Hari itu, Kafka bersikap sangat lembut meskipun kata-kata kasarnya terus berlanjut selama beberapa menit di awal. Dia perlahan memperlakukannya seperti wanita kesayangan yang dicintainya. Rasanya, Yana seperti pengganti dari Mala Nasram. Yana membatin dengan perasaan gelisah, “Apakah mereka bertengkar lagi? Apakah Kafka menggunakanku sebagai pengganti agar suasana hatinya lebih baik?” Meskipun tidak senang dengan perlakuan darinya, tak bisa dipungkiri jika hati Yana sedikit gembira. Dia sudah lama merindukan kebaikan dan kelembutannya. Rasanya perasaan itu sudah jauh sekali di belakang, membuatnya bernostalgia sendirian. Kafka merasa puas dengan hasil kerja kerasnya, berdiri dengan senyum lebar yang tampak mempesona, membuat Yana tertegun, kaget dengan pesonanya yang tiada habisnya.

