“Tuan Bimantara? Anda sudah pulang?!” Yang bersuara pertama kali adalah Bibi Jelita. Suasana di ruang tamu seketika menjadi tegang dan menakutkan. Tapi, mereka masih bersikap tidak ada yang terjadi. Kafka melirik ke arah Yana yang sedang duduk lemah di sofa panjang. Walaupun dia sudah memakai rambut palsu dan pakaian sederhananya membuatnya tampak lugu, kening pria itu bertaut kencang ketika melihat kotak obat di atas meja. “Kenapa dengannya?” Bibi Jelita buru-buru menjelaskan. “Nyonya sempat jatuh ke kolam renang dan lukanya terbuka, Tuan!” Wajah Kafka tidak enak dipandang, gelap seperti malam berbadai. “Jatuh ke kolam? Bagaimana bisa? Kenapa kalian tidak becus menjaga orang sakit seperti dia?” Suaranya yang sedingin es sudah membuat semua orang di ruangan itu menciut. Yana memba

