Chapter 10 - Kiss

1719 Words
Author Pov Lovely sedang berkutat dengan materi kuliahnya. Dia sibuk mencatat poin penting di binder polosnya. Taman kampus yang sejuk dan beratap memang dibuat untuk para mahasiswa yang ingin bersantai sambil belajar. Apalagi cuacanya teduh. Itu sangat mendukung bukan? "Cokelat?" Sebatang cokelat panjang berkemasan kuning emas tahu-tahu tersodor begitu saja di depan mata Lovely. Gadis itu menghentikan kegiatan mencatatnya. Ia lantas mendongak menatap si penyodor cokelat. Senyuman akrab kontan terukir di bibir tipisnya. "Alfa?" Lelaki itu balas tersenyum, lalu menjatuhkan pantatnya di tempat kosong sebelah kiri Lovely. "Ambil dong!" Pinta Alfa menggoyangkan cokelat di tangannya. Lovely sigap meraih camilan manis tersebut seraya berucap, "Thanks," senyum gadis itu semringah. Siapa yang tidak akan merasa bahagia saat seseorang memberikan camilan kesukaannya tanpa diminta. "You're welcome," angguk Alfa, "Lagi catat apa omong-omong? Gue ganggu gak?" Lanjut Alfa bertanya sembari mengamati peralatan tulis yang berserakan di atas meja panjang tersebut. Sudah hampir 2 minggu Alfa kuliah di Universitas Sanjaya, dan selama itu pula dia berteman dekat dengan Lovely. Membuat Delta senantiasa uring-uringan sendiri tatkala mendapati gadis incarannya jauh lebih dekat dengan si mahasiswa baru. Bahkan bukan hanya Delta, tapi Missya pun sering merasa kesal ketika tanpa sengaja ia melihat kedekatan Lovely dan Alfa yang begitu akrab. Hal itu sontak mengakibatkan persahabatan di antara Missya dan Lovely sedikit merenggang. "Enggak kok," geleng Lovely, "Gue cuma lagi catat poin penting materi kuliah tadi aja. Lumayan, buat hafalan kalau pas ada kuis," "Oh," mulut Alfa membulat, "Rajin juga lo ya," kekeh cowok itu memuji. Lovely merobek kemasan cokelat di tangannya. Lalu, ia mulai menggigit ujung cokelat tersebut dan menikmatinya. "Enak?" Tanya Alfa menatap. "Enak dong. Any way, gue selalu suka apapun yang berbau cokelat," ujar Lovely sedikit menginfokan, lalu kembali melahap potongan demi potongan cokelat tersebut sambil kembali mencatat. "Kalo lo mau, gue bisa kok beliin lo cokelat tiap hari," cetus Alfa tanpa diduga. Spontan, Lovely pun menoleh seketika hingga pupil matanya membesar. "Gak usah, Al ... gue bisa melar kali kalo tiap hari lo cekokin cokelat terus," ujar Lovely tertawa. Mendengar itu, Alfa lantas terkekeh, "Gue gak masalah kalo badan lo melar. Di mata gue, lo tetap cantik kok apapun keadaannya," tutur Alfa tersenyum manis. Lovely tercengang. Percaya atau tidak, jantungnya berdebar kencang saat ini. Tuhan, ada apa dengan jantung Lovely?                                                                                                    --- Delta Pov "Love me like you do, love love love me like you do. Love me-" "Bro!" Senandung gue terpotong saat Fedrik muncul menghampiri gue yang lagi santai di halaman belakang kampus. Well, gue memang suka mengadem di sini sembari menunggu jadwal kuliah tiba. Daripada keluyuran gak jelas, mending gue leyeh-leyeh di sini kan? "Apaan sih, Fed?" lontar gue sambil mematikan mp3 player yang sebelumnya lagi gue putar. Gue lihat Fedrik sedikit ngos-ngosan, seakan-akan dia baru aja dikejar sama setan di siang hari begini. "Abis dikejar apaan lo sampe nyaris kehabisan napas begitu?" "Dikejar debt colector, puas lo?" Semburnya senewen. Sementara gue hanya tertawa geli mendengar jawabannya. "Makanya, kalo gak ada duit ... jangan sok-sokan pinjam sama rentenir. Ketimbang buat bayar p***k aja lo sampai segitunya," seloroh gue yang langsung ditoyor Fedrik. "s***p lo!" Dia mengumpat. "Lo belum jawab, Fed. Ada apa tadi lo manggil-manggil gue? Udah kayak lo baru denger kabar terpanas aja laganya," lontar gue bertanya-tanya. "Oh iya, itu ... tadi, pas gue lewat ke taman kampus. Gue gak sengaja lihat cewek incaran lo lagi asyik ngobrol gitu sama si anak baru. Mana kelihatannya akrab banget lagi, gue yakin ... kalo lo lihat secara langsung, lo pasti bakal--Eh k*****t, main pergi aja lo! Gue belum kelar ngomong juga," teriak Fedrik yang gak gue hiraukan. Si Lovely memang kelewatan, dia mesti gue kasih pelajaran biar gak berani dekat-dekat sama cowok selain gue.                                                                                                     ---- Lovely Pov Hampir setengah jam aku asyik bercanda sama Alfa. Sambil menuntaskan pencatatanku, akhirnya waktu pulang pun tiba. Seandainya masih banyak kesempatan, mungkin aku tidak akan dulu beranjak dan memilih untuk terus berbincang dengan Alfa. Hanya saja, sekitar satu jam lagi aku harus segera meluncur ke kafe. Maklum, aku harus kerja part time demi membantu keuangan Bunda dan biaya sekolah Kena. "Lo mau langsung pulang?" tanya Alfa turut berjalan di samping kiriku. "Iya," anggukku, "Gue mau sekalian prepare juga buat kerja di kafe, biasalah ... tugas negara," lanjutku terkekeh. "Oh iya, gue dengar ... lo kerja part time ya di sela kosong kuliah?" Lirik Alfa di tengah langkah kami yang beriringan. "Iya, lumayan lah, Al ... buat tambah-tambah tabungan biaya hidup," ujarku tersenyum. Untuk sesaat, Alfa hanya terdiam. Sejurus kemudian, aku pun kembali mendengar ia berkata, "Lo emang cewek tangguh, Lov. Di saat cewek seusia lo lagi sibuk pamer pacar dan lain sebagainya, lo justru malah sibuk bekerja keras untuk mencukupi ekonomi keluarga. Zaman sekarang, tipe cewek pekerja keras kayak lo ini udah teramat langka, Lov...." urai Alfa menatap salut. Aku hanya tersenyum. Apa yang Alfa katakan memang tidak salah. Sebenarnya, aku juga ingin sekali seperti perempuan seusiaku pada umumnya. Tapi aku bisa apa? Sekeras inilah perjuangan hidupku. "Oh iya, omong-omong ... sejauh kita saling kenal, gue kok belum pernah denger lo cerita soal keluarga. Lo punya adik?" tanya Alfa tiba-tiba. "Ada, satu adik perempuan. Kenapa? Lo minat sama adik gue? Dia masih SMA, belum boleh gue izinin pacaran...." ungkapku mewanti-wanti. Alfa tertawa, "Ada-ada aja lo, sebelum minat sama adiknya ... paling gue minat ke kakaknya dulu," celetuk Alfa terkekeh. Membuatku lantas menatapnya setengah membelalak. "Dasar gombal!" pekikku yang kemudian menghujani lengan atasnya dengan pukulan-pukulan kecil dari kepalan tanganku. Alfa mencoba menghindari seranganku sambil tertawa tak henti. Sementara itu, aku tidak pantang menyerah untuk terus memberikan cowok itu sedikit pukulan dan juga cubitan ringan. Tidak peduli menjadi bahan tontonan dan topik bincangan mereka yang berlalu lalang, kami memilih untuk terus bersenda gurau seakan di taman ini hanya ada aku dan Alfa saja. Tak berselang lama, di tengah aku dan Alfa yang masih cekikikkan, tahu-tahu sebuah suara muncul menginterupsi kami. "May i join with you gengs?" Spontan, aku dan Alfa pun menghentikan aktifitas senda guraunya secara bersamaan. Menoleh kompak, aku pun mendapati sosok menyebalkan yang datang tanpa diundang. "Halo, Sexy lip?" Sapanya sambil mengedip nakal. Hanya beberapa detik, aku dan si m***m itu saling bertatapan. Jika dia dengan sorot menggodanya, maka aku hanya memancarkan sorot tajam dan ingin membunuhnya saja. "Ehem!" Deheman itu seketika mengalihkan pandanganku. Seketika aku lupa, kalau ternyata Alfa masih ada di sebelahku. "Apa gue harus pergi?" Tanya Alfa menatapku dan cowok m***m itu bergantian. "Jang-" "Ide yang bagus. Lagipula, gue masih punya urusan sama si bibir seksi ini," serobot si m***m tak tahu malu. Kemudian tanpa kuduga, dengan lancang dia menarik pinggangku hingga kini aku sudah merapat ke arahnya. "Rupanya lo di sini. Sepertinya lo lupa, bukannya kita udah bikin janji buat ketemuan sehabis jadwal kuliah selesai, hem?" lontar si m***m mengarang cerita. Bahkan, belum sempat aku membuka suara dia malah sudah lebih dulu mengecup pipiku tepat di depan mata Alfa dan mereka yang tak sengaja melintas ke areal taman.                                                                                                     --- Author Pov PLOK. Lovely memukul lengan kekar Delta setelah lelaki itu berhasil menggiring Lovely ke lorong kampus. Seandainya dia punya pilihan, maka Lovely akan memilih untuk segera pergi saja dibanding mengikuti ajakan si m***m yang tak tahu malu itu. Tapi nahas, Delta selalu pandai membuat Lovely terjebak dalam perlakuannya. Alhasil, daripada Delta semakin kalap, maka Lovely pun menurut patuh saja dulu untuk mencari posisi aman. "Emang dasar sialan lo ya! Berani-beraninya lo cium pipi gue. Najis tau gak? Lo pikir gue ini cewek murahan yang bisa dicium sembarangan sama cowok macam lo begini, hah? Gak tau sopan santun banget lo jadi orang!" Cecar Lovely sambil mengusap-usap pipinya kasar. Sedangkan Delta hanya memutar bola mata seraya bersedekap santai mengamati raut marah sang gadis di hadapannya. "Udah kesalnya? Atau, lo mau gue cium lagi? Mumpung di tempat sepi nih, " cetusnya setelah Lovely berhenti mengomel. Gadia itu membuang muka. Dia tidak sudi menatap wajah sok ganteng Delta. Meskipun pada kenyataanya memang Delta sangat tampan dan memesona, tapi beda lagi jika yang melihatnya Lovely. Alih-alih memesona, yang ada Lovely mendadak mual dan ingin muntah. "Lo mau tau alasan gue ngelakuin hal tadi di depan si anak baru itu?" Lontar Delta menatap Lovely. Tapi sayang, yang ditatap malah lebih memilih untuk memandang lantai yang diinjaknya dibanding menatap balik cowok di hadapannya. Delta menghela napas panjang, kemudian ia berkata, "Gue cuma gak suka saat lihat lo berdekatan terus sama cowok selain gue. Lagian, dibanding dia ... bukannya gue lebih segalanya?" Paparnya berujung membanggakan diri sendiri. Lovely mendecih. Tidak habis pikir dengan kelakuan cowok itu. Bagaimana bisa dia memiliki rasa percaya diri setinggi itu? Bahkan Lovely saja selalu merasa risi jika didekati olehnya. "Lovey, seenggaknya ... lo lihat gue dong kalo gue lagi ngomong!" Pinta Delta berkacak pinggang. "Enek gue lihat muka lo," sahut Lovely betah melihat ke arah lain. Delta berdecak kesal. Dia tidak terima kalau Lovely terus tak mengacuhkannya seperti itu. Memangnya salah kalau Delta hanya ingin gadis itu menatap dirinya? "Beauty, look at me ... come on!" Suruh Delta tegas, mengeluarkan sedikit jurus andalannya. Berhasil. Refleks, Lovely pun menatap Delta dengan segera. Bukan tersanjung karena cowok itu memanggilnya seperti itu. Hanya saja, Lovely merasa tidak suka jika panggilan lamanya kembali mencuat ke permukaan. "Jangan pernah--" "Gue gak suka lihat lo akrab sama Alfa!" Potong Delta datar, seakan tidak berniat untuk memberi Lovely waktu berbicara. Bahkan, gestur tubuhnya saja sudah sangat mengintimidasi. Lovely mengerjap, kemudian sedikit mengangkat wajah cukup berani karena tidak ingin dia ditindas oleh intimidasi Delta yang cukup dominan. Akan tetapi, sebelum Lovely bersuara, lagi-lagi Delta mendahuluinya. "Gue cemburu!" Celetuknya teramat jujur. Dan tiba-tiba saja, Delta mencium bibir Lovely tanpa diduga. Lovely terbelalak. Bahkan sebelum bisa mencerna perkataan Delta di detik sebelumnya. Ada getaran aneh yang menelusup relung hatinya ketika bibir mereka menyatu. Gadis itu mematung. Seperti orang bisu, dia sulit untuk berucap. Layaknya orang lumpuh, dia tidak mampu untuk sekadar menggerakkan jarinya. Otaknya pun seakan buntu untuk berpikir. Yang Lovely tahu, ciuman Delta teramat lembut dan hangat. Membuat kakinya mendadak lemas, sehingga Lovely nyaris ambruk seandainya Delta tidak segera menahannya. "Lo milik gue, Lov! Akan selalu seperti itu sampai kapan pun," bisik Delta tegas. Menyebabkan hati serta pikiran Lovely mengarah sempurna ke masa lalunya. Note : Selain cerita ini, aku juga punya cerita yang lain loh. Statusnya masih on going sih, tapi kisahnya dijamin gak kalah seru deh dari ini. Mari, barangkali berminat bisa divisit langsung ke sini ya hFmZOrs2LxZmYelMtds49A%3D%3D.html - judulnya Suddenly love, rating 20+
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD