ALMEERA 03

4246 Words
Author Pov   Keluarga Erizally sedang berkumpul di meja makan, ditambah dengan kehadiran kedua menantu mereka. Setelah dibujuk Almeera akhirnya ikut pulang bersama Arana dan Arman, walau dia sangat kecewa. Kenapa Arkaan suaminya tidak menjemput, dan  membujuknya pulang ke rumah? Ah mana mungkin itu terjadi, Almeera kan istri yang tidak di inginkan oleh Arkaan. Itulah yang ada di pikiran Almeera, bukan hanya pikiran lagi sekarang bahkan sudah menjadi kenyataan. Dari tadi makan malam, bahkan Arkaan suaminya tidak menanyai Almeera dari mana. Jangankan itu, menyapa Almeera saja sepertinya Arkaan tidak mau. Sejak tadi bahkan Arkaan tidak mengajak Almeera ngomong, "Papa mau bicara sesuatu," ujar Arman. Arman mau bicara sesuatu, dan itu membuat semua orang penasaran. Begitu juga Almeera, dia penasaran apakah yang akan di bicarakan oleh Papa mertuanya. "Bicara apa Pa?" tanya Arkaan. "Papa mau bicara di depan kalian semua, Papa nggak mau kamu dan Almeera sampai bercerai Ar. Kalau sampe kalian bercerai, harta Papa jatuh ke tangan Almeera kamu cuma akan dapat 5% dari semua harta Papa," ujar Arman. Semuanya jelas kaget saat mendengar keputusan Arman, apalagi Arkaan. Padahal dia berniat untuk segera menceraikan Almeera, kalo kayak gini bakalam susah buat menceraikan Almeera. Arana dan Arman tau putra mereka berniat menceraikan Almeera, dan mereka tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Mereka sengaja membuat perjanjian seperti itu, karena mereka tau Arkaan takut kehilangan harta dan segala fasilitasnya. "Papa kok nggak adil sih, anak Papa kan Arkaan bukan Almeera. Kenapa harta Papa jatuh ke Almeera?" tanya Arkaan tidak setuju, bagaimana mau setuju anaknya kan Arkaan. Kenapa hartanya jatuh ke Almeera. "Kan kalau kalian berdua bercerai, kalau tidak ya hartanya masih milik kamu," jawab Arman santai. Kalau begini kan Arkaan tidak akan pernah menceraikan Almeera, dan Almeera akan terus menjadi menantu keluarga Erizally. "Maaf Pa, kok hartanya buat Almeera. Almeera kan bukan siapa-siapa? Almeera nggak berhak, kalau seandainya Almeera dan Mas Arkaan tidak berjodoh. Dan kita bercerai, hartanya masih milik Mas Arkaan," ujar Almeera. Almeera merasa tidak enak dengan keputusan Papa mertuanya, dia tidak mau dianggap matre dan memanfaatkan keadaan oleh suami dan istri pertama suaminya. "Sudah kamu terima saja sayang, Papa melakukan itu karena jika kalian berpisah. Papa tetap bisa menganggapmu putri Papa, dalam sekejap Papa dan Mama sudah menganggapmu putri kami sendiri bukan seorang menantu. Jadi kamu jangan menolak yaa," pinta Arman. Almeera gadis yang sangat baik dan sholeha pastinya, sehingga Arman dan Arana dengan mudah menyayanginya walau baru saja kenal. "Walau Almeera berpisah dengan Mas Arkaan, Almeera tetap putri Papa dan Mama. Almeera juga menyayangi kalian dan sudah menganggap kalian orang tua Almeera sendiri seperti  menyanyai Ayah dan Bunda Almeera. Almeera pasti akan selalu mengunjungi kalian, kalian tidak perlu khawatir. Tapi harta itu masih milik Mas Arkaan suami Almeera," tolak Almeera sangat halus agar tidak sampai menyakiti hati Arana dan Arman. Arman dan Arana sangat beruntung, bisa memiliki menantu seperti Almeera yang tidak memikirkan harta. Kalau orang lain, berada di posisi Almeera pasti mereka memanfaatkan keadaan. Berbeda dengan Arana dan Arman yang kagum dengan Almeera, Difa malah sangat muak dengan sikap sok baik Almeera. Sok menolak harta, semua irang juga tau kenapa dia mau jadi istri kedua jika bukam karna harta. Kalo bukan karena Arkaan anak orang kaya, dan bisa mengusai harta Arkaan. "Kamu memang baik sayang, ayo kamu istirahat. Mama anter ke kamar kamu, biar Pak Asep yang bawa barang-barang kamu ke kamar Arkaan," ajak Arana. "Kok barang-barang Almeera di taro di kamar Arkaan sih Ma?" tanya Arkaan kaget mendengar ajakan Mamanya ke Almeera, bagaimana tidak barang-barang Almeera kenapa di taro di kamarnya. Padahal kamarnya kan sudah penuh dengan barangnya, dan barang Difa terntunya yang "Iyalah kan mulai sekarang Almeera tinggal di kamar kamu, dia kan istri kamu. Udah sewajarnya tidur sekamar sama kamu," jawab Arana enteng. Dia tau putranya akan menolak, tapi dia tidak akan kehilangan akal untuk membujuk putramya agar mau satu kamar dengan menantu kesayangannya Almeera. Bukan Difa, menantu yang sala sekali tidal dia harapkan. Arana dan Arman sama sekali belum menerima Difa, tapi semua sudah terlanjur mau bagaimana lagi Difa sudah menikah dengan Arkaan. Walau begitu Arana dan Arkaan, berusaha terus untuk mebuat putranya Arkaan bisa mencintai Almeera menantu kesayangan mereka dengan sepenuh hati. "Nggak Ma, Arkaan tidur dikamar itu sama Difa bukan Almeera titik," tolak Arkaan tegas. Menurut Arkaan istrinya hanya Difa seorang, Almeera memang istrinya tapi hanya status tidak lebih. "Loh nggak bisa gitu dong, Almeera juga istri kamu dan punya hak yang sama tidur sama kamu," balas Arana tidak mau kalah. Jelas Arana tidak mau kalah, dia merencanakan sesuatu. Jika Almeera dan Arkaan satu kamar, dan berada di kamar itu. Kamar itu memang sudah di design untuk kamar pengantin, jadi mereka masuk kamar itu pasti bawaannya romantis. Dan segera melakukan malam pertama, rasanya Arana tidak sabar ingin segera punya cucu dari Almeera dan Arkaan. Dia tidak ingin mendapat cucu dari Difa, kalo sampai Difa hamil. Bisa-bisa Arkaan akan semakin cinta mati sama Difa, dan memberika  apa yang Difa mau. Arana tau jika Difa bukanlah gadis baik, dia menikahi Arkaan karena harta tidak lebih. "Arkaan kamu tidur di kamar itu sama Almeera atau Papa cabut semua fasilitas yang Papa kasih," ancam Arman. Arman sudah mengeluarkan ancaman, Arkaan sudah tidak akan bisa berkutik sama sekali. Dia hanya bisa pasrah, biarlah Difa tidur di kamar lain. "Terus Difa tidur dimana?" tanya Difa bingung. Dia istri Arkaan juga, kenapa Almeera yang berhak tidur di kamar Arkaan? "Kan kamar tamu banyak," jawab Arana ketus. Dalam hati Difa marah-marah, karena mertuanya selalu membela Almeera istri kedua Arkaan. Apa bagusnya sih Almeera sampe mereka belain dia terus? batin Difa bertanya. "Pa, Ma Almeera nggak papa kok kalo tidur di kamar tamu. Biar Mbak Difa yang tidur di kamar Ms Arkaan," ujar Almeera mengalah. Almeera mengalah, semakin membuat Difa benci padanya dia mengira Almeera hanya cari perhatian Arman dan Arana. "Sudah tidak papa, kamu tetap tidur di kamar Arkaan," ujar Arana bersih keras. "Nanti jika kalian pindah ke rumah yang baru juga, Arkaan dan Almeera akan menempati kamar utama," putus Arman. Armaan memang sudah menyiapkan rumah yang lumayan besar untuk anak dan menantunya, sudah sejak lama dia siapkan sebelum Arkaan menikah. "Loh Pa, kenapa Almeera dan Difa disatukan rumahnya? Kenapa tidak kita belikan satu rumah untuk Difa, dan satu rumah untuk Almeera?" tanya Arana penasaran. "Tidak perlu membelikan dua rumah, satu rumah saja cukup. Lagi pula Papa tau, jika kita beli dua rumah untuk mereka Arkaan akan selalu pulang ke rumah Dufa, bukan rumah Almeera," jawab Arman. Armaan sudah sangat faham dengan karakter dan sifat Arkaan makanya dia tidak membeli dua rumah, bukan karena pelit. Uang mereka banyak, sampai tujuh turunan juga tidak akan habis. Bilang aja pelit, masa beli dua rumah saja nggak mampu, ujar Difa kesal di dalam hati. "Papa bener juga, Mama setuju deh," ujar Arana. "Maaf Ma, Pa. Mas Arkaan, Mbak Difa. Apa boleh Almeera mengeluarkan pendapat?" ujar Almeera sopan. "Silahkan sayang," jawab Arana dan Arman. Difa dan Arkaan hanya diam saja tidak mau menjawab, dia merasa pandapat Almeera tidak penting. "Jadi gini Pa, Ma. Almeera hanya minta Mas Arkaan adil sebagai suami. Suami Harus Dapat Berlaku Adil Terhadap Isterinya, Jika Ia Mempunyai Isteri Lebih Dari Satu. Yaitu berbuat adil dalam hal makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan dalam hal tidur seranjang. Ia tidak boleh sewenang-wenang atau berbuat zhalim karena sesungguhnya Allah melarang yang demikian. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Barangsiapa memiliki dua isteri, kemudian ia lebih condong kepada salah satu dari keduanya, maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan pundaknya miring sebelah.” [1] Almeera sungguh tidak mau jika Mas Arkaan merasakan hal itu, maka dari itu Almeera minta Mas adil padaku dan Mbak Difa. Bukan hanya Mas Arkaan, Mama dan Papa juga sebagai mertua hasrus adil. Maaf ya Ma, Pa. Almeera tidak bermaksud menyalahkan kalian. Seperti kamar contoh, Almeera tau kalian sangat menyanyangi Almeera sebagia menantu bahkan sudah seperti anak kandung sendiri. Almeera hanya minta, yang di perlakukan seperti itu bukan cuma Almeera. Mama sama Papa mempunyai dua menantu, tolong perlakukan kami sama. Jangan membeda-bedakan kami, Mama dan Papa saja membeda-bedakan Almeera dan Mbak Difa dalam hal perlakuan. Apa lagi Mas Arkaan, dia pasti akan semakin  membedakan-bedakan kami. Pasti Mas Arkaan kan lebih cenderung ke Mbak Difa, maka dari itu Almeera minta semuanya berbuat Adil. Masalah kamar, bagaimana jika kamar utama di pakai Mas Arkaan sendiri. Almeera dan Mbak Difa bisa menempati kamar tamu, itu pasti akan lebih adil," ujar Almeera panjang lebar. Almeera menjelaskan panjang lebar, dengan sifat bijaksana. Istri lain pasti akan rebutan, berbeda dengan Almeera yang memberikan solusi yang baik untuk semua orang. Arana dan Arman jadi merasa bersalah karena tidak adil terhadap menantunyaa, bagaimana pun Difa tetap menantunya dia harus bisa menerima Difa. Arkaan, Arana dan Arman lagi-lagi kagum dengan sikap Almeera, dia memang baik dan juga sholeha. Pemikirannya sangat bagus dan bijaksana, tidak egois juga orangnyaa. Andai Arkaan belum bertemu dan dan jatuh cinta pada Difa, dia pasti sudah tergila-gila pada Almeera. Tapi itu hanyalah perandaian, dia sudah berjanji pada Difa Arkaan tidak akan jatuh cinta pada Almeera. *** Sekarang Almeera, Arkaan dan Difa sedang berada di Swiss, mereka pergi ke Swiss untuk melakukan bulan madu. Dua hari yang lalu, Arman dan Arana memberika dua tiket bulan madu untuk Almeera dan Arkaan. "Arkaan kamu nggak kepikiran ngajak istri kamu bulan madu?" tanya Arman pada putranya. Yang di maksud Arman istri Arkaan adalah Almeera, tapi Arkaan mengiranya Difa istri pertamanya. "Kepikiran sih Pa, tapi kan Arkaan sibuk kerja. Nggak tau kapan liburnya," jawab Arkaan jujur, akhir-akhir ini Arkaan memang sangat sibuk berkerja. Jadi dia sama sekali belum merencanakan untuk bulan madu. "Kamu kan bisa cuti, nih Papa udah beli tiket pesawat buat bulan madu ke Swiss," ujar Arman sambil memberikan dua tiket pesawat. "Makasih ya Pa, Difa pasti seneng deh," balas Arkaan gembira. "Kok Difa, siapa bilang itu untuk Difa. Tiket itu untukmu dan Almeera, kalian yang akan berangkat bulan madu, " jelas Arman. Arkaan sangat kaget sekali, karena dia salah mengira istri yang di maksud Papanya. Dia mana mungkin mau pergi bulanmadu dengan Almeera, pasti akan membosankan. Lebih baik bersama Difa, pasti akan menyenangkan. "Kok Almeera sih, istri Arkaan kan Difa. Arkaan hanya akan berbulan madu dengan Difa," tolak Arkaan. "Ingat istri kamu bukan hanya Difa, ada Almeera juga jangan lupa itu. Kamu harus mau, karena tiket atas nama kamu dan Almeera. Papa sudah mempersiapkan semua untukmu dan Almeera menantu Papa, bukan untuk yang lain." "Tapi Pa, istri Arkaan kan Difa juga. Jadi Arkaan harus adil, Arkaan harus ajak Difa juga bulan madu," jawab Arkaan lantang. "Ya terserah kamu, tapi yang jelas kamu harus adil pada mereka. Kamu bisa beli tiket dan pesan kamar untuk Difa, kamar dan tiket yang Papa pesankan hanya untuk Almeera bukan yang lain," ujar Arman sebelum pergi. Ternyata dari tadi Difa mendengar pembicaraan suami dan Papa mertuanya. Dia semakin benci pada Almeera, semua orang mengutamakan Almeera. Saking kesalnya, Difa mendatangi Almeera dan mencacinya. "Dasar jalang, dasar murahan. Kalau bukan jalang, apa namanya?  Mana mungkin mau jadi istri kedua? Kalau bukan karena harta kenapa kamu mau, dasar matre. Murahan, jalang," maki Difa pada Almeera. Almeera menangis sejadinya, dia hanya bisa menangis. Mendengar cacian dari Difa, Difa sudah tidak bisa di kontrol. Dia mencaci dan mendorong Almeera hingga terbentur. Darah segar Almeera keluar dari dari Almeera, dia Arana, Arman dan Arkaan mendengar suara tangisan Almeera, mereka langsung pergi ke kamar Almeera untuk melihat keadaan Almeera. Mendengar suara orang akan datang, Difa berpura-pura jatuh. Dan ketika mereka sampai di kamar Almeera, mereka melihat Almeera dan Difa menangis. Arman dan Arana menolong Almeera, sedangkan Arkaan menolong Difa. Difa berakting bahwa Almeera yang mendorongnya, Arkan percaya pada Difa di memarahi Almeera. Berbeda dengan Arman dan Arana, mereka sudah tau jika Difa berbohong dan menfitnah Almeera. "Kamu nggak papakan sayang?" tanya Arkaan lembut pada Difa. "Hiks hiks Almeera jahat, dia dorong aku. Dan pas kamu sama Papa, Mama nyamperin kita. Dia menjatuhkan diri, dan benturin kepalanya ke dinding," fitnah Difa sangat kejam. Arkaan sangat marah pada Almeera, dia nggak percaya Almeera bisa melakukan hal seperti itu. Arman dan Arana tidak menyangka bahwa dia punya seorang menantu tukang fitnah, jelas-jelas korban disitu adalah Almeera dia malah memutar balikan fakta. "Mau kamu apa sih? Sampai berani mencelakai istri saya? Kamu iri karena saya selalu mengutamankan Difa, jelas dia istri pertama saya dan istri yang paling saya cinta. Percuma kamu berhijab, kalau kelakuan kamu kriminal," maki Arkaan. Difa sangat senang melihat Arkaan selalu membelanya, dia semakin berakting dia yang teraniyaya. Arkaan menggendong Difa ke ranjang Almeera, karena ranjang Almeera yang ada di dekatnya. Setelah itu, Arkaan keluar untuk mengambil sesuatu untuk Difa dan menelfon dokter. Setelah Arkaan pergi dari kamar, Difa kembali memaki Almeera di depan mertuanya. Percuma juga dia pura-pura baik di depan mereka, karena mereka tidak akan menganggapnya. "Dasar jalang, dasar murahan, dasar matre, mampus rasain Arkaan akan semakin benci sama loe," maki Difa. Mereka yang berada di ruangan, hanya bisa mengucap istigfar mendengar Difa mengucapkan kata kotor. "Jaga ucapan kamu! Menantu saya Almeera bukan seperti apa yang kamu sebutkan. Yang kamu sebutkan itu, sebenarnya diri kamu sendiri bukanlah Almeera," marah Arman sudah tidak bisa sabar menghadapi Difa, dosa apakah dia sampai punya menantu seperti Difa. "Kalau yang saya ucapkan tidak benar, kenapa Anda marah? Berarti benar dong? Mana ada wanita yang mau jadi istri kedua atau pelakor kalau bukan karena harta? Ma, Pa bangun, Almeera itu wanita matre yang mau ngambil drmua harta kalian," balas Difa sangat ketus. "Wanita matre kamu bilang? Almeera tidak matre, kamu yang wanita matre. Kamu tau keluarga Rahmadhani?" bela Arana. Semua tau keluarga Rahmadhani, keluarga paling kaya di Indonesia. Kalau Difa sampai tidak tahu, kemana saja dia selama ini? "Taulah itukan keluarga konglomerat, keluarga paling kaya di Indonesia?" jawab Difa santai. "Bagus deh kalau kamu tau, dan kamu tau siapa Almeera?" tanya Arana mengoda, Almeera tau kalau Arana akan membongkar identitasnya ke Difa. Makanya dia segera mencegah Arana, tapi Arana tidak perduli. "Udah Ma nggak papa, Almeera baik-baik aja, " ujar Almeera mengalihkan pembicaraan. "Nggak sayang, dia harus tau siapa kamu biar dia tidak terus-terusan menghina kamu." "Almeera nggak papa kok, Almeera terima aja." "Memang siapa Almeera?" tantang Difa. "Almeera adalah putri tunggal dari Abdul Hanif Rahmadhani pewaris seluruh kekayaan keluarga Rahmadhani. Dan sekarang seluruh kekayaan itu, jatuh ke tangan Almeera putrinya," jelas Arana. Difa sangat kaget mengdengar kenyataan itu, dia sangat malu mengatai Almeera matre. Padahal Almeera lebih kaya darinya dan Arkaan, keluarga Elizaly tidak ada apa-apanya dibanding keluarga Rahmadhani. "Dan kamu tadi sudah berani memfitnah Almeera, kamu tidak tau dosa orang yang suka memfitnah? Fitnah bahkan lebih kejam dari pembunuhan, kamu tifak takut? Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat merugikan dan termasuk dalam dosa yang tak terampuni oleh Allah SWT. Oleh karenya, Islam melarang umatnya memfitnah sebab fitnah adalah haram. Allah SWT berfirman yang artinya; “Wahai orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, (sehingga kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah sebagian kamu menggunjing setengahnya yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? ( Jika demikian kondisi mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Jadi patuhilah larangan-larangan tersebut) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-Hujarat : 12). Seorang Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah; “Wahai Rasulullah, apakah ghibah itu? Lalu Rasulullah menjawab; ‘Menyebut sesuatu yang tidak disukai saudaramu di belakangnya.’ Kemudian Sahabat kembali bertanta; ‘Bagaimana jika apa yang disebutkan itu benar?’ Rasulullah kemudian menjawab; ‘kalau sekiranya yang disebutkan itu benar, maka itulah ghibah. Tetapi jika hal itu tidak benar, maka engkau telah melakukan buhtan (kebohongan besar).”  (H. R. Muslin, Abu Daud, dan At-Tirmidzi). Allah SWT berfirman yang artinya; “Maka nyatalah bahwa tidak ada yang lebih zhalim dari orang yang mereka-reka perkara-perkara yang dusta terhadap Allah, dan mendustakan sebaik-baik saja kebenaran itu disampaikan kepadanya. Bukankah (telah diketahui bahwa) dalam neraka j*****m tersedia tempat tinggal bagi orang2 kafir?” (Q. S. Az-Zumar : 32). “Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapakah syaitan-syaitan itu selalu turun? Mereka turun ke tiap-tiap pendusta yang berdosa, yang mendengar sungguh-sungguh (apa yang disampaikan oleh syaitan-syaitan itu) sedangkan kebanyakan beritanya adalah dusta.”  (Q. S. Asy-Syuras : 221-223). “Fitnah itu besar (dahsyat) dari melakukan pembunuhan.” (Q. S. Al-Baqarah : 217). Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Hudzaifah RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;  “Tidak akan masuk surga orang yang suka menebar fitnah.”" Seketika Difa terdiam setelah mendengar ceramah Arana panjang lebar, hingga datanglah Arkaan bersama seorang dokter wanita. Dokter wanita itu adalah Kayra, sahabat Almeera. "Dok tolong periksa dia?" titah Arkaan sambil menunjuk Difa. Arkaan menyuruh Dokter Kayra untuk memeriksa Difa, sedangkan menurut Dokter Kayra Difa tidak kenapa-napa tidak ada luka sedikit pun. Yang terluka malah Almeera, tapi Arkaan sama sekali tidak perduli. Kayra hanya bisa menurut, dia langsung memeriksa keadaan Difa. Padahal dia ingin memeriksa Almeera sahabatnya, karena dari Almeera terus mengeluarkan darah padahal tadi sudah di perban oleh Arana. "Dok gimana keadaan istri saya?" tanya Arkaan membuat Kayra kaget, bagaimana tidak kaget Kayra tau Arkaan suami Almeera. Tapi kenapa Arkaan menyebut wanita lain istrinya? Apa Arkaan memiliki istri lain selain Almeera? "Istri Anda baik-baik saja Pak, tapi sepertinya ISTRI Anda yang satunya yang terluka cukup parah," jelas Dokter Kayra sengaja menekankan kata istri dengan menunjuk Almeera . "Saya tidak peduli dengan dia," ujar Arkaan ketus, sebelum pergi dari kamar Almeera dengan memapah Difa. Arkaan pergi, Kayra langsung memeriksa dan mengobati Almeera. Sesudah itu dia minta penjelasan apa yang terjadi pada Almeera, Kayra sangat khawatir pada Almeera. "Kenapa suami kamu menyebut wanita lain itu istrinya?" tanya Kayra penasaran. Karena merasa ada yang mau di bicarakan penting Almeera dan Dokter Kayra, Arana dan Arman keluar dari kamar Almeera. Mereka tau, jika Dokter Kayra adalah sahabat Almeera. "Difa memang istrinya Mas Arkaan," jawab Almeera. "Kamu kok mau di duakan? Dan mengizinkan suami kamu menikah lagi?" tanya Kayra. Kayra mengira jika Arkaan menduakan Almeera, dan Difa sebagai istri kedua dari Arkaan. "Aku nggak mau di duakan tapi ini sudah terjadi, aku nggak pernah mengizinkan Mas Arkaan menikah lagi. Akulah istri kedua Mas Arkaan, jadi Difa yang mengizinkan Mas Arkaan poligami," cerita Almeera sambil menangis. "Gue sama sekali nggak ngerti Al, loe harus cerita semuanya sama gue," paksa Kayra. Mau tidak mau, Almeera menceritakan semuanya pada Kyra. Kayra tidak menyangka hidup sahabatnya begitu rumit, dia sangat sedih setelah mendengar cerita dari Almeera. **** Almeera, Difa dan Arkaan sudah sampai Swiss, mereka bahkan sudah sampai hotel. Difa iri dengan kamar hotel untuk Almeera yang di pesankan oleh Papa mertunya, dia pun meminta bertukar kamar. Almeera hanya bisa pasrah tanpa bisa menolak, kalau dia menolak pun Arkaan dan Difa pasti akan memaksanya. Almeera masuk ke kamar yang harusnya milik Difa, dia menangis. Bagaiman tidak? Bukannya sekarang ini bulan madunya bersama Arkaan? Tapi Arkaan dari tadi tak memperdulikannya, Arkaan selalu bermesra-mesraan dengan Difa di depan matanya. Jika di tanya, apakah Almeera cemburu? Jelas Almeera cemburu, wanita mana yang tidak cemburu melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain. Walau wanita lain itu, adalah istri suaminya juga. Dari awal Arkaan memang tidak pernah adil pada istrinya, dia selalu mengutamakan Difa seorang. Semua permintaan Difa di turuti, tanpa memikirkan perasaan Almeera. Almeera ingin sepeeti Difa, di manja suami semua keinginannya selalu di turuti. Almeera ingin seperti istri-istri di luar sana, apa salah jika Almeera ingin itu semua? Apa Almeera sama sekali tidak berhak mendapat semua itu dari suaminya? Bahkan yang menyakitkan saat malam pertama suaminya lebih memilih melakukan malam pertama dengan istri pertamanya. Malam kedua setelah menikah, Arkaan terpaksa tidur di kamar Almeera. Ya hanya tidur tidak lebih, bahkan Arkaan menyuruh Almeera tidur di sofa yang ada di kamar bukan di ranjang bersamanya. Kejam bukan? Bahkan sangat kejam rasanya. Arkaan memang tidak menyiksa Almeera secara fisik, tapi menyiksa Almeera secara batin. Dari pada nangis menghabiskan air mata, Almeera lebih baik mengerjakan pekerjaan kantor yang tertunda. Almeera sangat sibuk, dia berkerja di dua perusahaan sekaligus. Di perusahaan Farzan mantan tunangannya, dan di perusahaan keluarga Rahmandhani. Sejak Ayah Almeera sakit, perusahaan keluarga Almeera yang mengambil ahli. Walau begitu, Almeera belum pernah  datang ke perusahaan Ayahnya sejak menjabat sebagai CEO disana. Alasannya pertama, Almeera selalu memantau dan mengerjakan kerjaan di kantor Ayahnya. Kedua, karena masih kerja di kantor Farzan makanya belum bisa ke sana. Ketiga, karena waktunya tidak ada. Ayahnya sakit, berapa hari kemudian menikah. Tinggal di rumah mertua, terus pergi bulan madu. Dia mengecek email, ternyata banyak sekali email masuk dari Rena sekretaris Ayahnya. Sedang asyik memeriksa dokumen, ada suara ketukan pintu. Almeera langsung bangun, dan membukakan pintu. Ternyata yang mengetuk pimtu kamar hotel Almeera adalah Arkaan, Almeera yang canggung langsung menyuruh Arkaan masuk ke kamar tuh mereka suami istri jadi nggak salah dong masuk kamar Almeera. Arkaan tidak menolak ajakan Almeera, dia masuk ke kamar Almeera. "Kenapa Mas?" tanya Almeera ketika Arkaan sudah berada di kamarnya. "Nih makan, kamu kan dari tadi belum makan apapun. Tadi kebetulan saya baru beli makan, terus ingat kamu belum makan," titah Arkaan sambil menyerahkan bungkusan yang berisi makanan. Boleh tidak sih Almeera terbang? Karena mendapat perhatian dari Arkaan. Kalian pasti bilang Almeera itu lebay, ya Almeera lebay karena terlalu senang mendapat perhatian kecil dari pria yang berstatus suaminya. "Makasih Mas," ujar Almeera sambil tersenyum manis. "Jangan ke GR'an kamu, saya ingat kamu belum makan dan membelikan kamu makan. Bukan karena perhatian, atau udah jibta sama kamu. Jangan harap saya jatuh cinta sama kamu, karena cinta saya cuma buat Difa seorang. Saya melakukan semua itu, karena takut Papa dan Mama marah. Ngeliat menantu kesayangannya kelaparan, dam pasti mereka marah-marah sama saya," ujar Arkaan ketus. Mendengar kata-kata Arkaan yang sangat menyakitkan, membuat air mata Almeera tidak lagi dapat di tahan. Apakah dia salah mengharapkan cinta dari suaminya sendiri? Apakah salah jika Almeera ingin seperti perempuan lain  yang di manja suaminya. Bolehkah Almeera berharap bisa mendapat perhatian dari suaminya seperti  para istri di luar sana?  Kayaknya semua itu mustahil, sebelum Difa pergi dari kehidupan Arkaan dan Almeera Melihat air mata Almeera keluar, Arkaan jadi tidak tega melihatnya. Arkaan mang selalu tidak tega "Kamu nangis? Maaf, kalau kata-kata saya sangat menyakitkan. Saya harus bicara sejujurnya, karena tidak ingin kamu terlalu berharap pada saya," ujar Arkaan mengusap air mata Almeera. Lain di mulut lain di hati, di mulut berkata demikian padahal itu semua bohong. Dari tadi Arkaan gelisah memikirkan Almeera yang tidak keluar kamar, dan belum makan. Hingga Arkaan nekat keluar, dan berbohong pada Difa. Arkaan tidak mungkin jujur pada Difa, bahwa dia ingin keluar untuk membelikan makanan untuk Almeera. Soal orang tua, dia juga berbohong dia tidak akan di marahi hanya karena masalah itu. Perlakuan Arkaan yang mengusap air matanya, semakin membuat Almeera mencintai Arkaan. Mencintai suaminya sendiri, dan ingin cintanya terbalas bukan hanya bertepuk sebelah tangan. "Sudah jangan menangis lagi, nanti kalau menangis nambah jelek lagi. Masa istri seorang Arkaan Nuriel Erizally jelek? Kan nggak lucu," gurau Arkaan. Mendengar gurauan Arkaan, Almeera tersenyum kecil. "Ayo makan, mau saya suapi?" tawar Arkaan yang dibalas anggukan oleh Almeera. Arkaan dengan telaten menyuapi Almeera  rasanya Almeera ingin dunia berhenti sejenak agar dia bisa terus berduaan dengan Arkaan. Tinggal dua sendok lagi, tapi Almeera menggelengkan kepala tanda sudah nggak mau makan lagi. Karena Almeera sudah sangat kenyang. "Dua suapan lagi, aak aak. Abisin dong Al, biar mubazir dikit lagi," paksa Arkaan. Demi Arkaan, Almeera yang sudah kenyang terpaksa makan dua suap lagi. "Udah selesai, saya buang dulu sampahnya di tempat sampah. Kamu mau nggak abis ini kita nonton film?" Arkaan membuang sampah bekas makan Almeera, dan kembali menghampiri Almeera. "Nonton film dimana Mas?" tanya Almeera polos. "Nonton disini saja gimana? Disini kan ada dvd," jawab Arkaan. "Bolehkok, ada kok disini juga banyak kaset bagus." Ya di kamar Almeera memang banyak kaset film, mereka berdua langsung memilih film untuk merrka tonton. Kasetnya sangat banyak, ada kaset film dari berbagai negara film Indonesia juga ada sih. "Kamu mau nonton film apa Al?" "Ehmm apa ya Mas?" "Kamu bilang aja, apa aja film yang kamu pilih saya pasti setuju aja. Nanti kita nonton." Almeera masih bingung memilih film yang akan mereka tonton, sampai akhir dia menemukan film yang seruu. "Mas mau nonton film India nggak?" Ya, Almeera memilih film india yang berjudul sanam teri kasam. "Boleh kok, ayo kita nonton." Mereka pun menyetel film itu, saat film belum di mulai mereka memgobrol dulu. "Kamu suka film India?" "Suka banget, aku kan bollywoodlovers." "Waw, tau banyak doang tentang India?" "Lumayan sih, emang kenapa ?" "Nggak papa kok, kan kalau tau banyak nanti kapan-kapan kita bisa nonton film India yang lain. Kamu pernah ke India?" "Kirain kenapa, Mas Arkaan mau nonton lagi sama Almeera? Almeera belum pernah ke India Mas, padahal pengen banget." "Kenapa nggak, nanti kapan-kapan kita nonton film India yang banyak. Belum pernah kan ya? Kalau saya ajak ke India mau nggak?" "Terus Mbak Difa gimana Mas? Almeera pasti mau banget, tapi gimana sama Mbak Difa." "Kalau kita sedang berdua, tolong kamu jangan sebut nama Difa. Difa biar jadi urusan saya, kamu nggak usah mikirin dia. Maaf, saya nggak bisa bersikap baik ketika ada Difa. Sedangkan saya kan harus adil sama kamu juga? Kamu nggak keberatankan? Kalau saya bersikap cuek kalau ada Difa," jelas Arkaan. Inilah jalan yang di pilih Arkaan, dia tidak ingin terus-terusan mengacuhkan Almeera. Karena Almeera juga istrinya, dia berhak mendapatkan perhatian darinya walau tidak mendapatkan cintanya. Tapi apa yang mereka lakukan, sebenarnya akan menjadi bumerang untuk mereka berdua. Kalau begini, mereka seperti sedang selingkuh. Dan yang di salahkah jika Difa tau adalah Almeera, semakin di hina seprti pelakor. Padahal Arkaan juga suami Difa, Arkaan belum memikirkan ke depannya. Yang pentimg sekarang dia sudah berusaha adil, kedapannya biar jadi urusannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD