Chapter 5 - Accident

1483 Words
Lovely Pov Bete. Mau apa sih si bad boy m***m itu pakai acara datang ke kafe ini segala? Mana minta dilayaninnya segala macam pilih-pilih pula. Dikiranya ini kafe nenek moyang dia sendiri apa? "Kenapa kamu?" tegur Erlin, partner kerjaku. Aku menoleh lantas membuang napas kasar. "Lovey, kamu kenapa?" lontarnya lagi sambil ikut jongkok di sampingku. Ya, aku memang sedang dalam posisi jongkok di lantai sekarang. Sejurus kemudian, aku pun mengangkat wajah sambil menoleh pada Erlin, "Nasib aku sial banget sih, Er. Kenapa coba aku harus ketemu terus sama cowok m***m itu?" keluhku setengah merengek. Meski aku tahu kalau saat ini Erlin sedang kebingungan, tapi mau bagaimana lagi? Aku sedang membutuhkan orang yang mau kuajak untuk mendengar keluh kesahku. Mengingat tidak ada lagi orang di dekatku selain Erlin, maka aku utarakan saja padanya. "Cowok m***m yang kamu maksud itu siapa sih, Lov?" tanya Erlin akhirnya. Kentara sekali kalau dia ingin tahu tentang cowok m***m yang sesaat lalu kusebut. Aku membuang napas. Tak ingin kalau sampai Erlin ikut terlibat, aku pun memutuskan untuk kembali berdiri saja guna membawa nampan yang berisi secangkir es krim rasa vanila pesanan si badboy m***m itu. Kalau saja di dunia ini gak ada hukum yang menegak, mungkin aku udah campur es krim ini dengan serbuk sianida seperti di acara kriminal yang tempo hari sempat kutonton beritanya. Tak peduli dengan suara Erlin yang memanggilku, tetap saja kulangkahkan kedua kaki ini meninggalkan dapur. Kini, aku pun mulai berjalan menghampiri meja yang dihuni si cowok m***m itu. "Silakan dinikmati," ucapku datar sembari menyajikan secangkir es krim ke hadapannya. Lalu kulihat, dia pun mendongak. Ia lantas menatapku dengan sorot yang sama sekali tak kumengerti. "Apa?" semprotku memelotot. "Setau gue, pelayan yang kerja di kafe ini ramah-ramah sama pengunjungnya deh. Tapi kalo gue lihat lo masang muka asem kayak gini. Gue jadi ragu kalau kinerja lo di kafe ini dinilai baik sama bos lo," tukasnya sedikit memberikan penilaian terhadapku. Memang menyebalkan manusia satu ini. Semoga saja, aku bisa terus bersabar dalam menghadapi tipikal makhluk m***m seperti dia. "Gue gak salah ngomong kan?" lontarnya lagi kembali bersua. Aku mendesah kesal, "Lo emang gak salah. Tapi berhubung tamunya itu elo ... jadi, gue punya layanan spesial khusus buat lo," desisku sedikit memelankan suara. Aku gak mau kalau sampai atasanku nanti tahu perihal caraku dalam melayani si cowok m***m ini. "Oke! Kalo itu pelayanan spesial buat gue, berarti ... gue juga boleh dong kasih bonus special khusus buat lo?" ujarnya sedikit membuatku bingung. Bonus? Apa dia gak baca pamplet yang ditempel di setiap dinding. Bahwa pelayan kafe ini, dilarang keras menerima tip atau bonus apapun yang diberikan oleh pengunjung mana pun. "Sangat disayangkan, di sini dilarang keras untuk menerima tip apapun tuh," ungkapku mendengus sinis. Namun, alih-alih patuh, dia justru malah tertawa sekarang. Membuat beberapa pengunjung lainnya menoleh kompak ke arah si cowok sedeng yang saat ini masih tergelak tanpa alasan. "Lo itu emang lucu ya, Lov. Siapa juga yang mau kasih lo tip berupa uang? Orang gue cuman mau kasih lo hadiah kecil," selorohnya geleng-geleng. "Hadiah kecil?" Gumamku lantas membeo. Badboy sialan itu mengangguk. Lalu, ia pun menggerakkan telunjuknya sebagai kode agar kepalaku mendekat ke arahnya, "Sini!" Dengan bodohnya, aku pun malah menurut. Kudekatkan kepalaku sesuai permintaannya dan cup! Aku terbelalak saat tanpa diduga bibir sialan itu telah lancang menyentuh pipiku. Demi Tuhan! Cowok m***m ini wajib aku gantung di pohon kelapa.                                                                                                         ---- Author Pov "Makasih ya, Lov ... udah mau bantuin Mbak," ucap Gina menepuk bahu Lovely pelan. "Sama-sama. Mbak Gina juga suka bantuin Lovey kan?" balas gadis itu terkekeh. Melihat kekehan Lovely, senyum Gina pun turut mengembang, "Terus, sekarang kamu mau langsung ke kampus gitu?" "Iya dong, Mbak. Hari ini kan aku ada kelas sore. Kalo pulang dulu ke rumah, kayaknya gak akan sempat deh...." jawab Lovely di tengah anggukan. "Oh ya udah deh kalo gitu, hati-hati ya. Jangan kebut-kebutan kalo pas lagi bawa motor di jalan raya," pesan Gina seperti pada adik sendiri. Lovely pun mengangguk sembari berpamitan guna melenggang meninggalkan Gina. Sesampainya Gina di kafe, Lovely memang langsung berkemas dan menukar pakaian. Ia kembali memakai jeans biru panjang dengan kemeja salur hitamnya yang dikancing lengkap. Rambutnya yang semula dikuncir karena kebutuhan kerja, ia lepas menjadi digerai. Saking terlalu lama dikuncir, ujung rambutnya pun terlihat sedikit ikal. Akan tetapi, hal itu tidak Lovely pedulikan sama sekali. Yang jelas, Lovely harus segera berangkat ke kampus sebelum bertemu dengan kemacetan di perjalanan nanti. Lovely sudah duduk di atas Scoopy-nya. Lalu ia pun mulai menstarter motor kesayangannya itu. Ketika deru mesin mulai terdengar, bersamaan dengan itu Lovely pun melajukan motornya meninggalkan parkiran khusus pegawai di Kafe Girly. Selama perjalanan menuju kampus, Lovely sesekali melihat jam tangan. Pasalnya, dia takut terlambat. Alhasil, ia pun berniat untuk mempercepat lajuan motornya jika tidak ingin sampai diusir oleh sang dosen karena terlambat masuk. Dengan kecepatan penuh, Lovely memelesatkan motornya. Tapi di tengah perjalanan, tiba-tiba sebuah mobil Fortuner muncul menyalip dari arah kanan. Hal itu menyebabkan stang motor Lovely tersenggol, hingga membuat keseimbangan dirinya di atas motor berubah oleng seketika. "Ya Tuhan, Ya Tuhan--kyaaaaaa," jeritnya melengking, bersamaan dengan terjatuhnya ia dari motor hingga mencium aspal.                                                                                                ---- Lovely Pov "Aduuhh!" aku merintih sambil mengipasi luka kecil yang menghiasi kulit betisku. Beberapa saat lalu, lukanya baru dibersihkan oleh suster cantik yang bertugas. Saat terjatuh dari motor tadi, betis kiriku memang sempat terkena goresan tajam yang entah berasal dari mana. Sementara itu, pergelangan kakiku sedikit terkilir akibat tertindih beban motorku sendiri. "Ini obat buat lo minum," seseorang tahu-tahu datang sambil menyodorkan satu keresek putih berisi obat di dalamnya. "Untuk ke sekian kalinya, gue minta maaf atas kecerobohan gue yang melajukan mobil sampai bikin lo jatuh kayak tadi. Soal motor, lo gak usah khawatir. Montir langganan gue udah urus semuanya kok," urai orang itu panjang lebar. Bahkan saat aku mendongak untuk memandangnya dia sedang menatapku dengan sorot penuh penyesalan. Aku hanya diam. Bukan karena terpana, melainkan aku tidak tahu harus berkata apa. Mengingat aku belum tahu siapa nama cowok ganteng di depanku ini. Jadi, aku sedikit canggung jika harus berinteraksi dengan orang asing seperti dirinya. Kelihatannya, dia bukan orang jahat. Tapi tetap saja, aku tidak biasa banyak bicara pada orang yang tak kukenal. Meskipun dia memiliki paras yang tampan dengan iris mata berwarna cokelat gelap yang diserasikan dengan bentuk hidung mancung. Aku masih tetap pada pendirianku, aku tidak bisa banyak berucap pada orang asing yang sama sekali tak kuketahui asal usulnya seperti apa. "Nama gue, Alfa...." cetusnya tanpa diminta. Kudapati, tangan kanannya pun ikut terulur seakan minta dijabat. Aku mengangkat wajah kembali untuk sebentar menatapnya. Hingga sedetik setelah aku mengamati wajahnya, kini pandanganku pun beralih pada tangan kanannya yang masih terulur. Walau sebenarnya masih ragu, tapi jika ia ingin berkenalan denganku. Apa boleh buat? Perlahan tapi pasti, aku pun menerima uluran tangannya sembari berkata, "Gue Lovely. Lovely Maharani...." "Lovely?" beonya, kemudian seulas senyuman manis tersungging di bibir tebalnya, "Nama yang penuh cinta," sambungnya terkekeh. Kemudian, jabatan tangan kami pun terlepas secara bersamaan. "Oh ya, rumah lo di mana? Karena lo celaka gara-gara gue, boleh gak kalo gue sekalian antar lo pulang?" tawarnya sedikit meminta izin terlebih dahulu. Mengerjap, aku pun mencicit sembari menggigit bibir bawah sesaat, "Tapi sebenarnya, gue harus berangkat kuliah, Al...." "Dengan keadaan seperti ini?" tatap cowok bernama Alfa ini memelotot. Yeah, tidak heran jika Alfa memasang ekspresi kaget seperti itu. Kondisiku saat ini memang tidak mendukung untuk aku tetap pergi ke kampus. Apalagi dengan keadaan celana robek di bagian betis dan pergelangan kaki yang terkilir. Rasanya tidak etis kalau aku bersikeras untuk tetap kuliah. Hingga akhirnya, saat aku masih termenung dalam diam. Alfa justru sudah lebih dulu membantuku guna bangkit dari ranjang.                                                                                                        ---- Author Pov Sebuah mobil Fortuner hitam terparkir sempurna di depan pagar rumah minimalis. Seorang laki-laki tampan dengan tubuh yang tinggi tegap lantas keluar dari mobil tersebut. Berlari kecil menuju sisi pintu satunya lagi, ia pun lekas membukanya tanpa pikir panjang. "Gak usah repot-repot, Al. Gue bisa sendiri kok," lontar gadis di dalam mobil, saat ia melihat tangan lelaki itu hendak meraih tangannya. Alfa, lelaki tampan itu pun mengurungkan niatnya setelah mendengar pernyataan dari sang gadis yang memilih untuk keluar sendiri dari mobil tersebut. "Hati-hati," kata Alfa tampak peduli. Lovely, gadis yang baru saja keluar dari mobil Alfa lantas mengangguk diiringi dengan senyuman tipis di bibir. Sambil menahan rasa sakit di betis dan pergelangan kakinya, Lovely pun berusaha untuk mulai melangkah sedikit tertatih. "Aw!" tiba-tiba saja, gadis itu memekik kesakitan. "Lo gak apa-apa?" tanya Alfa refleks, sigap menangkap tubuh Lovely yang nyaris terjatuh sebelumnya. Lovely menggeleng, kemudian mencoba untuk kembali melangkahkan kaki. Tapi, rupanya Alfa tidak tega jika membiarkan gadis itu berjalan tanpa bantuan. Dengan lembut dan hati-hati, Alfa pun mencoba meraih lengan Lovely dan mengalungkannya di pundak Alfa yang memposisikan diri sedikit membungkuk. Sementara itu, lengan Alfa sendiri sudah melingkar erat di pinggang Lovely. "Bagaimana pun, gue bertanggung jawab penuh atas hal ini...." tutur Alfa tegas, membuat Lovely sempat melirik meski sejurus kemudian ia langsung didamping Alfa agar segera berjalan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD