriku. Banyak sekali perubahan padanya, padahal kami hanya tak bertemu sekitar setahun saja, kenapa keadaannya jauh berbeda. Dan dia datang padaku menggunakan motor matic tahun lama, kemana motor besarnya? Ah mungkin ada di rumah, pikirku saat itu. Dari pasar menuju ke rumah mas Bayu memang tak jauh, hanya sekitar lima menit perjalanan saja, tapi kali ini dia terus saja melajukan motor bututnya. Aku masih diam saja tak bertanya, kupikir mungkin di a ingin mampir kemana dulu. Hingga kemudian dia membelokkan motor tuanya ke sebuah rumah kecil, dan mengajakku masuk. "Ini rumah siapa, Mas?" tanyaku saat baru saja turun dari motor. "Ya rumahku, Sar. Ayo masuk dulu, ada yang ingin ketemu sama kamu," ucap mas Bayu sambil tersenyum. Rumah kecil ini terlihat amat kotor sekali, seperti tak pernah dibersihkan. Mas Bayu kemudian mengajakku masuk, ke sebuah kamat tanpa pintu, hanya kelambu saja yang menutupinya. "Mbak Nesya...." Mulutku seketika mengangga, melihat pemandangan menyedihkan yang ada di depan mataku. Mbak Nesya, tengah terbaring lemas, dengan badan kurus kering. Bau tak sedap pun seketika menguar, ketika masuk.ke dalam kamar sempit ini. "Duduklah di sebelah sini, Sar," ucap mas Bayu sambil menepuk kasur. Aku pun kemudian duduk, dan masih tetap memperhatikan mbak Nesya, nampak kini dia sudah terbangun. "Sa...sari...ma...maaf..." Mbak Nesya nampak amat kesulitan mengucapkan kata-kata itu. Aku hanya bisa mengangguk dan air matapun tak lagi bisa kubendung. Tampak mbak Nesya kini masih saja terus menatapku, dan terlihat ingin sekali berucap, tapi sangat sulit. Dan tentu saja hal itu membuatku tak tega melihatnya. "Mbak Nesya kenapa, Mas?" tanyaku pada mas Bayu yang duduk di samping kepala mbak Nesya. "Ceritanya amat panjang sekali, Sar. Dan semua ini mulai terjadi saat kamu berngkat menuju ke Jakarta. Semua di mulai saat malam itu, toko mengalami perampokan, dan semua isinya dibabat habis. Dan tentu saja saat itu kami amat shock." Mas Bayu berhenti sejenak berbicara, menarik nafas dalam-dalam, dan terlihat matanya mulai berkaca-kaca. Aku sengaja diam saja, agar dia tetap meneruskan ceritanya. "Saat itu, kami bingung, bagaimana bisa membayar uang bulanan pada Bank, jika toko sudah tak ada isinya? Padahal saat itu, kami sedang tak punya simpanan, karena semuanya sudah untuk kulakan, eh malah malamnya di rampok semua. Akhirnya, kuputuskan untuk menjual motor, sebagai modal usaha, meski pun isi tokonya tak bisa sebanyak dulu. Namun, toko menjadi amat sepi, padahal kami menjual dengan harga yang lebih murah dari sebelumnya. Tapi tetap saja tak laku. Dan enam bulan kemudian, rumah disita oleh bank, karena kami memang tak mampu membayar setoran pinjaman yang jumlahnya dua pulub lima juta rupiah perbulan, sebenarnya berat tapi ya mau gimana lagi, toh kami sudah angkat tangan juga. Karena mungkin kaget dengan keadaan yang berputar drastis ini, Nesya langsung stroke, dan tentu saja membutuhkan banyak uang untuk biaya perawatannya di rumah sakit. Sedangkan toko baru kami, malah sepi sekali, tak jarang tak ada satu pembeli pun yang datang." Mas Bayu kembali menjeda ceritanya, dan menarik nafas dalam-dalam, dan kemudian mengusap rambut istrinya yang kini dipotong cepak. "Hingga tiga bulan yang lalu, dengan terpaksa kujual juga toko beserta isinya itu. Untuk membayar hutang, selama Nesya di rawat di rumah sakit, dan sisanya kubelikan motor dan juga untuk menyewa rumah ini selama tiga tahun." Mas Bayu sepertinya sudah selesai bercerita, dan nampak kini dia juga tersenyum padaku. "Kenapa Mas Bayu nggak mengabariku saat itu? Insyaallah kalau masalah uang aku bisa membantu, " ucapku. "Aku tak enak sama kamu, Sar. Karena sudah sering merepotkaanmu, dan Nesya juga sudah cerita tentang kecurangan yamg dipetbuatnya padamu. Karena itulah, aku dan Nesya ingin memintà maaf yang sebesar-besarnya padamu," ucap mas Bayu lirih. Mbak Nesya juga tampak menangis, tapi dia tak bisa berucap. Berarti mas Bayu telah tahu apa yang diperbuat istrinya itu padaku. Ya Tuhan, apa ini yang dinamakan karma, menyesal juga dulu, kenapa mulutku bisa berucap sekejam itu. Namun, saat itu aku tak pernah menyangka jika semua bisa menjadi seperti ini. "Sudahlah, Mas. Aku sudah melupakn semuanya. Nah, sekarang begini saja, aku ada sedikit tabungan. Mas Bayu mau bikin usaha apa? Boleh digunakan kok uangku itu,"jawabku sambil tersenyum. Awalnya sih mereka tak mau menerima bantuanku, namun aku terus memaksa. Jika bukan aku, siapa lagi yang akan.membantu mereka, toh aku juga tak tega melihag keadaan mereka seperti ini. Akhirnya Mas Bayu pun menyewa sebuah lapak kecil di dalam pasar, dan mulai berjualan, dan tentu saja hal itu membuatku senang. Dan sungguh aku ikhlas memberikan semua uangku padanya. Dua bulan tinggal bersama mereka dan membantu merawat mbak Nesya, aku pun kemudian mendapat pekerjaan. Dan tentu saja aku langsung berngkat. Namun kali ini, nasibku sungguh s**l, bos baruku ini amat kejam dan ringan tangan, meski aku tak membuat kesalahan. Setiap hari, mereka selalu saja menghajarku, dengan kesalahan sepele yang kubuat. Rasanya kedua majikanku yang masih muda itu, memiliki kelainan, karena mereka suka sekali menghajarku. Sebenarnya dari awal aku sudah ingin pergi, namun tak bisa, mereka mengunciku di rumah saat mereka pergi. Tetapi, setelah tiga bulan berada di sana, akhirnya aku bisa melarikan diri, sejauh mungkin. Dan saat itulah aku bertemu dengan Bu Siska, dan dia mengajakku pulang ke rumahnya, karena katanya kebetulan sedang mencari asissten rumah tangga. *hallo semuanya... Maaf ya kemarin libur update, soalnya lagi sakit. Bab berikutnya masih ada satu lagi POV SARI, yang akan menceritakan awal bekerja di rumah Siska, dan hubungannya dengan Andi. Terima kasih untuk yang selalu mengikuti cerita ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD