Chapter 3 - Night Club

1574 Words
Lovely Pov "Dragonfly night club...." aku bergumam membaca 3 kata yang terpampang di atas sana. "Lovey, buruan!" seru Missya jengkel, dia terlihat mirip tante tante karena dress merah ketat yang dipakainya sekarang. Astaga! Ini beneran, mereka mengajak aku ke club malam? Tapi, mau apa mereka ajak aku ke sini? "Lov, ayolah ... jangan buang-buang waktu deh!" timpal Fioren memutar bola mata. Tak jauh berbeda dengan Missya, ia juga seperti bukan gadis berumur 19 tahun akibat dress hitam seksi yang dikenakannya. Sepertinya mereka sudah siap banget buat masuk ke dalam club itu. Pakaian yang mereka pakai juga superketat sekali. Untung aku gak ikutin kostum mereka. Kalau sampai ikut-ikutan, bisa didamprat Bunda semisal dia tahu. Ya ampun! Aku boleh kabur gak sih? "Ck! Lovely Maharani ... kita dandan selama satu jam lamanya tuh bukan buat berdiri b**o di luar kayak gini. Udah deh, cepet ikut masuk!" hardik Missya semakin terlihat kesal. "Tapi Mis, gue--" "Lovey sayang, tenang aja. Di dalam aman kok," kata Fioren lantas mengamit lenganku guna menyusul Missya yang sudah masuk duluan. Aku gak yakin tempat kayak gini bisa dijamin keamanannya. Mengingat dari cara berpakaiannya saja tidak tertutup, aku rasa di dalam sana akan lebih banyak yang mengenakan pakaian superseksi. Meski sebenarnya masih ragu, tapi ujung-ujungnya aku masuk juga digandeng Fioren. Melewati seorang pria bertubuh besar dengan wajah yang lumayan sangar. Sejujurnya, aku agak takut melihatnya, tapi saat Fioren menyapanya dia pun tampak mengangguk sambil tersenyum. Syukurlah, seenggaknya ... dia masih punya sisi baik yang tersirat dalam senyumannya. Hal pertama yang aku lihat saat masuk ke dalam ruangan ini adalah, lampu yang berkerlap-kerlip. Dan hal itu sukses telak membuat pandanganku seperti berkunang-kunang. Suara bising pun mulai menyeruak ke indera pendengaranku. Astaga! Tempat macam apa ini? "Fi, kita mau ngapain sih di sini?" tegurku pada Fioren yang saat kulihat dia malah sedang celingukan entah mencari siapa. Kalo saja Fioren gak mengeluarkan rengekan ampuhnya buat bujuk aku supaya ikut, kayaknya aku lebih memilih buat bobo cantik deh di dalam kamar. Ufh.... Setelah kutanya sebelumnya, Fioren gak menjawab. Dia malah sudah joget-joget kecil mengikuti irama musik yang entah bergenre apa ini? Agar dia menyahut, kutepuk lengannya sekali. Kontan, Fioren pun menoleh sambil menyahut, "Apa, Lov?" "Kita mau ngapain di sini, Fi?" tanyaku mengulang. Fioren mengerutkan dahi, "Lo ngomong apa, Lov? Gue gak dengar...." Katanya setengah berteriak. Aku menghela napas, itu artinya aku juga harus berteriak seperti yang baru saja Fioren lakukan. "KITA MAU NGAPAIN DI TEMPAT INI, FI?" teriakku melawan suara musik yang sangat memekakkan telinga ini. "Ooh, ya kita havefun lah, Lov. Tenang aja ... di sini lo bakalan happy pokoknya!" sahutnya dengan kepala geleng-geleng di tengah dentuman musik yang semakin menggila. Ya Tuhan! Mau happy gimana kalau gendang telingaku saja hampir pecah gara-gara mendengar musik sialan itu? Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Baru aku sadar kalau di sini sangat banyak sekali wanita yang memakai pakaian kurang bahan layaknya Fioren dan Missya. Bahkan, mereka terlihat begitu nyaman dengan kain yang melekat di tubuh masing-masing. Jadi begini suasana dunia malam itu? Sepanjang sejarah kehidupanku, baru pertama kalinya aku menginjakkan kaki ke tempat seperti ini. Itu pun karena hasil paksaan Fioren dan Missya. Seandainya mereka tidak terus mendesakku agar ikut, mungkin aku sudah berada di atas tempat tidur sambil bergelung di bawah selimut hangat. Kemudian, di saat aku yang lagi fokus menatap sekeliling. Tiba-tiba saja, tubuhku dipaksa berbalik ke arah belakang. "Meet again with me sexy lip?" aku terbelalak lebar, cukup kaget karena tanpa diduga malah harus bertemu lagi dengan si bad boy m***m ini. Kayaknya, dunia ini sempit ya. Kemana pun aku pergi, pasti harus ketemu terus sama dia. Menyebalkan! "Hai, Del?" sapa Fioren tersenyum. Yeah, Fioren memang cukup akrab sama cowok m***m itu. Maka wajar jika dia menyapa duluan si manusia menyebalkan ini. "Oh hai? Any way, dia lo yang ajak?" tanyanya sambil menunjuk ke arah ku. "Iya. Sengaja, biar dia tau dunia malam itu seseru apa...." sahut Fioren terkikik, sementara aku hanya mampu mendelik tatkala si bad boy m***m itu melirik. "Oh iya, Del ... gue bisa minta tolong gak?" pinta Fioren tiba-tiba. "Minta tolong apaan?" Kulihat, Fioren melirik ke arah ku sejenak. Kemudian sebuah kalimat pun kembali terlontar dari mulutnya, "Gue mau cari si Missya dulu. Lo bisa temenin si Lovey kan?" Mendengar permintaan Fioren, refleks aku pun memelotot. Apa-apaan? Fioren gak salah? Dia menitipikan aku pada si bad boy m***m ini? Astagaaaaaa....                                                                                           ---- Author Pov Lovely terlihat sangat kurang nyaman dengan sekitarnya. Apalagi, Lovely harus dengan terang-terangan melihat dua manusia yang berciuman tanpa tahu malu. Tuhaan! Kayaknya, aku salah masuk tempat deh. "Lo mau minum, Lov?" tawar Delta yang sedari tadi menemaninya. Lovely menoleh lantas menggeleng, "Gue gak haus," "Terus lo mau apa?" tanya Delta lagi, "Mau makan?" "Gak, makasih. Lo gak usah tawarin gue apa-apa!" tukas Lovely kelewat ketus. Delta pun hanya mengangkat bahu sembari turut melihat ke sekeliling. "Sob?" Fedrik yang baru datang melambaikan tangan pada sohibnya. "Hoy, Fed!" sahut Delta. Lantas, Fedrik pun mulai berjalan menghampiri Delta sambil menggiring wanita berpakaian terlalu seksi di sampingnya. "Gue pikir lo udah di ranjang," ujar Fedrik setelah sampai di hadapan Delta. "Gue lagi gak mood HS, Bro...." balas Delta mengibaskan tangan. Membuat Lovely melirik cowok itu dengan kernyitan di dahi. Sepertinya, si gadis tidak paham dengan singkatan yang baru saja Delta bicarakan. "Ah, payah lo!" ejek Fedrik, "Ya udah, kalo gitu ... gue chek in dulu ya...." pamit Fedrik sembari mencium kasar wanita bayarannya. Lalu, teman Delta itu pun langsung pergi bersama wanita pilihannya. Melihat kelakuan Fedrik yang tak kenal tempat apalagi tahu malu, Delta hanya geleng-geleng tak habis pikir. "Lo mau--Lov?Astaga! Si Lovey ke mana?" pekik Delta panik saat menyadari bahwa Lovely tidak ada di sampingnya. Sepasang hazel Delta mulai meliar kesana-kemari. Mencari sosok Lovely yang pasti akan sedikit mudah ia temukan, mengingat pakaian yang digunakannya hanya kaus hitam kebesaran dengan kerah yang sedikit turun dan dipadukan dengan hotpans abu yang tenggelam di balik kausnya. Delta yakin pasti akan segera menemukannya. Lelaki itu lantas mulai berlari ke arah barat. Dia harus segera mendapatkan kembali gadis itu sebelum ada p****************g yang menyambarnya. "Delta, mau ke mana lo?" tegur salah satu bartender yang mengenalnya. "Nick, lo lihat cewek setinggi bahu gue gak?" lontar Delta langsung sembari menunjukkan bahunya, "Dia pake kaus hitam sama hotpans abu. Lo lihat dia gak? Rambutnya dikuncir kuda," imbuh Delta dengan penjelasan yang rinci. Bartender yang Delta ketahui bernama Nick itu terlihat berpikir. Lalu, sejurus kemudian ia menatap Delta yang tengah memasang raut panik. "Maksud lo cewek itu?" seru Nick menunjuk ke salah satu meja di belakang Delta. Mengikuti arah telunjuk Nick, Delta pun menoleh. Kontan, matanya membulat sempurna saat menemukan sosok yang sedang dicarinya tengah meneguk habis satu gelas cocktail yang disodorkan oleh lelaki berambut ikal di sana. "Berengsek!" umpat Delta langsung berlari menghampiri. Dilihatnya, Lovely seakan sudah hampir kehilangan keseimbangannya. Entah sudah berapa gelas yang Lovely teguk sejak tadi? "Lo kenapa kasih dia minuman kayak gini b**o?" bentak Delta sambil melingkarkan tangannya di pinggang Lovely. Sepertinya, Lovely sudah mabuk berat. "Dia kehausan. Ya gue kasih aja itu!" jawab si lelaki berambut ikal tanpa merasa bersalah. Dugh. "Anj*ng! Kenapa lo tendang kaki gue?" lelaki itu marah sembari meraba tulang keringnya yang ditendang Delta. "Karena lo udah bikin cewek ini mabuk, b*****t!" balas Delta tak kalah murka. "Emangnya siapa dia? Sampe-sampe lo--" "Diem lo! Gak usah banyak bacot. Kalo sampe ini cewek kenapa-kenapa, gue gak segan-segan buat bikin muka lo bonyok sampe gak ada satu orang pun yang bakal kenalin lo!" ancam Delta dengan emosi yang berkobar. Tanpa mau mendengarkan lagi ocehan si rambut ikal, Delta pun lekas menggiring Lovely ke tempat yang dia kira aman. "Uhuk uhuk uhuk," tiba-tiba, Lovely terbatuk-batuk. Di tempat yang sedikit jauh dari keramaian, Delta pun mencoba untuk menyandarkan Lovely di atas sofa panjang yang tersedia. Delta lihat, gadis itu benar-benar dalam keadaan tidak sadar. "Cewek b**o! Gue tawarin minum malah nolak, giliran dikasih minum sama orang asing lo teguk sampe habis," gerutu Delta jengkel sambil menatap wajah Lovely kesal. "Mau pulang--uhuk uhuk," racau Lovely di tengah matanya yang terpejam rapat. Delta mengacak-acak rambutnya sendiri, "Gue mana tau rumah lo, masa harus gue bawa ke rumah gue sih? Apa kata nyokap-bokap entar?" erangnya setengah frustrasi. "Gue mau pulaaaang...." rengek Lovely bak anak kecil yang sudah tidak betah berada di suatu tempat. "Haduuhh, si Fioren ke mana lagi?" gumam Delta yang garuk-garuk kepala. Di tengah Delta yang kebingungan harus berbuat apa, tanpa diduga Lovely pun terbangun dan memeluk pinggang Delta dari samping. Sontak, Delta pun kaget. Untuk sesaat, ia hanya membeku kala tangan mungil milik Lovely melingkar di pinggangnya. "Gue mau pulang," lirih Lovely diikuti dengan suara cegukan. Delta tidak menjawab. Wajah Lovely sedikit mendongak. Sehingga Delta bisa dengan jelas mengamati wajah merah Lovely akibat pengaruh alkohol. Hingga ketika pandangannya jatuh ke arah bibir pink Lovely, tenggorokan Delta pun mendadak naik-turun. Bibir seksi ini yang selalu gue mimpiin. Bibir seksi ini juga yang selalu gue jadiin objek fantasi. Kalo gue cium bentar boleh gak ya? Entah sejak kapan, tiba-tiba saja bibirnya sudah menyatu dengan bibir Lovely yang tipis. Hanya lumatan kecil yang ia lakukan. Cukup lama ia mencecapi bibir Lovely. Lantas, Delta pun segera menarik wajahnya sebelum ia ketagihan dan berlanjut ke tahap lain. "Bibir lo manis juga, Lov. Gak sia-sia gue selalu memimpikan untuk cium bibir lo. Sorry, gue cium lo pas lo lagi gak sadar. Tapi, lain kali ... gue pasti bakal cium lo di saat kesadaran lo lagi penuh. Hehehe," gumam Delta terkikik sendiri sembari mengusap bibir Lovely dengan ibu jarinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD