Chapter 4

1133 Words
Nina mengangkat secarik kertas yang dia bawa dari rumah, beberapa keperluan yang harus dia beli tercatat di dalam kertas itu. Nina melangkahkan kaki ke dalam supermarket dan mulai mencari cari. Tak butuh waktu lama bagi dia mencari apa saja yang tercatat di dalam kertas yang dia bawa. Setelah membayar nina langsung kembali pulang dengan menaiki sepedanya. Di perjalanan satu persatu tetesan air mulai turun dan perlahan menjadi banyak menjadi hujan, nina semakin mengayuh cepat pedal sepeda untuk mencari tempat berteduh. “Kenapa harus hujan sih” gumamnya sembari menengok ke atas langit yang gelap. “Belanjaan mama kan masih di sini jadi buat kuenya gimana dong? Pasti mama di rumah lagi nunggu” Sembari berteduh di depan ruko yang tidak terpakai nina terus bergumam bagaimana caranya bisa sampai di rumah tanpa basah mungkin dia harus menunggu hujan sampai reda tapi itu perlu waktu yang lama. Dari kejauhan nina melihat seseorang membawa payung mendekat ke arahnya sampai si pemilik payung itu memperlihatkan wajah dia. “Fathir?” Fathir menoleh, nina menatap bingung, fathir berjalan menghampiri lalu memberikan payungnya dan dia mengambil sepeda nina. “Eh, kenapa? Kamu mau kehujanan, ini milikmu” Fathir menggeleng saat nina mengembalikan payungnya “Naik” kata fathir. Jujur ini adalah pertama kalinya nina mendengar suara fathir kalau boleh jujur ternyata suara fathir terdengar kaku. Nina mengambil belanjaannya di keranjang sepeda kemudian dirinya duduk di boncengan sembari membawa payung dan belanjaannya setelah itu fathir mulai mengayuhnya. Bingung? Tentu saja, siapa yang tidak bingung jika tiba-tiba saja fathir datang kemudian menawarinya payung sekaligus mengantarnya pulang. Nina melihat celana yang di gunakan fathir basah tapi lelaki itu terus mengayuhnya sepeda sampai tiba di depan rumah nina, nina kembali di buat bingung karna bagaimana fathir mengetahui letak rumahnya? Setelah turun dari sepeda nina meletakkan belanjaannya di depan pintu kemudian berbalik untuk mengucapkan terima kasih namun yang dia dapat hanyalah sepedanya sedangkan fathir sudah hilang entah kemana. Nina menggaruk kepalanya yang tidak gatal  “Cepat sekali hilangya” gumam dia padahal payung fathir masih ada padanya jadi kemungkinan besar lelaki itu pasti kehujanan. Tidak mau berpikir lebih lama nina segera masuk ke dalam memberikan belanjaan yang akan segera di olah menjadi kue. ** Esoknya di sekolah entah perasaan nina saja atau memang dirinya sangat ingin bertemu fathir hari ini. Sesekali nina menoleh kearah pintu biasanya fathir akan datang cepat tapi kenapa hari ini dia datang terlambat bahkan sebentar lagi bel akan berbunyi. Jangan-jangan fathir sakit karna kehujanan kemarin, batin nina. Jika itu terjadi dia akan merasa sangat bersalah. “Siapa yang kau tunggu” ujar Abigail, nina gelagapan akan menjawab apa. “Guru, iya aku sedang menunggu guru” Abigail menggelengkan kepalanya “Kita sudah berteman dari dulu jadi kenapa kau berbohong karna aku pasti dengan cepat mengetahuinya. Bukan guru yang sedang kau tunggu tapi seseorang kan?” tebak aby. Nina menghela nafas, percuma berbohong di depan Abigail karna sahabatnya ini sangat tau jika dirinya sedang berbohong atau tidak. “Kemarin fathir membantuku jadi hari ini aku ingin berterima kasih padanya, aku ingin memberikan ini sekaligus payungnya” sebuah kotak persegi nina angkat dari dalam lacinya. “Waw jadi kau akan memberikan ini pada lelaki aneh itu” “Tidak aby, dia tidak aneh mungkin saja dia karakternya memang seperti itu” “Oke aku selalu mengalah untukmu. Aku sering dengar banyak gadis memuji ketampanan fathir tapi menurutku dia biasa saja dengan wajah pucatnya itu” “Sudah aby jangan membicarakan hal seperti itu, tidak baik” “Orang yang kau tunggu tuh baru datang” aby mengode dengan dagunya. Nina tersenyum dia langsung berdiri untuk memberikan kuenya pada fathir namun bel sudah berbunyi jadi nina mengurungkan niatnya mungkin setelah istirahat dia akan memberikannya kembali. ** Fathir Lelaki bertubuh tinggi tegap itu memasuki area rumah besar yang sekelilingnya terpagar oleh tembok tinggi. Kakinya melangkah ke salah satu ruangan tapi bukan melewati pintu tapi dia melompat ke lantai dua masuk lewat jendela. “Putraku akhirnya kau pulang kerumah” seru jion, lelaki yang berusia lebih dari seribu tahun tapi wajahnya terlihat seperti lelaki berusia lima puluhan. Fathir hanya diam ketika lelaki di depannya ini memeluknya karna yang fathir tau dia adalah ayahnya. “Kemarilah minum dulu kau pasti haus” jion memberikan segelas cairan merah yang di terima fathir. “Itu darah rusa kau pasti suka” kata jion dengan nada yakin. Fathir meletakkan gelas itu ke atas meja membuat jion menatap heran padanya. “Ada apa?” “Aku ingin darah manusia” kata fathir di sertai taringnya yang muncul keluar. “Tidak fathir, kau harus menahan nafsumu karna nantinya kau juga yang akan sengsara jika memaksa untuk meminum darah manusia” jion memperingatkan sembari menyodorkan darah rusa itu kembali. “Minumlah ini setidaknya dia bisa mengurangi rasa hausmu” Fathir segera mengambil dan menegaknya habis membuat bibirnya menjadi merah bekas darah. Cahaya matahari yang menerobos dari luar mengenai lengan fathir, fathir segera menghindar karna merasakan panas, jika itu terjadi dalam waktu yang lama kulitnya akan terbakar kecuali dirinya meminum darah manusia hal itu tidak akan terjadi setidaknya dalam waktu satu minggu bahkan satu bulan jika kualitas darah yang dia minum memiliki kandungan yang baik. “Cepatlah kembali kesekolah dan bersikap layaknya kau remaja seperti mereka jangan biarkan seorang pun tau jika kau bukanlah manusia” Fathir segera berdiri sebelum itu dia memakai hoodienya dan berlari bagai kilat sampai dirinya tiba di area sekolah dan masuk ke dalam kelas. Fathir sempat melihat jika target buruan selanjutnya berjalan ke arahnya namun segera kembali ke tempat duduknya semula karna bertepatan bel yang berbunyi. ** Seperti biasa fathir mengikuti pelajaran sampai selesai hingga jam istirahat fathir sepertinya enggan pergi dari tempat duduknya, lelaki itu lebih memilih menelungkupkan kepalanya seperti sedang tertidur. Nina sudah berdiri di dekat fathir lengkap dengan payung dan kue yang dia bawa tapi dirinya tak tega membangunkan fathir atau mengganggu lelaki ini alhasil nina menuliskan teks di secarik kertas kemudian di letakkan di atas kotak persegi berisi kue. Setelah itu nina meletakkan semuanya termasuk payung fathir ke meja lelaki itu dengan sangat pelan kemudian dia langsung berjalan ke kantin bersama Abigail. Setelah kepergian nina, fathir mengangkat kepalanya melihat nina yang sudah keluar dari kelas. Fathir tidak tertidur dia seperti itu agar terlihat seperti anak nakal yang tidur di dalam kelas atau malas berjalan keluar kelas. Fathir membaca teks di secarik kertas yang nina letakkan kemudian fathir membuka kotak persegi di depannya dan menutupnya kembali karna vampire tidak makan kue dia hanya suka darah. Jika hanya minum darah maka nyamuk pun melakukannya tapi fathir berbeda, dirinya bukan seperti itu, memang dia menyukai darah tapi sebelum meminum darah mangsanya fathir akan terlebih dahulu membuat kejutan-kejutan tak terhingga. Dan sepertinya keinginan dari dalam diri seorang vampire sangat ingin menikmati darah sekarang ini juga tapi fathir mencoba menahan keinginan itu, setidaknya untuk sesaat hingga malam hari tiba.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD