ALMEERA 02

3644 Words
Arkaan Pov   Dua hari yang lalu Hari ini gue nggak sabar banget mau ketemu pacar gue, gue udah lama nggak ketemu dia soalnya dia baru aja pulang dari luar negri. Tiba-tiba aku merasa ada yang menutup mataku dengan tangan, aku mencium wangi tangannya. Aku sangat mengenali wangi tangan itu, dia tau tangan itu adalah tangan milik Difa pacarnya. Adifa Ashalina Fauza itu adalah nama lengkap Difa pacarku, seorang model terkenal. Difa sangat cantik, aku merasa sangat beruntung bisa mendapatkan cintanyaa dan bisa menjadi pacaranyaa. Aku adalah Arkaan Nuriel Erizally, anak tunggal keluarga Erizally. Aku berkerja sebagai direktur Erizally Corp, perusahaan yang sangat terkenal di Indonesia. "Sayang aku sangat merindukanmu," ujar Difa manja. "Aku lebih merindukanmu Sayang," balasku lembut. "Yang biar kita nggak terus-terusan berpisah, karena aku selalu keluar kota dan keluar negri. Aku nggak ingin kita kayak gini-gini ajaa," ujar Difa. "Maksud kamu apa Yang?" "Aku ingin kita menikah, agar kita nggak pisah karena perkerjaanku yang harus pergi keluar negri atau keluar kota," pinta Difa. Permintaan Difa membuatku kaget, bagaimana tidak. Tiba-tiba Difa ingin menikah, yang benar saja? Aku sama sekali belum siap, menjadi seorang suami tidaklah mudah. Umurku 25 tahun, apa memang sudah waktunya aku menikah? Lagi pula kedua orang tuaku, tak akan setuju jika aku menikah dengan Difa. Aku mana mungkin menikah tanpa restu orang tua? Bisa-bisa pernikahanku dan dan Difa tak akan bahagia aku tak mau ik Dari awal aku pacaran dengan Difa, mereka sudah tidak suka dengan Difa. Bahkan mereka tidak segan-segan, menyuruhku memutuskan Difa. Aku tidak mau putus, jelas aku tidak mau karena aku sangat mencintai Difa. "Kenapa tiba-tiba kamu kita mau menikah?" "Memang kenapa? Kamu tidak mau? Yasudah biar aku cari pria lain saja yang mau menikahiku," ujar Difa ketus. Apa dia bilang mencari pria lain untuk menikahinya? Sungguh aku tidak akan rela, jika Difa dinikahi pria lain. Tapi bagaimana jika aku yang menikahinya? Aku tidak ingin menikah tanpa restu orang tua bukan? Meminta restu untuk menikahi Difa, itu sama saja aku mencari mati. Mereka pasti marah besar padaku, dan mengusirku dari rumah. Hancurlah hidupku, jika harus hidup miskin. Orang tuaku nggak suka sama Difa, karena menurut mereka Difa pakaiannya terlalu terbuka. Menurutku sih wajar, Difakan seorang model jadi harus pakai pakaian itu. Flash back "Jadi bener itu tadu pacar kamu?" tanya Mama Arana setelah aku mengantar Difa pulang. "Iyalah Mah, kenapa cantik ya? Beruntung banget aku bisa jadiin Difa pacarku," pujiku pada diri sendiri. "Hah! Kamu bilang kayak gitu cantik? Cantik tapi pakaiannya kurang bahan buat apaa? Pakai baju kayak rasa t*******g, Mama minta kamu putusin dia," titah Mama Arana. "Mama apaan-apaan sih, aku nggak mau putusin Difa. Aku sayang banget sama Difa, lagian wajar kali pake baju kayak gitu kan Difa seorang model," belaku. "Dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah semoga Allah meridhoinya, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dua golongan manusia termasuk ahli neraka dan aku belum pernah melihatnya yaitu; kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pukulkan kepada orang-orang serta wanita yang memakai pakaian tapi t*******g yang berjalan lenggak-lenggok serta bergoyang-goyang, kepalanya seperti punuk seekor unta yang besar. Niscaya mereka tidak akan masuk surga serta tidak akan mencium bau harumnya. Sesungguhnya bau harum surga itu dapat tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.”* Adapun yang dimaksud sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam , “Berpakaian tapi t*******g,” yakni mereka memakai suatu pakaian yang tidak menutupi bagian tubuh yang telah diperintahkan; baik karena pendek, tipis atau ketat. Berkenaan dengan hal tersebut; Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam Musnadnya dengan sanad yang agak lemah dari Usamah bin Zaid seraya berkata, “Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberiku pakaian buatan daerah Qibthi –salah satu jenis pakaian- dan aku memakaikannya kepada isteriku, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perintahkanlah kepadanya supaya memakai kain tebal di bawahnya (sebagai lapisannya), karena aku khawatir lekuk tulang-tulangnya akan tampak.”(HR. Ahmad (21279) Selain itu, pakaian tersebut memperlihatkan bagian atas d**a, dan hal itu bertentangan dengan perintah Allah ta’ala dalam firmanNya, “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (An-Nur: 31) Al-Qurthubi berkomentar dalam tafsirnya, “Hendaklah seorang muslimah menutupkan kerudungnya ke dadanya supaya menutupinya.” Selanjutnya al-Qurthubi mengutip sebuah atsar dari Aisyah semooga Allah meridhoinya, bahwa Hafshah puteri saudara perempuannya Abdurrahman bin Abi Bakar semoga Allah meridhoinya datang kepadanya dalam keadaan memakai kerudung yang memperlihatkan lehernya, maka tidak ada tindakan yang dilakukan Aisyah selain merobeknya, seraya berkata, “Kerudung yang semestinya dipakai adalah kerudung yang tebal dan menutupi dada.” Jadi tidak diperbolehkan memakai pakaian yang ada belahan pada bagian bawahnya jika di bawahnya tidak dilapisi dengan pakaian lain yang menutupi kaki, tetapi jika di bawahnya dilapisi dengan pakaian lain yang menutupi kaki, maka hal itu tidak menjadi masalah, kecuali jika pakaian itu menyerupai pakaian kaum laki-laki, maka pakaian itu haram dipakai bagi wanita dengan alasan menyerupai kaum laki-laki. Berdasarkan uraian di atas, maka diwajibkan kepada wali anak perempuan untuk mencegahnya dari segala jenis pakaian yang diharamkan dan keluar rumah dalam keadaan terbuka serta memakai wewangian, karena kelak pada hari kiamat niscaya walinya akan dimintai pertanggungan jawab tentangnya, yaitu pada suatu hari di mana pada hari itu, “Seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa’at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.” (Al-Baqarah: 48). Tuh masih mau ngelak, putusin dia atau kamu mau Mama usir dari rumah. Mama itu maunya kamu punya pacar yang bisa dijadikan istri, calon istri sholeha. Kalo itu mah jelas nggak ada sholeh-sholehanya," ceramah Mama Arana. Aku paling kesel kalo di ceramahi, nggak guna juga ceramahnya. "Mah jangan ngejudge orang hanya dari penampilan, bisa aja Difa itu juga sholeha," belaku. Aku masih saja berusaha membela Difa, aku nggak mau Difa terlihat jelek. "Mama tau nggak boleh mengejudge orang hanya dari penampilan, tapi Mama ngomong kenyataan kok. Sejak kamu pacaran sama Difa, kamu jadi jauh dari Allah. Kamu jarang sholat, kalo dia cewek baik dan sholeha dia nggak bakal mau pacaran. Pacaran itu dosa, banyak maksiaatnya," ujar Mama Arana sebelum pergi meninggalkanku sendiri. Aku sudah 6 tahun pacaran dengan Difa, dulu kita satu kampus. Dia adalah bintamg di kampus, semua cowok jatuh cinta padanya. Sampai sekarang Mama masih belum merestui kami, aku selalu bilamg kami sudah putus. "Buukan gitu, siapa sih yang mau nolak punya istri secantik kamu? Aku pasti seneng banget kalo bisa memperistri kamu Sayang," jelasku. Aku berusaha menjelaskan, aku tak mau sampai Difa salah faham. Bisa abis aku kalo Difa sampe salah faham, Difa bisa mutusin aku. "Terus kenapa?" "Orang tuaku belum merestui hubungan kita berdua Yang," jujurku. "Kamu selama ini ngapain aja? Kamu nggak berusaha ngeyakinin mereka biar merestui hubungan kita?" "Aku udah selalu berusaha Yang, tapi Mama kekeh nggak mau ngerestui kita." "Bodo amat, direstuin apa nggak? Aku nggak mau tau! Secepatnya kita harus menikah titik, kalo nggak kita putus?" ancam Difa. Kayak gini nih yg bikin aku sebel sama Difa, dia terlalu egois dikit-dikit kerjaanya ngacem. Coba aku nggak cinta mati sama dia udah aku tinggalin kayanya dari dulu. "Iya, aku usahain." Difa minta antar pulang, aku dengan senang hati mengantarkannya pulang. Tak butuh waktu lama, aku sudah sampai rumah Difa. Rumahnya cukup banget, dan besar wajarlah dia model. Setelah mengantar Difa pulang, aku langsung mengendarai mobil buat pulang ke rumah. "Kamu dari mana Ar?" tanya Mama Arana melihatku masuk ke dalam rumah. "Rumah temen," jawabku jelas berbohong. "Oh yaudah, ayo masuk Mama sama Papa mau ngomong sesuatu," ajak Mama Arana. "Mau ngomongin apa sih Ma? Nggak bisa ditunda dulu apa? Arkaan capek Ma, mau tidur," ujarku. "Nggak bisa," tolak Mama Arana tegas. "Penting banget ya?" "Iya." Aku kemudian mengikuti Mama ke ruamg keluarga, di sana sudah ada Papa yang  duduk sambil membaca koran. Aku dudk di samping Mama, Papa duduk di depan kami berdua. "Papa sama Mama ngomong apaa?" tanyaku to the point, aku nggak mau berlama-lama karena aku lagi capek banget. "Papa sama Mama mau kamu menikah," ujar Papa Arman. Kok pas banget sih, aku lagi pengen nikahin Difa. "Iya, Arkaan juga mau menikah kok sama Difa," ujarku yakin. "Apa Difa? Jadi kamu sampai sekarang belum juga putus sama Difa? Kamu tega bohongin Mama demi cewek itu, Mama kecewa sama kamu Arkaan," ujar Mama Arama sambil menangis. Aku nggak tega melihat Mama nangis, durhaka banget ya aku sering boongin Mama. Aku ngaku, aku emang salah. "Sudah sekarang kita bukan mau bahas itu, Papa mau kamu nikah sama anak sahabat Papa Abdul. Dulu sewaktu masih kuliah, Papa, Mama, Abdul dan Istrinya Fatimah pernah berjanji. Kalo kelak kita punya anak yang beda jenis kelaminnya, mau kita jodohin. Dan anak kita memang benar kelaminnya berbeda, anak Abdul perempuan. Anak Papa laki-laki, yaitu kamu. Dan tadi Papa sama Mama ketemu mereka di rumah sakit, Abdul sedang sakit. Kami berdua juga sudah mengingatkan tentang janji itu, ternyata dia setuju. Anaknya bahkan membatalkan pertunangannya demi perjodohan ini, jadi kamu harus mau menikahi anak sahabat Papa itu," jelas Papa Arman. Apaan lagi, masa aku disuruh nikah sama cewek yang sama sekali nggak aku kenal. Jelas ogah lah, ngapai  banget mending nikah sama Difa. "Papa kok maksa Arkaan sih, Arkan nggak mau nikah sama perempuan selain Difa," tolakku. "Mau nggak mau, kamu harus mau. Papa sama Mama nggak mau tau, kamu harus mau menikahi Almeera," titah Papa Arman. Oh jadi namanya Almeera? Namanya sih bagus, tapi nggak tau orangnya gimana. Mana mungkin cewek cantik mau dijodohin. Nggak mungkinlah, kayak nggak laku banget. Eets tunggu sebentar, kata Papa dia batalin pertunangannya demi perjodohan ini, tuh cewek b**o apa gimana? Sampe mau dijodohin sama cowok yang dia kenal. "Nggak mau Pa, yang nikah aku. Jadi yang mutusin aku," ujarku sebelum meninggalkan Papa dan Mama di ruang keluarga.   ***   Difa Pov   Aku buru-buru lari menuju kantor PH, ya ada meeting dengan bos PH. Dan aku lupa jika ada janji, harusnyaa aku datang pukul sepuluh tapi aku baru datang pukul satu. Aku terlambat bangun, semalam aku pukul lima baru tidur. Karena abis pesta di klub, bersama teman-temanku. Bosku pasti akan marah, saat melihatku terlambat hampir tiga jam. "Ayo lari cepetan," suruh Lita managerku. "Gue capek tau Lit," keluhku. "Lagian loe sih Dif, udah di bangunin dari tadi nggak bangun-bangun dasar keboo loh," omel Lita. Selain manager, Lota juga saudara sepupuku. Rumah tempat tinggal kamo berdekatan, sampingan malah. Selain saudara sepupu, dia juga sahabatku. Aku menjadikannya manager, karena dia memang cocok menjadi manager. Lita menjadi menagerku, sudah hampir sepuluh tahun. Ya aku menjadi modal sejak usia lima belas tahun, aku sangat suka menjadi foto model. Ah kelupaan, aku adalah Adifa Ashalina Fauza, seorang model terkenal. Siapa yang tidak kenal aku, seorang model cantik. "Yee, gue kan baru tidur pukul lima. Jadi wajar gue masih ngantuk," balasku. "Nggak wajar lah, loe itu ada janji. Mana loe nggak bilang, ada janji sama Pak Bos. Coba loe bilang, gue udah bangunin loe dari tadi," omel Lita. Ya Lita memang sangat cerewet, aku harus selalu sabar mendengarkan ocehannya setiap hari. Ya memang salahku karena aku nggak bilang ada janji, tapi bisa kan nggak usah ngomelin aku terus dikira nggak pusing apaa. "Maaf deh." Aku sudah sampai di depan ruangan Pak Ando, bosku produserku. Aku dan Lita langsung masuk, ku liat Pak Ando seperti marah besar padaku. "Maaf Pak saya terlambat," ujarku menyesal. "Kamu terlambat tiga jam tahu, dan kamu nggak merasa bersalah. Kamu adalah model yang tidak bertanggung jawab, tidak disiplin. Kita ada janji pukul sepuluh, sekarang pukul satu. Dari mana saja kamu? Padahal saya mau melanjutkan kontrak kita, tapi saya batalkan. Karena saya liat, kamu tidak disiplin. Bagaimana saya punya model yang sepertimu? Tidak bisa disiplin, tidak bertanggung jawab. Saya memutuskan, untuk memecatmu. Saya tidak akan menggunakanmu lagi sebegai model saya," ujar Pak Ando panjang lebar. Apa aku dipecat, gimana dengan hidup aku selanjutnyaa. Aku nggak punya pekerjaan lain, aku adalah tulang punggung keluarga. Aku memang tulang punggu keluarga, ayahku sudah meninggal sejak kecil. Mamaku dulunya hanya seorang buruh tukang cuci, hingga aku jadi model terkenal aku melarang Mama berkerjaa. Aku bukanlah anak dari keluarga kaya, sejak dulu aku sekolah dengan beasiswa. Ayahku meninggal sejak aku umur sepuluh tahun, karena kecelakaan. Ayahku adalah seorang kuli bangunan, dia mengalami kecelakaan terjatuh dari lantai atas. Aku memiliki lima orang adik, adik pertamaku perempuan bernama Lola berusia 23 tahun. Lola baru saja lulus kuliah, sekarang dia juga menganggur. Adik kedua bernama Riko berusia 20 tahun dia masih kuliah, dia sangat bandel sering sekali bolos kuliah. Adik ketigaku bernama Nita, berusia 18 tahun. Dia baru lulus Sma, dan menganggur. Adik keempatku, Romi 16 tahun, dia masih Sma kelas dua. Dan yang terakhir Lila, 15 tahun. "Jangan pecat saya Pak, saya mohon. Saya berjanji tidak akan terlambat lagi," mohonku. Pak Ando sama sekali tidak menghiraukanku, dia malah memainkan ponselnyaa. Dasar Bos nyeselin, dikit-dikit pecat gila. "Sekarang kamu bisa keluar," usir Pak Ando. Kampret berani sekali dia mengusirku, aku sangat pusing. Bagaimana ini, aku sudah tidak punya uang sama sekalii.  Aku langsung mengajak Lita pulang, dia perjalanan pulang Lita masih saja mengomeliku. Aku dipecat, terus aku kerja dimana?   **** Prang! Prang! Prang! Suara dari barang yang aku banting, begitu nyaring hingga membuat Mamaku menggampiriku. "Apa yang mau lakukan nak? Kamu menghancur semuanya, apa kamu sudah gila?" tanya Mama kaget melihat rumah seperti kapal pecah. "Aku di pecat Ma, aku bangkrut. Aku nggak punya uang lagi, aku nggak mau hidup miskin lagi," ujarku sambil menangis. Aku sudah terbiasa hidup kaya, sejak menjadi seorang model aku hidup mewah. Beli apapun yang ku mau, tapi sekarang aku takkan bisa lagi. Aku udah di pecat. "Sudahlah nak, mungkin sudah bukan rezekimu lagi menjadi model. Carilah kerja yang lain, yang halal pastinyaa," nasehat Mama. Mamaku memang sangat baik, aku sangat menyayanginya. Dia wanita tangguh, yang  mampu menghidupi enam anak sendirian. "Tapi Ma? Sekarang cari kerja itu susah." Cari kerja zaman sekarang memang sangat susah, adek-adekku sekarang masih menganggur. Walau aku punya ijazah S1, tapi itu tidak cukup. "Gimana kalo kamu usaha ajaa Dif," saran Mama. Saran Mama bagus juga sih, cuman mau usaha apaa bingung. Dan ada juga kendala, modal dari mana. "Usaha apa Ma? Terus modal dari mana Ma? Difa udah nggak ada uang sama sekali, tabungan Difa udah abis buat hidup kita selama ini," ujarku. Ya aku memang sudah tidak memiliki uang sama sekali, tabunganku juga sudah ludes tanpa sisa. Ini aja sekarang lagi pusing, hari ini entah bisa makan apa nggak karena nggak punya uang buat beli makanan. Tiba-tiba Aku punya ide berlian. "Ma Difa punya ide," ujarku girang. "Apa tuh Dif?" tanya Mama penasaran. "Aku nikah sama Arkaan, Arkaan kan kaya dia pasti mau membiayai hidup kita," ideku. Ya Arkaan adalah pacarku sejak kuliah, kita udah lumayan lama pacaran. Dia adalah anak oramg kaya, sekarang pun dia jadi direktur di perusaan Papanya. Arkaan nggak pernah pelit masalah uang padaku, jadi dia pasti mau nikah sama aku. Dan membiayaiku sama keluargaku pastinya, apalagi dia cinta mati padaku. Tapi ada masalah lain juga, orang tua Arkaan belum juga merestu hubungan kita. Sampai sekarang Arkaan masih belum bisa meyakinkan mereka, bagaimana jika mereka tidak setuju? Itu juga yang ada di dalam pikiranku, mau dibawa kemana hubunganku dengan Arkaan? Jika tidak menikah, tidak mungkin sampai tua kita hanya berpacaran. "Ini masalah keluarga kita nak, Mama nggak mau melibatkan orang lain.Jika kamu nggak kerja biar Mama saja yang kerja untuk kalian, menjadi buruh cuci seperti dahulu," tolak Mama. Mama mau kerja jadi buruh cuci lagi? Mana aku setuju, Mama udah tua nggak bakal kuat lagi seperti dulu. Pokoknya aku mau nikah sama Arkaan, titik nggak pake koma. Aku langsung menghubungi Arkaan, untuk mengajaknya bertemu di taman.   *** Arkaan Pov   Gue langsung pergi ke rumah Difa, ya kali gue di paksa nikah. Ogah bangetlah gue, apalagi menikah dengan cewek yang sama sekali nggak gue kenal. Palingan juga tuh cewek jelek, makanya mau dijodohin. Gue sih ogah, gue maunya nikah sama Difa seorang. Sekarang gue dah sampai di rumah Difa, gue liat mobilnya sih ada berarti dia ada di rumah. Gue langsung ketok aja pintunyaa, dan benar dia ada di rumah. "Yang tumben kesini? Kangen yaa? Kita baru tadi ketemu, masa udah kangen aja sih?" tanyanya manja. Dia begitu manja, aku sangat cinta mati padanya. "Aku mau nikah sama kamu besok," putusku. Keputusan gue udah bulet, mau nikahin Difa besok. Biar Mama sama Papa nggak nyuruh gue, nikah sama cewek pilihannya. "Kamu serius yang? Nggak boong 'kan?" Difa jelas kaget, pasalnya tadi gue nolak ajakannya menikah. Tapi sekarang malah minta nikah, parahnya besok lagi. Di kira persiapan nikah, bisa dilakuin cuma sehari. Terserah dia lah mau mikir apa, yang penting besok kita nikah titik nggak pake koma. "Dua rius malah yang, aku mana pernah bohong sih sama kamu," ujarku. "Tapi emang kalo besok nggak terburu-buru? Apa alasan kamu minta kita nikah besok? Sedangkan nikah kan banyak yang di urusin, kita juga belum urus surat nikah ke KUA loh," cerca Difa. Masalah urus surat nikah, gue nggak  akan bisa mengurusnya. Bukan  nggak bisa, lebih tepatnya sangat sulit. Sebelum ke rumah Difa, gue udah ke KUA buat daftarin pernikahan gue sama Difa. Tapi ternyata Mama udah daftarin pernikahan gue sama Almeera, Mama memang niat banget sih mau nikahin gue sama tuh cewek. "Kita nikah sirih dulu," ujarku. "Kenapa nikah siri? Nggak nikah biasa aja." "Nggak bisa sayang, Mamaku udah daftarin pernikahanku dengan cewek lain besok. Dan aku nggak mau." "Aku nggak bisa mutusin nikah sendiri  kamu harus izin sama Mamaku Ar," ujarnya. Difa yang aku tau dia sangat menyayangi Mamanya, dia adalah anak yatim. Difa tinggal bersama Mama dan kelima adikya. Enak Difa punya adik, sedangkan aku anak tunggal. "Iya aku mau," ujarku yakin. Aku langsung meminta restu Tante Linda Mama Difa, dan dia sangat setuju mendengar aku mau menikahi anaknyaa. Setelah itu aku langaung kembali ke Apartement, mana mungkin aku pulang ke rumah. Pernikahan diadakan besok pagi, aku juga sudah menghubungi penghulu. Pernikahan kita cuma sederhana, karena Ayah Difa sudah meninggal wali nikah Difa di gantikan oleh Om Aldo adik dari ayah Difa.   ***   Arkaan Pov   Pernikahanku dan Difa berjalan lancar, walau hanya pernikahan sederhana.Tapi aku bahagia, karena bisa mendapatkan istri cantik seperti Difa. Kita berdua sekarang sedang menuju ke rumahku, aku mau menunjukan pada orang tuaku jika aku sudah menikah dengan Difa. Agar mereka tidak lagi memaksaku, untuk menikah dengan wanita pilihan mereka. Kita udah sampe rumah, aku langsung masuk mengajak Difa. Papa dan Mama sedang berada di ruang keluarga, aku dan Difa langsung menghampirinya. "Akhirnya kamu pulang juga Ar, berarti kamu sudah setuju kan menikah dengan Almeera," ujar Papa. Ternyata Papa masih saja belum berubah, keras kepala dan terus memaksakan kehendaknyaa. "Nggak Pa, Arkaan nggak akan mau nikahin gadis pilihan Papa dan Mama. Karena Arkaan sudah menikah," balasku. "Apa maksud kamu Ar?" Kali ini bukan Papa yang tanya, tapi Mama. "Ya Mama tadi pagi Arkaan sudah menikah dengan Difa, Arkaan sudah sah menjadi suami Difa. Jadi Papa dan Mama nggak bisa maksa Arkaan lagi," ujarku tegas. "Papa nggak mau tau, kamu tetap harus menikah dengan gadis pilihan Papa. Papa dan Sahabat Papa sudah berjanji akan menikahkan anak kita, dan sekarang waktunya. Papa dan Mama juga sudah memyiapkan semua, akad nikah akan di mulai sebentar lagi." "Arkaan tetap nggak mau, lagian yang janji kan Papa sama sahabat Papa bukan Arkaan. Terus kenapa Arkaan yang harus nepati janjinya, nggak adil dong." "Kamu mau nikah sama Almeera apa kamu, Papa coret dari daftar warisan. Kamu harus kembaliin semua fasilitas yang Papa kasih, mulai dari mobil, rumah, apartemen dan kamu Papa pecat dari kerjaan," ancam Papa. Ah paling cuma ngancam, Papa mana berani ngalakuin itu. Secara anaknya kan cuma gue, terus harta warisan kamu dikasoh ke siapa? "Papa bukan cuma ngancam, detik ini juga Papa bisa ngalakuin itu. Harta ini semua, akan Papa sumbangkan ke Panti Asuhan seluruh Indonesia." Mau nggak mau gue harus nurutin kemauan Papa kalo gini, tapi gimana dengan Difa? Gue udah nikah sama Difa, masa gue di suruh nikah lagi. Dan kalo pun, gue nikahin gadis pilihan Papa. Apa Difa mau gue madu? Difa mau pun, gue tetap bingung. Apakah gue bisa adil, gue takut gimana kalo samoe gue nggak adil. Kasian lah sama istri gue, terutama Difa. "Arkaan menikahlah dengan gadis pilihan Papa kamu," titah Difa. Apa gue nggak salah dengar? Difa nyuruh gue nikahin gadis pilihan Papa sama Mama, apa dia udah gila? Semua cewek nggak akan mau di madu, dan dia minta dimadu. Walau gue bakal nikah lagi, gue berjanji gue hanya mencintai Difa. Gue nggak mungkin menghianati Difa, gue cinta mati sama dia. "Kamu yakin? Apa kamu bersedia dimadu?" "Iya aku yakin Ar." Setelah mendengar keputusan dari Difa, Papa dan Mama nyeret gue. Mereka ninggalin Difa sendirian di rumah, gue nggak bisa berbuat apapun karena Papa terus-terusan ngancem gue.   *** Sah! Sekali lagi gue menjadi suami orang, gue menikahi dua orang gadis dalam sehari. Gue udah sah menjadi suami Almeera, tapi gue sama sekali belum liat wajahnya. Tidak lama kemudian, ada seorang wanita paruh baya mengandeng gadis cantik yang memakai gaun pengantin. Apa itu yang namanya Almeera, ternyata dia sangat cantik tapi bagiku masih cantikan Difa. Almeera cantik, tapi kenapa dia nggak nolak aja perjodohan ini? Apa karena dia nggak laku? Nggak mungkin Papa kemaren bilang, Almeera mutusin tunangannya demi perjodohan ini. Harusnya tolak ajaa, nggak usah mutusin tunangannya. "Nak Arkaan ini anak Bunda, Almeera namanya. Sekarang udah menjadi istri kamu," ujar wanita paruh baya yang ternyata Bundanya Almeera. Almeera mencium tanganku, aku pun reflek mencium keningnyaa. Pesta pernikahan selesai, kita harus pulang. Gue capek banget, ternyata Papa sama Ayahnya Almeera ngundang banyak banget tamu. Pesta pernikahannya juga sangat mewah, beda dengan pernikahan gue dan Difa. Gue langsung ajak Almeera pulang,karena gue udah cape. Gue juga mau ketemu Difa, gue udah kangen banget sama dia. Rasanya gue pengen buru-buru malam pertama sama Difa, pasti rasanya nikmat banget. Sekarang gue dan Almeera udah sampe rumah, Almeera ngetuk pintu. Yang keluar Difa, Difa langsung meluk gue. Difa langsung kenalin diri, dia istri pertama gue. Almeera langsung pergi dari rumah sambil nangis, dan gue nggak peduli.                      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD