“CUKUP! KAFKA BIMANTARA! AKU BILANG CUKUP!” jerit Yana marah dan geram melihat pria bermantel hitam menghajar Sandy hingga terpojok ke dinding. Kafka tidak berhenti. Dia malah menghajar wajah pria itu seperti akan membunuhnya. “KAFKA BIMANTARA! AKU MEMBENCIMU! KAMU HANYA BISA MELAKUKAN KEKERASAN TANPA ADA OTAK SAMA SEKALI! KALAU BEGITU, PUKUL AKU JUGA! AKU YANG MEMBIARKAN MEREKA MASUK DAN MENERIMA SEMUA HADIAH ITU!” Akhirnya, kafka Bimantara berhenti. Napasnya terengah-engah dengan kemarahan menguasai wajah tampannya. Rahangnya mengeras dan sorot matanya menjadi lebih gelap. Cengkramannya pada kerah kemeja Sandy dilepaskan, membuatnya jatuh terduduk di lantai. Sebelum menjauh, dia menendang Sandy sekali dengan kemarahan yang meraung dari bibir seksinya. “Berengsek! Dasar tidak bergun

