Chapter 3

1370 Words
Jam pelajaran pagi adalah olahraga di lapangan semua teman kelas Nina sudah ada di barisannya masing-masing menggunakan baju olahraga kecuali pria bernama fathir, lelaki itu duduk di bawah pohon besar yang bawahnya tidak tertembus cahaya matahari. Tudung hoodienya dia lepaskan dari kepalanya hal itu membuat perhatian para siswi menoleh ke arah fathir, tentu saja siapa yang akan menyia nyiakan wajah tampan fathir yang bisa dibilang sangat jarang membuka tudung itu tapi kali ini lelaki itu membukanya. Banyak yang beranggapan jika fathir selalu menutupi wajahnya karna lelaki itu tidak mau menunjukkan wajah tampannya di depan banyak orang dan wajah putih pucatnya itu pasti hasil dari dirinya yang selalu menutupnya dengan tudung hoodie. Tidak ada yang menyadari dan membedakan antara putih tanpa darah dengan putih biasa pada kulit manusia. “Fathir!” panggil seseorang. Fatir menoleh, panggilan itu dari jauh dan fathir tau itu karna tidak ada yang berani memanggil namanya sekeras itu di sekolah ini. Fathir bergerak menuju asal suara yang letaknya ribuan meter dari sekolahnya. Tentu dengan gerakan yang sangat cepat bagai cahaya fathir sudah sampai pada orang yang memanggilnya tadi. “Hei tuan bisu” panggil suara itu lagi, fathir menoleh. “Oh astaga. Jujur aku paling malas jika berurusan dengan vampire macam dirimu ini karna kau sangat sangat irit bicara” “Moya” “Akhirnya aku mendengar suaramu lagi hari ini setelah lima bulan yang lalu” “Oke aku tau kau sangat tidak suka berbasa basi jadi aku memanggilmu untuk mengatakan bahwa trapper sudah sampai di daerahmu jadi kau harus berhati-hati” kata moya memperingatkan. “Setidaknya katakan sesuatu sebagai tanggapanmu jangan hanya diam seperti patung kau kira aku memanggilmu seperti tadi tidak membutuhkan tenaga” protes moya karna tak mendapat respon dari fathir. Fathir mengedipkan kelopak matanya dua kali, moya memutar bola matanya jengah. “Menyebalkan berbicara denganmu setidaknya aku sudah punya alasan yang bisa ku berikan jika tetua nanti bertanya” moya segera pergi dari hadapan fathir, fathir menggeram, moya memanggilnya hanya untuk mengatakan hal ini. Segera fathir berlari bagaikan cahaya hingga dalam hitungan detik jarak ribuan meter terlewati dan kini dia sudah ada di sekolahnya lagi. “Fathir” kali ini panggilan biasa dari seorang gadis, fathir menoleh kebelakang. Nina berlari menghampiri dengan baju olahraga masih dia pakai. Fathir menunggu nina menyesuaikan deru nafasnya sebelum mengatakan niat kenapa memanggilnya. “Aku cuman mau ngasih ini, ini tadi terjatuh darimu” nina menyodorkan benda berwarna hitam dan berkilau. Fathir mengambilnya dan pergi tanpa berkata apa-apa bahkan hanya ucapan terima kasih. “Dia mengabaikanmu? Kan sudah ku bilang jika dia aneh” Abigail mengejutkan nina dengan cara menepuk lengan nina tiba-tiba. “Tadi aku melihat dia berlari dengan cepat, cepat sekali” “Sudahlah nina semua anak lelaki itu memang memiliki langkah yang lebih cepat kan dari wanita” “Mungkin kau benar, mari kita ganti pakaian” ajak nina menuju ruang ganti. ** Bunyi serangga menghiasi malam nina yang sepi sembari mengerjakan tugas, sejak kejadian malam itu nina tak berani membuka tirai jendela kamarnya jika sudah gelap. Nina berhenti menulis menatap bunga mawar yang ada di vas mini, satu kelopak bunga itu terjatuh nina mengambilnya tanpa sengaja dia melihat ada sebuah huruf di dalamnya. V, ya hanya satu huruf di dalam kelopak bunga mawar yang jatuh itu nina berpikir mungkin dirnya pernah menuliskan huruf itu sebelumnya hanya saja dirinya tidak ingat. Nina mengambil tangkai mawar itu mencoba melihat apakah kemarin dia menuliskan huruf di kelopak yang lain tapi setelah melihatnya beberapa kali tidak ada huruf lainnya. Jadi apakah ini kebetulan atau disengaja? Nina mengembalikkan kelopak itu di dekat vas dan dirinya kembali mengerjakan tugas Serius dengan buku dan pulpennya nina sampai tak menyadari jika sesuatu sedang menggantung di atas langit-langit kamar sedang memperhatikan dirinya. Terlihat nina menguap lebar sebelum menutup buku dan meletakkan pulpen lalu menghampiri tempat tidur kemudian memejamkan matanya. ** Keesokan harinya kelopak mawar kedua jatuh, nina kembali memungutnya dan kali ini ada hurufnya lagi tapi seingat nina semalam tidak ada huruf lain tapi kenapa kelopak yang jatuh pagi ini ada hurufnya lagi. Nina mengabaikan hal itu sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk sebelum dari luar mamanya memanggil untuk turun sarapan. “Mah, nina mau Tanya sesuatu boleh gak?” Retya menuangkan nasi ke atas piringnya “Bilang saja sayang biasanya juga langsung bilang” “Jadi gini mah tadi malam tuh kelopak bunga mawar yang mama taruh di kamar nina itu jatuh satu dan ada huruf di dalamnya dan hari ini kelopak itu jatuh lagi juga ada huruf lagi di dalamnya, mama tau gak kenapa?” “Emm mama juga gak tau mungkin kebetulan kali ya atau kamu sendiri yang nulis tapi kamu lupa” “Masa nina lupa sih mah perasaan nina bilang kalau nina gak pernah nulis di atas kelopak mawar deh” “Ya udah jangan di pikirkan dan cepat habiskan makananmu habis itu berangkat sekolah biar gak terlambat” “Iya mah” *** Pagi ini terasa sejuk sekaligus dingin sisa hujan semalam, seperti biasa setiap berangkat sekolah nina lebih suka berjalan kaki karna jarak rumah dan sekolah yang cukup dekat. Langkah kaki nina terhenti saat di depan toko elektronik. Matanya melihat beberapa orang di dalam sana yang sedang membersihkan sesuatu, berhubung toko elektronik itu berdinding kaca jadi nina dapat melihat aktifitas orang di dalamnya dari luar. “Paman kevin!” seru nina melambaikan tangannya. Orang yang nina panggil itu berbalik. “Nina. Mau berangkat sekolah?” Tanya kevin, pria pemilik toko elektronik itu. “Iya paman” jawab nina. “Semangat belajarnya nanti paman kasih hadiah” ujar kevin yang memang sudah menganggap nina seperti anaknya sendiri. “Oke paman tapi janji ya” kata nina sebelum beranjak pergi, kevin tersenyum lalu kembali ke dalam toko. Lagi-lagi saat nina datang Abigail sudah ada di dekat pintu gerbang menunggunya tiba, nina memberikan senyum lebar dia kearah Abigail yang dengan antusias segera menarik tangan nina seperti biasa. “Kau sangat lama aku sudah menunggumu dari tadi” kata aby yang sudah bergelayut manja di lengan nina. Mereka berjalan ke dalam kelas. “Tadi aku berhenti di depan toko paman kevin sebentar” “Paman kevin? Dia yang punya toko elektronik itu bukan?” Tanya aby, nina mengangguk “Apa yang kau lakukan di sana?” “Tidak ada hanya sekedar menyapa paman kevin saja” Abigail melepaskan tangannya dari nina kemudian meletakkan tas di atas meja sebelum dirinya duduk di kursi. “Mendengar toko milik paman kevin itu aku teringat kembali berita vampire yang katanya membunuh orang di sekitar sana, aku yakin jika seseorang memberitahukan berita itu padaku sehingga aku percaya tapi masalahnya aku tidak mengingat siapa orang yang memberi tahuku” “Aby sudah berapa kali ku bilang, vampire itu tidak ada dia hanya ada dalam cerita, tidak nyata” Abigail mendengus kesal tapi bagaimana pun juga apa yang di katakan nina ada benarnya, mana mungkin vampire itu ada dan jika makhluk itu ada pasti negeri ini sudah ribut membicarakannya di semua stasiun televisi. “Aby kau ingin ikut denganku” “Kemana?” “Aku kehabisan tinta jadi aku perlu membeli yang baru” “Oke, ayo” Nina dan Abigail berjalan keluar kelas di depan sana mereka berdua berpapasan dengan fathir yang sepertinya baru datang, lelaki itu melewatinya begitu saja dan nina maupun Abigail tidak perduli akan hal itu. Setelah mendapatkan apa yang nina cari di koperasi sekolah dia kembali ke dalam kelas bersama Abigail. “Sepertinya kau memiliki penggemar di sekolah ini” kata Abigail yang tidak di mengerti nina tapi saat melihat bunga mawar di atas mejanya dia tau apa yang baru saja aby katakan. Di ambilnya setangkai bunga itu dari mejanya “Siapa yang meletakkan bunga ini” seru nina kepada teman kelasnya tapi tak satupun dari mereka menjawab dan malah mengedikkan bahu. “Ambil saja bukannya kau sangat menyukai bunga mawar merah?” “Tapi bagaimana jika bunga ini ada yang punya? Aku tak enak hati jika aku mengambilnya begitu saja” “Sudahlah, bunga ini ada di atas mejamu itu artinya seseorang memberikannya tanpa ingin di ketahui identitas dia sebagai pengagum rahasia” “Kalau begitu baiklah aku akan mengambilnya” nina mencium aroma mawar yang dia pegang “Sangat harum” ***** Hupllaa... Jangan lupa vote dan komentar nya yaaa
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD