Sekapur Sirih
1. Reyhan Andrinof Chaniago Putra Tahta (27 tahun) tampan, ramah, humoris dan berwibawa.
2. Dafhina Putri Maharani (24 tahun) sederhana, cantik, muda yang berprofesi sebagai dokter anak.
3. Geng mak senggol klepek
a. Saidah Nuraini (27 tahun) janda kembang dari Padang.
b. Wanda Ajeng Riyani (27 tahun) janda kembang dari Jawa.
c. Ela Pitaloka (25 tahun) janda kembang dari Sunda.
d. Munaroh Juwita Sari (27 tahun) janda dari Betawi.
4. Epyardi Asad (30 tahun) humoris dan ramah.
5. Himan Erwin (27 tahun) galak dan keras.
6.
Bagus Encik (35 tahun) ramah, lucu dan bijaksana. Pak RT Perumahan Elite.
7. Ayu Risma tungadi (30 tahun) galak, cerewet. Ibu RT Perumahan Elite.
8. Cantika Putri Encik (7 tahun) lucu, imut. Anak pak RT.
9. Cece Li Wei Xin Qian (42 tahun) genit dan baik.
Sore di klinik kesehatan begitu ramai dengan pasien yang menunggu giliran di panggil ke ruang periksa. Aku baru masuk ke klinik, tentu saja harus antre melakukan pendaftaran. Tengok kanan kiri tak ada tempat duduk yang kosong. Sekarang memang baru setengah lima tentu saja ruangan dokter masih kosong, karena buka praktek memang jam lima.
Duh, antrian segitu panjangnya, bisa pulang malam. Tapi gak apa-apa kok, asalkan dapat giliran ketemu dokter, gumam ku.
Aku sadar memiliki indera penciuman yang tajam, bisa saja hidungku mengendus parfum laki yang mahal. Sudah pasti yang makai wangi itu bukan sembarang laki. Aku sedikit mengendus di balik masker putih yang aku kenakan. Untung aman bisa bersembunyi di balik penutup mulut dan hidung ini. Aku bilang aman karena tidak ada yang bakal tahu jika hidung ku bergerak tergoda aroma wangi itu. Pandangan ku tertuju di sebelah kiri ku. Lagi-lagi ketemu dengan oppa korea, maksudnya dokter ganteng. Dia sibuk mengecek buku catatan pasien rawat inap.
Seperti biasa sebelum menangani pasien rawat jalan, dia akan memberikan resep untuk pasien yang di rawat di tempatnya. Laki-laki itu berdiri dengan gagah dan memakai jas putih dan celana coklat muda yang stylish. Dokter itu juga mengenakan dobel masker. Meskipun beberapa kali ke sini aku belum pernah lihat dia tanpa masker. Penasaran itu pasti. Tapi jangan panggil namaku jika tidak bisa memvisualisasikan dokter muda itu. Tapi aku yakin dari baunya itu pasti laki-laki ganteng. Orang tuanya pasti bangga sekali punya anak masih muda tapi sudah jadi dokter.
Aku yakin jika temanku ada di sini, pasti dia akan ngiler lihat brondong rasa keju yang hangat dan meleleh. Memang dia itu masih terlalu imut untuk menjadi seorang dokter. Aku jadi khawatir bagaimana kalau ketemu pasien yang centil cantiknya maksimal seperti janda-janda itu, gimana jika mereka kecanduan minta di suntik sama oppa dokter. Bisa-bisa banyak pasien yang meriang jika tidak ketemu sama dia.
“Eh mba mau periksa ya?” Seseorang membuyarkan lamunanku. Aku tatap wajahnya hanya matanya yang terlihat. Aku tahu dia laki-laki yang biasa saja. Jelas masih ganteng dokter itu. Itulah aku dalam keadaan seperti ini masih saja sempat melucu dengan batinku.
“Oh iya Om,” jawabku.
“Mba aku sudah gak tahan berdiri, bisa saya antri untuk tensi,” pintanya.
“Oh silahkan jika mau duluan, nanti saya habis Om gak apa-apa,” sahutku.
“Makasih ya Mba,” ucapnya.
“Sama-sama,” sambil tersenyum dan mempersilahkan orang itu.
Aku mundur dua langkah berpindah posisi di tempatnya dan orang itu segera pindah di posisiku. Aku mengalah untuk dia yang aku lihat lebih sakit parah di bandingkan aku yang datang hanya untuk cek kesehatan dan suntik vitamin.
The full story is on other platforms.