Tawaran Kerja
"Dengan berat hati kami sampaikan kalau nyawa Pak Dikta tidak bisa diselamatkan akibat pendarahan hebat di kepalanya."
Kata itu berhasil membuat kedua kaki Arini lemas hingga ia terjatuh di atas lantai rumah sakit, jiwanya seakan ditarik secara paksa lalu dihempaskan kembali, tangisnya pecah saat menyadari suami yang sangat dicintainya pergi untuk selamanya.
"Ma… Mama kenapa nangis? Apa Papa bisa sembuh?"
Sejekap Arini berhenti menangis ketika menyadari kalau di depan ruang UGD dirinya tidak hanya sendiri melainkan bersama Astara-putranya serta ibu mertuanya yang bernama Laras.
Bagaimana bisa ia menunjukkan sisi rapuhnya di depan bocah berusia empat tahun yang sedang bertanya mengenai kondisi ayahnya? Bagaimana Arini menjelaskan kepada Astara kalau ayahnya sudah meninggalkan mereka untuk selama-lama?
Andai hari ini dia tidak minta dibelikan cake coklat sepulang bekerja pada sang suami mungkin kejadian itu tidak akan terjadi atau bahkan mereka masih bisa berkumpul bersama.
"Arini, titip Ibu sama Astara ya saat Mas enggak ada," pinta Dikta kepada Arini.
"Loh memangnya Mas mau ke mana?"
"Mas cuma mau istirahat sebentar," jawab Dikta yang langsung menutup kedua matanya lalu seketika wajahnya terlihat pucat pasih.
"Mas Dikta…." teriak Arini sambil membuka kedua matanya lalu menatap langit kamarnya.
Tubuh wanita itu penuh dengan keringat yang bercucuran ketika teringat duka yang menyelimuti hatinya karena kehilangan sosok yang sangat dicintainya.
Arini tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya bila tanpa suaminya tersebut tapi sekarang mau tidak mau hal itu harus dijalani olehnya.
"Astaga aku lagi-lagi harus mimpi seperti itu, apakah aku terlalu merindukan kamu ya, Mas?" gumam Arini sambil menyeka peluhnya yang membasahi area wajahnya.
Arini meraih ponselnya lalu membaca satu pesan masuk dari aplikasi w******p miliknya dari nomor yang tak dikenalnya sekitar beberapa jam yang lalu.
"Selamat malam Ibu Arini maaf jika mengganggu waktunya, perkenalkan nama saya Dita sekretaris Pak Adi Putra Erlangga dari perusahaan Erlangga Group. Kami ingin menginformasikan kalau besok kami mengundang ibu untuk melakukan interview kerja pukul sembilan di perusahaan Erlangga Group….. "
"Akhirnya aku dapat panggilan interview di perusahaan terkenal, semoga saja besok aku bisa lolos dan bekerja di sana."
Arini merasa begitu senang membaca pesan tersebut karena untuk pertama kalinya dirinya mendapat panggilan interview setelah puluhan bahkan ratusan surat lamaran ia kirimkan ke beberapa perusahaan.
Sejak ia memutuskan untuk mencari pekerjaan agar bisa membiayai kehidupan sehari-hari serta biaya sekolah Astara, dirinya sulit sekali mendapat kerja apalagi panggilan interview, kalau pun dapat itu pasti ada embel-embel penipuan yang mengharuskan dirinya membayar uang muka di awal bekerja.
Namun untuk panggilan interview kerja kali ini Arini merasa yakin karena perusahaan tersebut sangat terkenal di kotanya, apalagi setelah kasus kecelakaan yang menimpa putra sulung keluarga itu.
"Kami sangat mengharapkan kehadiran Ibu Arini untuk menghadiri interview tersebut. Dan kami harap Ibu membalas pesan ini untuk menginformasikan kehadiran Ibu Arini ke perusahaan kami, terima kasih. Dita."
Dengan antusias Arini segera membalas pesan tersebut untuk menyatakan kehadirannya ke perusahaan tersebut.
Arini yang tadinya merasa mengantuk kini membulatkan matanya, lalu beranjak untuk mencari pakaian terbaiknya untuk wawancara kerja besok. Wanita itu ingin menampilkan kesan pertama yang menarik agar ia mendapatkan nilai plus untuk diterima bekerja.
Esok harinya Arini bangun lebih awal karena ia harus menyiapkan sarapan serta bekal untuk Astara. Tak lupa ia juga membangunkan putranya serta mengecek kembali persiapan sekolah Astara.
"Tumben pagi ini kamu terlihat cantik dan rapi, Rin. Apa ada panggilan kerja?" tanya Laras kepada sang menantu.
Arini tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, lalu berjalan mendekat ke arah ibu mertuanya dan memeluknya.
"Bu, doain Arini ya semoga interview hari ini berjalan lancar supaya aku bisa keterima di perusahaan ini dan kita tidak perlu lagi pusing untuk biaya kebutuhan sehari-hari."
Arini sangat berharap besar dengan wawancara kerjanya kali ini karena semakin lama tabungan yang ia punya semakin menipis.
Laras mengusap punggung menantunya dengan lembut. "Ibu doakan kali ini kamu tidak lagi dapat panggilan kerja yang berkedok penipuan, wawancara kamu lancar, dan kamu diterima bekerja di sana."
"Terima kasih ya, Bu. Maafkan Arini ya Bu karena sejak ditinggal Mas Dikta, aku sama sekali belum pernah bahagiakan, Ibu," ucap Arini yang terdengar lirih.
Air matanya seakan ingin jatuh namun tertahan ketika ia mendengar suara Astara.
"Loh, Mama sama Nenek pelukan enggak ajak aku sih?" protes Astara hingga pelukan mereka terlepas.
"Ayo sini Sayang, kita berpelukan bersama," ajak Arini yang dituruti Astara lalu ketiganya pun berpelukan. Sungguh pemandangan yang manis, bukan?
***
"Arini, ini putra saya yang bernama Baskara jadi tugas kamu di sini menjadi pembantu serta merawat putra saya, jika kamu bersedia maka kesepakatan akan kita teruskan," kata Adi memperkenalkan sosok Baskara yang tengah duduk di kursi roda kepada Arini.
Adi memang sengaja mengenalkan langsung Arini kepada Baskara agar wanita itu bisa menilai serta mengambil keputusan untuk melanjutkan kontrak kerjasama di antara mereka.
"Pa, sudah berapa kali aku bilang jangan membuang uang untuk hal yang tidak penting seperti membayar wanita ini untuk merawatku," protes Baskara yang enggan dirawat oleh siapa pun.
Baskara memang sudah beberapa kali berganti perawat karena pria itu sendiri yang sengaja membuat mereka tidak betah berada di sisinya.
Tentu bukan karena Baskara sedang mencari perhatian sang papa atau pun merasa mampu merawat dirinya tapi pria itu seakan sudah kehilangan harapan hidupnya sejak dinyatakan lumpuh serta yang paling pahit ditinggalkan kekasihnya.
"Baskara, kamu tidak bisa hidup seperti ini terus, kamu harus bisa berdamai dengan keadaan kamu saat ini dan melanjutkan hidupmu," ucap Adi yang selalu merasa putus asa.
"Keadaanku saat ini lumpuh Pa, buat apa lagi aku hidup? Natasha saja enggan dekat denganku," sergah Baskara lalu berusaha pergi dengan memutar roda yang ada di sisi kiri dan kanan pada kursi rodanya menggunakan tangannya.
Sejak kecelakaan satu tahun yang lalu Baskara dinyatakan mengalami paralegia atau kelumpuhan anggota gerak yang dimulai dari panggul ke bawah akibat cedera pada saraf tulang.
Dokter bilang ini hanya bersifat sementara karena pada hasil ct scan tidak ada hal serius yang perlu dikhawatirkan, tapi entah kenapa sudah satu tahun berlalu tidak ada perubahan apa pun yang terjadi pada pria itu.
Arini tampak memperhatikan apa yang sedang terjadi di depan matanya sambil menimbang-nimbang kembali keputusannya. Haruskah ia menerima tawaran pekerjaan ini atau tidak?
Jika tidak ia terima akan sulit rasanya untuk mencari pekerjaan yang lain terlebih nominal uang untuk pembayarannya sungguh fantastis. Tapi melihat sikap Baskara tadi…..
"Jadi, Bagaimana Arini? Apakah kamu bersedia untuk menerima pekerjaan ini?"