Chapter 7 - Alfander Albi Darmawidjaya

1512 Words
Lovely Pov "Jadi?" Aku hanya menatap bingung saat Missya dan Fioren mengadakan sidang dadakan selepas mata kuliah hari ini selesai. Beberapa saat lalu, ketika dosen dan anak-anak lainnya membubarkan diri, aku justru malah ditahan di tempat oleh dua sahabatku. Ada apa ini? "Jadi apaan?" ulangku gak mengerti, saat dengan tiba-tiba Missya melontarkan satu kata ambigu seperti itu. "Lo aja yang tanyain deh, Fi!" kata Missya malah mengomando Fioren. Kulihat, Fioren mengangguk. Lalu tak lama kemudian, ia melemparkan tatapannya padaku. Tentu saja aku semakin dibuat bingung oleh sikap mereka yang aneh ini. Rasanya, seperti menjadi seorang terdakwa yang sedang diinterogaso oleh tim penyidik kasus. "Ini ada apaan sih, Fi? Kok gue berasa diselidiki kayak gini," lontarku mulai merasa risi. Fioren membuang napasnya. Kedua tangannya lantas ia taruh di pinggang, "Mewakili Missya yang katanya pengin tau banget, gue mau minta kejujuran dari lo!" ucapnya begitu serius. "Maksud lo? Kejujuran apa?" tatapku semakin tak mengerti. "Kelamaan lo, Fi...." sambar Missya tak sabar, lantas ia lekas mengambil alih. Hingga kini, Missyalah yang berdiri di hadapanku. "Ceritain sama gue, gimana caranya lo bisa kelihatan akrab sama pangeran baru idaman gue itu?" lontarnya bertanya sekaligus menuntutku untuk segera menjawab. Seketika, alisku bertaut kompak. Pangeran baru idaman Missya? Siapa? Memang kapan aku mengakrabkan diri sama cowok yang ditaksirnya? Kenal juga enggak, kan? Bermacam-macam pertanyaan pun mulai menyarang di kepalaku. "Ayo jawab!" desaknya terlihat setengah jengkel. "Apanya yang harus dijawab? Gue aja gak tau maksud dari pertanyaan lo apa!" elakku berdecak tak paham. Missya memutar bola mata, tangan kirinya lantas ia taruh di atas meja sementara tangan kanannya berada di pinggang rampingnya. "Udah deh, gak usah belagak gak tau. Lo tadi sebelum masuk kelas ngobrol dulu kan sama cowok ganteng di taman?" tuduhnya kemudian. Aku mengernyit. Mencoba mengingat-ingat apa aku sempat mengobrol dengan seorang cowok? Seingatku, sebelum masuk kelas tadi aku hanya mengobrol dengan Alfa. Sebentar.... Alfa? Hei! Apa cowok ganteng yang dimaksud Missya ini adalah Alfa? Buru-buru, kuarahkan tatapanku pada Missya yang masih setia menunggu jawabanku, "Cowok ganteng yang lo maksud itu ... Alfa?" tanyaku memastikan. "Maybe, " sahutnya mengangkat bahu, "Gue gak tau siapa namanya. Yang jelas, gue yakin betul kalo cowok yang ngobrol sama lo tadi itu adalah pangeran baru idaman gue. Dia mahasiswa baru di sini...." sambungnya menjelaskan. Berarti benar, yang dimaksud Missya memang Alfa. Soalnya, saat dia menghampirku di taman kampus, Alfa sempat cerita juga kalau dia baru pindah ke kampus ini. "Ooh ... iya, gue emang sempat ngobrol sama dia. Tapi cuman sebentar doang, kok...." tuturku pada akhirnya. "Jadi, namanya Alfa, Lov?" kini Fioren pun ikutan bersuara. Aku mengangguk, "Iya. Dia itu orang yang pernah nyerempet gue 2 hari lalu. Masih pada inget kan cerita gue yang jatuh dari motor gara-gara ada mobil nyalip gue?" ungkapku pada dua sahabat yang kutatap bergantian. Sebagai balasan, mereka berdua pun mengangguk secara kompak. "Nah itu, pemilik mobil yang menyalip gue itu ya si Alfa," tukasku menginfokan, "Lagian, gue juga gak nyangka kalo dia bakalan jadi mahasiswa baru di sini," Kulihat, Missya dan Fioren manggut-manggut mengerti usai mendengar penjelasanku. Setelah tak ada lagi yang harus disidangkan, aku pun lekas pamit untuk pulang duluan.                                                                                                    --- Author Pov Laki-laki itu baru saja memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Langit sudah gelap dan dia baru tiba di rumahnya. Ia masuk melewati pintu garasi yang menembus langsung ke dapur rumahnya. "Malem, Den ... baru pulang?" tegur Marni, salah satu asisten rumah tangga di rumah tersebut. "Iya, Mbok. Omong-omong, Papa udah pulang belum, Bik?" angguknya lantas bertanya balik. "Sepertinya sudah, Den ... tapi Mbok juga kurang tau. Soalnya, dari tadi Mbok ada di dapur sedang menyiapkan menu untuk makan malam nanti," tutur Marni yang diangguki lagi oleh majikan mudanya. "Ya udah, kalo gitu Alfa masuk dulu ya...." pamit Alfa yang selalu bersikap sopan meskipun pada ART sekalipun. "Monggo, Den...." angguk Marni dengan logat jawanya yang kental. Alfander Albi Darmawidjaya. Dia anak tunggal dari Gria Putra Darmawidjaya, pemilik perusahaan iklan terbesar yang ada di Indonesia. Sekaligus pemegang saham terbesar kedua di Universitas Sanjaya setelah Billy Abrar Andromeda. Alfa memasuki ruangan tengah. Saat melihat keadaan sunyi sepi tak berpenghuni, ia pun memutuskan untuk langsung masuk ke kamar. Mengingat di rumah yang amat besar itu dia hanya tinggal bersama papa dan 2 orang ART yang bekerja di rumah. Alfa rasa kamar adalah pilihan terakhir untuk dijadikannya berlabuh. Rasa lelah pun sepertinya sudah mulai melanda sekujur tubuhnya. Sesampainya di kamar, Alfa melenguh panjang setelah menutup pintu. Dia pun langsung berjalan menuju kasur kingsize-nya. Lalu, ia duduk di tepi ranjang dengan tangan yang mengusap rambut ke belakang. "Al?" panggil seseorang dari luar diikuti dengan ketukan pintu yang terdengar. Alfa menoleh ke arah pintu. Dahinya mengernyit, tapi tak lama kemudian ia pun beranjak guna membuka pintu. Saat pintu sudah terbuka lebar, Alfa mendapati sosok tegap sang ayah yang berdiri di hadapannya sekarang. "Papa? Alfa pikir Papa belum pulang," gumam Alfa tak menduga kalau ternyata papanya sudah ada di rumah. Gria tersenyum hangat, "Papa udah pulang, kok. Tadi Papa lagi di ruang kerja, terus gak sengaja dengar suara kamu yang lagi ngobrol sama Bik Marni," Untuk beberapa detik, keduanya sama-sama terdiam. Sampai akhirnya, Gria kembali membuka pembicaraan. "Oh ya, gimana? Kamu udah lihat-lihat lokasi kampus barumu?" tanya Gria sembari melangkah masuk ke kamar anaknya yang bernuansa abu-abu hitam. Alfa mengangguk di tengah punggungnya yang ia sandarkan ke permukaan pintu yang masih terbuka lebar, "Udah kok, Pa...." jawabnya pendek. Gria lantas berbalik, "Terus gimana? Kamu suka?" Alfa menarik sudut bibir kanannya ke atas, menampakkan lesung pipit kecil di sana. "Alfa suka, Pa. Malah, mulai besok Alfa udah ambil mata kuliah pertama, " tukas Alfa memberitahu. "Bagus kalo gitu. Papa harap kamu betah ya kuliah di sana. Papa juga kepengin kamu menetap di Jakarta, temani Papa sekaligus bantuin Papa mengelola perusahaan," ujar Gria menaruh harap. Alfa hanya terdiam. Dia bahkan belum bisa berjanji untuk mengiyakan permintaan papanya. Masih banyak alasan yang membuat Alfa harus berpikir ulang tentang keputusannya untuk menetap di Jakarta. Meski ia sudah mantap berkuliah di ibu kota, tapi Alfa masih bisa pulang pergi ke Bandung jika jadwal kuliahnya ada yang kosong.                                                                                                             --- Selepas membersihkan diri dan menukar pakaian, Alfa pun turun ke bawah. Dia sudah diminta turun oleh sang papa untuk makan malam bersama. Kini, cowok jangkung berbadan atletis itu pun sudah sampai di undakan tangga terbawah. "Papa di mana, Bik?" tanya Alfa pada Ijah salah satu ARTnya selain Marni. Ijah menengok, lantas membungkuk hormat ketika mendapati tuan mudanya sedang mengedarkan pandangan mencari keberadaan sang papa. "Tadi Tuan besar menerima telepon dulu, Den Tuan juga sempat berpesan, katanya ... kalau Den Alfa sudah turun, Aden disuruh menunggu dulu sampai Tuan kembali," urainya dengan bahasa yang santun. Alfa lantas mengangguk paham, "Oh, ya udah. Omong-omong, malam ini masak apa, Bik?" lontar Alfa mengganti topik pembicaraan. Ijah sempat melihat ke arah meja makan sejenak, sebelum akhirnya ia kembali menghadap tuan mudanya, "Malam ini, yang kebagian masak Mbok Marni, Den ... tapi saya lihat tadi ada cumi-cumi bakar kesukaan Aden," Mendengar ada makanan kesukaannya, bola mata Alfa pun seketika berbinar. "Al, kenapa belum duduk?" Alfa sedikit terkesiap ketika Gria datang dari arah belakangnya. Melihat tuan besarnya sudah kembali, Ijah lantas membungkuk undur diri. Alfa mengangguk mengizinkan, lalu segera melangkah mengambil kursi di arah kiri sang papa yang menempati kursi khususnya. "Sudah lama banget ya, Al, kita gak makan bareng kayak gini, " ucap Gria membuka percakapan sebelum menyantap makan malamnya. Alfa tersenyum setuju diiringi dengan anggukan. Tanpa menjawab, dia pun mengambil nasi ke atas piringnya mendahului papanya. Sorry, Pa, bukannya Alfa gak sopan ngeduluin Papa. Tapi Alfa udah gak sabar pengin makan cumi-cumi bakar kesukaan Alfa. Batin Alfa tak bisa menunggu. "Kamu itu emang paling gak sabaran ya, Al kalo udah lihat cumi-cumi bakar kesukaan kamu," celetuk Gria yang menyadari akan gelagat sang anak. Alfa pun hanya nyengir lebar ketika Gria bergeleng-geleng melihat tingkah lakunya yang menyendokkan cumi-cumi bakarnya ke atas nasi dalam jumlah yang banyak. "Jangan takut kehabisan! Papa gak akan ikut sentuh cumi-cuminya, kok...." ujar Gria terkekeh ketika melihat mangkuk cumi-cumi bakar tersebut hanya tinggal tersisa beberapa potong saja. Sambil menyuapkan sesendok nasi ditambah cumi ke dalam mulut, Alfa pun turut terkekeh, "Maklum, Pa ... waktu masih tinggal di Bandung kan Alfa jarang banget bisa makan masakan rumah kayak gini. Apalagi cumi-cumi, dalam sebulan ... paling Alfa cuma nemu sekali, itu pun harus pergi dulu ke restoran yang lumayan jauh dari apartemen Alfa," papar cowok penyuka cumi-cumi itu di tengah ia yang begitu semangat kala melahap makanan di piringnya, "Terus, mau telepon delivery order juga malah gak bisa, soalnya ... restoran itu gak sediain jasa order," sambung Alfa dengan mulut yang penuh. Gria tersenyum geli seraya ikut memakan nasinya juga. Sebelah tangannya lantas terangkat guna menepuk bahu Alfa pelan. "Mulai sekarang, kamu gak usah khawatir. Kamu bisa menikmati makanan kesukaan kamu tanpa harus beli jauh ke restoran. Tinggal minta Bik Ijah atau Bik Marni, kamu pasti bisa langsung makan makanan kesukaan kamu saat waktunya tiba," urai Gria di tengah kegiatan sendok menyendoknya. Note : Baca juga cerita baruku, Audrey (Bukan w***********g) dijamin seru meski masih genre romance adult tapi cerita ini akan lebih banyak lika liku bagi si peran utamanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD