Chapter 2 - Again?

1576 Words
Author Pov  "Lovey!" Lovely Maharani, begitulah nama lengkapnya. Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana namun ia mempunyai sisi periang dalam sifatnya. Lovely memang bukan dari golongan mahasiswa berada. Tapi dia cukup dikenal oleh mahasiswa lainnya. Lovely adalah gadis pintar yang mendapatkan beasiswa dari kampus yang dijadikannya sebagai tempat menimba ilmu. Universitas Sanjaya. Gadis yang dikenal dengan panggilan Lovey itu pun kini menoleh saat namanya merasa terpanggil. "Tungguin gue, Lov!" seru gadis lainnya yang berambut sebahu. "Ya ampun, Fi, gak usah pake lari-lari juga kali entar bengek lo kambuh lagi...." ucap Lovely setelah sahabatnya itu sampai di hadapannya. "Enak aja bengek. Asma tau," protesnya lantas memukul lengan Lovely pelan. Gadis itu pun terkekeh, "Sama aja kali!" membuat Fioren merengut kesal setelah sempat diejek sahabatnya barusan. "Eh, si Missya belum ke sini?" tanya Lovely mengedarkan pandangan. Fioren menggeleng, "Belum kayaknya. Ngantin dulu yuk, gue haus nih!" ajaknya kemudian menarik tangan Lovely. "Enggak ah, gue lagi gak punya duit...." tolak Lovely menggeleng. Fioren menoleh sambil berdecak, "Gue yang traktir!" "Tapi--" "Udah ayo ah, gak baik nolak rezeki!!" potong Fioren dan berhasil menarik Lovely guna pergi ke kantin kampus yang menyediakan banyak makanan terpilih.                                                                                                                  --- Lovely Pov "Lo mau pesan apa?" tawar Fioren setelah kita mendapatkan tempat duduk. Duh gak enak nih, masa ditraktir lagi sih.... "Heh, malah bengong ah lo!" tepukan kecil mendarat di bahuku. Aku mengerjap, "Ah? Emm ... apa aja deh terserah lo!" kataku pada akhirnya. Kulihat, Fioren memutar bola mata, "Ya udah ... gue pesanin makanan kesukaan lo aja ya!" putusnya yang hanya kuangguki. Sementara Fioren pergi memesan makanan, aku pun memutuskan untuk membuka materi kuliah yang akan kupelajari di kelas nanti. "Lo kenapa, Cla? Kok tumben gak tampil paripurna kayak biasanya...." samar-samar aku mendengar suara orang berbincang di meja belakangku. "Gue lagi gak mood dandan, Win," sahut temannya yang kudengar sembari mendesah lesu. "Kenapa? Gak biasanya banget deh!" "Gue lagi broken heart ... hiks," "Really? Sama siapa?" "Hiks ... Del ... Ta ... Hiks," Etah kenapa, mendengar nama itu aku pun spontan mengangkat wajah dari diktat kuliah yang sedang kutekuni. Lalu, demi ingin melihat dua orang yang kini tengah berbincang mengenai sosok nama yang tak asing di telingaku, aku lantas sedikit melirik ke arah belakang. Tepatnya, ke meja yang kini tengah diisi oleh dua perempuan sama-sama berambut panjang. Aku tahu keduanya. Kalau tidak salah, mereka adalah Claudia dan Wina. Duo borju yang senang sekali dalam memamerkan kekayaan orangtuanya. "Emangnya lo diapain si Delta sih sampai-sampai lo desperate kayak gini?" tanya Wina menyentuh bahu Claudia. Kulihat juga Claudia tak menjawab. Bahunya malah bergetar. Aku rasa, dia menangis. Hingga tak lama kemudian, Claudia pun tiba-tiba berdiri dari duduknya. "Lo mau ke mana?"  Wina mendongak. "Gue mau balik, Win...." jawab Claudia bergetar. "Loh, tapi--Claudia ... tunggu!" melihat temannya itu pergi, Wina segera menyusul Claudia yang sudah berlari meninggalkan kantin. "Lihatin apaan, Lov?" aku terlonjak kaget saat kudapati Fioren sudah kembali ke meja ini. Aku mengusap d**a sejenak, "Enggak, gue gak lihatin apa-apa...." gelengku kemudian. Fioren pun mengangkat bahu, "Nih, mie ayam kesukaan lo," katanya sembari menaruh mangkuk mie ayam di hadapanku. "Thanks, Fi...." ucapku tersenyum.                                                                                    **** Author Pov Lovely berjalan menelusuri lorong kampus yang sepi. Saat ini dia sedang menuju ruangan rektor di ujung sana. Lovely tidak tahu kenapa dia dipanggil oleh rektor kampusnya. Apa ada hal penting yang akan dibicarakan? Semoga saja bukan soal uang atau apapun yang menyangkut ekonomi, karena jika itu persoalannya, Lovely tidak bisa menjamin kalau ia akan mampu membayarnya dalam waktu dekat. Mengingat di kafe tempatnya bekerja ia belum terima gaji, ditambah lagi Lovely pun tidak mau membuat Bundanya susah hanya karena biaya dadakan kuliahnya. "Hey, sexy lip? Kita ketemu lagi di sini...." Langkah Lovely terhenti ketika sosok lelaki m***m tahu-tahu muncul mengadang jalan di depannya. Ck! Bad boy m***m lagi. "Minggir deh, gue lagi buru-buru nih!" usir Lovely jengah. "Buru-buru amat? Santau aja kali, gue masih kangen." kata Delta santai, memamerkan senyum mautnya. Jangan dikira Lovely akan terpana dengan senyumannya. Sampai matahari terbit dari barat pun, gue gak akan terbius sama senyuman setannya! "Gue gak ada waktu buat layanin ocehan busuk lo!" delik Lovely ingin segera pergi. "Tapi gue selalu ada waktu buat sekadar melihat bibir lo yang seksi itu," seringai Delta membuat Lovely menatap garang. "Bodo amat! Terserah apa kata lo. Udah ah, gue ditunggu rektor nih. Minggir!" usir Lovely lagi seraya berniat untuk menyingkirkan tubuh besar Delta dari hadapannya. Tapi sayang, tenaganya tidak sebanding dengan kekuatan tubuh si lelaki yang justru malah tetap bertahan menghalanginya.                                                                                            *** Delta Pov Bibirnya emang seksi. Mampu membangkitkan gairah gue yang selama ini terpendam jauh di dalam sana. Saking inginnya, gue bahkan suka menjadikan bayangan bibirnya sebagai fantasi saat gue lagi ciuman sama jalang di luar sana. Oh God, kapan ya gue bisa sentuh dia lagi? "Heh! Minggir gak? Gue lagi ditunggu rektor nih di ruangannya, Gue mengerjap dan mengalihkan tatapan gue yang pengen nangkring terus di bibirnya ketika mendengar suara galaknya yang kembali membelai telinga. "Emangnya ada urusan apa sih lo sama rektor? Sampe-sampe lo lebih milih dia dibanding gue yang udah luangin waktu buat ketemu lo, hem?" tanya gue berkacak pinggang. Gue gak akan biarin dia pergi sebelum dapat jawaban yang jelas. Apa bagusnya rektor gendut itu? Kan mending gue, udah cakep-tajir-bisa puasin di ranjang pula. Hahaha. "Gue lebih milih berhadapan sama Pak rektor dibanding berhadapan sama bad boy m***m kayak lo!" semprotnya garang sambil arahin telunjuk lentiknya tepat ke depan muka gue. Astaga. Gue emang m***m tapi kan wajar. Gue cowok normal okey! "Ck, kelamaan!" decaknya jengah. Hingga entah gimana caranya, dia pun berhasil singkirin badan gue dari hadapannya. "Heh, Lovey! Gue belum kelar ngobrol sama lo," teriak gue sambil balik badan. Si bibir seksi terus berjalan jauhin gue. Sampai di belokan sana, dia noleh ke arah gue. Gue pikir dia berubah pikiran, tapi ternyata dia malah ngasih gue jempol kebalik. Udah gitu, dia pergi deh menuju ruangan rektor sialan itu. Arghhtt! Awas lo Lovey, cepat atau lambat lo pasti akan jatuh juga ke pelukan gue. "Sob!" Gue menoleh saat suara Fedrik mampir ke telinga gue. Ternyata si kunyuk itu sekarang udah berdiri aja di belakang gue. "Fedrik. Apaan?" sahut gue sedikit malas. "Entar malam clubbing, yuk! Udah lama gue gak one night stand." ajaknya sambil mengalungkan tangan kanannya di pundak gue. Clubbing? Kayaknya bukan ide yang buruk. Gue juga udah lama gak ke sana. Meski gue lagi gak minat main di ranjang, tapi kalo untuk minum-minum doang sih gak masalah. "Lo yang bayarin tapi ya!" kata gue menantangnya. Fedrik ngibasin tangannya seakan menganggap enteng, "Gampang itu mah. Jangan kayak orang susah lah, Sob!" "Haha. Iya deh, entar kita ketemu langsung aja di sana." angguk gue setuju.                                                                                            ----- Author Pov Hingar bingar musik yang berasal dari permainan DJ Adrian semakin menyajikan lautan manusia di dance floor sana. Tidak sedikit dari mereka yang meliuk-liukkan tubuhnya sesuai irama musik yang dimainkan. Delta sudah menduduki sofa empuk di sudut ruangan berisik itu. Sementara Fedrik temannya sedang mencari mangsa untuk dijadikannya sebagai partner one night stand-nya. "Delta?" Lelaki tampan yang tengah memanggut-manggutkan kepalanya itu pun spontan menoleh saat sebuah suara lembut menyebut namanya barusan. "Lo beneran Delta, kan?" tanya wanita berambut merah tembaga itu. Delta mengernyit, "Lo siapa?" cowok itu meneliti detail penampilan wanita cantik yang kini sudah duduk di sebelahnya tanpa diminta. "Hey, lo lupa sama gue? Padahal ... dulu gue pernah jadi partner one night stand lo," ucap wanita itu terlihat sedikit kecewa. Delta mencoba mengingat-ingat wanita di sebelahnya. Partner one night stand? Delta kan gak pernah mengingat perorangannya. Jadi wajar kan kalau Delta gak mengenali wanita itu? "Okey, mungkin lo lupa. Kalau gitu ... kenalin, gue Ades. Seneng deh bisa ketemu lo lagi," katanya lantas memperkenalkan diri sambil diikuti dengan tangan kanannya yang terulur. Delta mengangguk ragu, tapi dia pun menerima uluran tangan Ades juga. "Oh ya, lo udah ada partner buat malam ini belum?" tanya Ades mulai merapatkan jarak duduknya. "Gue lagi gak pengin making, Des...." jawab Delta jujur. Ades tersenyum simpul. Lalu dia pun mencoba untuk menggoda Delta. "Kalo gitu, kita foreplay aja gimana?" tawar Ades seraya mengarahkan tangannya ke kemaluan Delta. Cowok itu memutar bola mata. Digoda duluan oleh wanita memang bukan hal aneh bagi Delta. "Kalo boleh gue jujur, gue kangen sama ciuman panas lo...." bisik Ades s*****l dan dengan sendirinya ia melompat naik ke pangkuan Delta. Belum sempat Delta menolak perlakuan Ades, bibirnya pun malah sudah dilumat oleh bibir merah Ades. Bukan hanya itu, si wanita pun meraih tangan Delta dan meletakkannya di p******a Ades yang menyembul keluar. "Ades, gue--" kesempatan itu dimanfaatkan Ades untuk memasukkan lidahnya ke mulut Delta. Dengan ahli, Ades pun mengobrak-abrik seisi mulut Delta. Membuat si pemilik mulut sedikit terangsang, hingga tanpa sadar sebelah tangannya mulai menggerayangi paha Ades yang terbuka mulus. "Engh, Del. Gue pengen lebih, gue pengin--" tanpa diduga, tiba-tiba saja Delta menyudahi ciumannya sekaligus menurunkan Ades dari pangkuannya. Sontak, Ades pun memelotot tak terima, "Delta, apa yang lo lakuin?" "Sori, Des. Ada hal yang jauh lebih penting dari sekadar foreplay sama lo," cetus Delta jujur, lantas ia pun segera pergi meninggalkan Ades guna menghampiri sosok yang tak sengaja dilihatnya ketika sedang menggerayangi paha Ades sesaat lalu. "Cih! Lagi gak mood making sama siapa pun, tapi malah samperin cewek lain. Sialan!" umpat Ades marah lantas berlalu. Sementara itu, kini Delta sudah berada di belakang gadis yang amat sangat dikenalnya. Dengan satu sentakan, Delta pun berhasil membalikkan tubuh sang gadis. "Meet again with me, Sexy lip...." ucap Delta di tengah berisiknya musik yang sukses membuat mata gadis di hadapannya terbelalak bercampur kaget.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD