29-Weekend Marathon

1581 Words
“Do. Balik, Do. Ada tuh cewek.” Tangan Auryn menarik tangan Redo lalu berjalan menjauh. Sedangkan Redo menyempatkan diri menoleh. Dia melihat cewek yang pernah mengintip saat dirinya berduaan dengan Auryn. “Huh!!” Setelah menjauh, Auryn menghela napas berat. Dia menoleh dan melihat Yunda sedang berjalan sambil celingukan. “Sialan! tuh cewek tahu kita, Do!” Redo sontak menoleh, benar apa yang dikatakan Auryn. Redo lalu menggenggam tangan Auryn dan mengajak berlari menjauh. Dari tempatnya, Yunda melihat dua orang yang sedang berlari itu. “Woi!!” teriaknya. Yunda lalu membidikkan ponselnya ke dua orang itu.   ***   “Hahaha!” Dua orang yang habis berlarian itu langsung tertawa terbahak. Beginilah ketika memiliki rahasia besar. Ketika hampir ketahuan, rasanya ada adrenalin tersendiri. “Kira-kira dia ngelihat kita nggak?” tanya Auryn sambil mengusap keningnya yang berkeringat. Redo menggeleng pelan. Dia yakin kalau cewek itu tak sempat melihat. Redo memasang sabuk pengaman lalu mulai melajukan mobilnya keluar dari parkiran mal. “Jadinya ke mana nih kita?” tanya Redo. Auryn menggeleng pelan. Namun jika diteruskan, rasanya dia enggan. “Mending pulang aja deh.” “Yah.” Seketika ekspresi Redo berubah. Padahal cowok itu membayangkan menghabiskan malam minggu dengan Auryn. Tapi karena kepergok Yunda, semuanya harus kacau. “Kalau nonton di rumah gue gimana?” tawar Redo. “Boleh.” Senyum Auryn seketika mengembang. Kenapa tak dari tadi saja menawari seperti itu. Rumah Redo lebih privat daripada bioskop. “Kalau gitu gue beli DVD dulu. Di ujung saja ada toko langganan gue,” kata Redo. Auryn hanya manggut-manggut, menurut saja. Selain itu napasnya juga belum normal karena aksi lari-larinya itu. “Sialan!” makinya kemudian. “Soal yang tadi?” Redo melirik Auryn. Gadis itu terlihat membuang napas panjang. “Lo lumayan kuat sih gue ajak lari.” “Bukan kuat, tapi terpaksa kuat!” jawab Auryn. Dia jarang olahraga. Hanya saat jam olahraga di sekolah saja baru dia melakukan kegiatan itu. “Gue turun bentar. Lo mau film apa?” tanya Redo sambil menghentikan mobilnya. “Romance komedi aja. Gue pengen santai.” “Oke.” Setelahnya, Auryn di dalam mobil sendirian. Cewek itu mengambil ponsel dan mendapat satu pesan dari Yohan. Yohan: lo di mana? Seketika Auryn mendengus. Dia yakin kalau Yunda sudah mengadu ke Yohan. Auryn lalu membalas pesan itu. Auryn: nemenin bang Andreas. Setelah membalas seperti itu Auryn langsung mematikan ponselnya. Dia tak mau diinterogasi oleh Yohan. Auryn merasa belum mencari alasan yang pas untuk pacar keduanya itu. “Yuk,” kata Redo setelah masuk ke dalam mobil. “Lihat lo beli film apa.” “Nanti deh lo liat sendiri.” Auryn mendengus, Redo sangat sok penasaran. Cewek itu lalu mengalihkan tatapannya ke arah lain. Week end kali ini cukup mendebarkan. Berlarian di mal agar tak ketahuan selingkuh dengan Yohan. Auryn terkikik sendiri, tak pernah membayangkan kehidupan remajanya akan seseru ini.   ***   Ruangan tiga kali empat itu tampak redup. Di depan layar memperlihatkan di mana kedua tokoh sedang bertengkar. Redo tampak tertarik dengan film itu. Sedangkan Auryn, sama sekali tak menikmati. Cewek itu tak begitu menyukai film dengan genre fantasy. Sedangkan Redo memilih genre itu. Entah judulnya apa Auryn sama sekali tak tahu. “Ck!” Auryn berdecak saat kopinya telah habis. Dia lalu menoleh ke Redo yang tampak asyik dengan tontonan di depan. “Do. Bosen ah!” rengeknya. Sontak Redo menoleh. Dia menekan pause dan memperhatikan Auryn saksama. “Lo nggak suka film ini?” “Enggak!” Setelah mengucapkan itu Auryn keluar ruangan. Mau tak mau Redo ikut keluar. Cowok itu mengejar langkah Auryn. “Lo mau ke mana?” “Balik.” “Jangan dong.” Auryn menoleh lalu melipat kedua tangannya di depan d**a. “Lah lo sibuk sendiri. Kan mending pulang.” Redo tersenyum tak enak. Dia merasa bersalah karena tadi tak membeli film genre permintaan Auryn. “Ya udah terus mau lo apa? bikin vlog?” “Males ah.” Auryn kembali melangkah. Dia memilih menaiki tangga. Arah pandangnya tertuju ke satu set sofa berwarna gold itu. Lalu dia duduk di sana. “Oh ya vlog waktu itu udah lo edit belum?” tanya Redo setelah duduk di samping Auryn. “Belum.” Respons Redo hanya manggut-manggut. Dia sudah menebak kalau Auryn tak mungkin meng-upload video itu. Jelas karena pasti akan ketahuan Redo. “Jangan ngambek. Gue udah suruh orang buat beli DVD baru. Genre romance komedi sesuai permintaan lo.” Sontak Auryn menoleh, menatap Redo mencari kebohongan dari mata itu. Namun Redo terlihat tak sedang bercanda. “Serius?” tanya Auryn. “Iyalah.” Auryn senang bukan main. Sikap Redo barusan memang tak seberapa, tapi Auryn tetap merasa senang. Seorang Redo yang congkak dan keras kepala itu mau mengalah demi Auryn. Boleh kan kalau Auryn besar kepala? “Gue sayang sama lo. Makanya apapun bakal gue lakuin supaya lo bahagia,” kata Redo sambil mengusap puncak kepala Auryn. Ada sesuatu yang menyentil hati Auryn. Yaitu sikap dan perasaan Redo. Entah sampai kapan hubungan mereka akan seperti ini. “Nggak usah mikir aneh-aneh. Ini week end. Kita harus seneng-seneng,” kata Redo.   ***   Gadis berambut sebahu itu duduk menghadap cowok yang sibuk bermain ponsel. Yunda tersenyum puas, menebak kalau Yohan sedang berusaha menghubungi Auryn. Sedangkan Auryn jelas sedang sibuk berkencan dengan Redo. “Gimana? Udah bisa dihubungi?” Yohan mengangkat wajahnya, lalu menggeleng pelan. Barusan dia menghubungi Auryn dan gadis itu bilang sedang keluar dengan Andreas. Namun setelah Yohan menghubungi lagi, tak ada balasan dari Auryn. Bahkan nomor ponsel gadis itu juga tak aktif. “Apa gue bilang. Dia itu selingkuh sama Redo!” kata Yunda cepat. Dia membuka galeri dan menunjukkan foto Auryn ke Yohan. Cowok dengan gelang hitam di tangan kiri itu mengambil ponsel Yunda. Mata hitam Yohan tertuju ke foto yang agak blur itu. Dari belakang memang seperti Auryn. Namun banyak kan yang memiliki style seperti Auryn? “Gue belum bisa percaya,” kata Yohan sambil mengembalikan ponsel ke Yunda. “Kurang apa lagi?” “Foto lo nggak kelas. Itupun lo ambil dari belakang.” “Tapi gue nggak bohong, Han.” Yohan berdiri lalu menggerakkan tangannya ke arah pintu, meminta gadis itu untuk segera pergi dari rumahnya. Pengusiran itu membuat Yunda langsung berdiri. Dia menghentak lalu berdiri di samping Yohan. “Kalau ternyata omongan gue bener kalau Auryn selingkuh sama Redo, apa yang bakal lo lakuin?” tanya Yunda. Arah pandang Yohan teralih. Dia tak tahu apa yang akan dia lakukan jika Auryn dan Redo memang selingkuh. Mungkin Yohan akan langsung memutuskan Auryn. Dan cowok itu akan merasakan sakit hati. Bagaimanapun juga, Auryn adalah gadis yang sangat dicintai Yohan. “Kenapa diem, Han? Lo mulai ragu kan sama Auryn?” Seketika Yohan menatap lawan bicaranya. “Urusan gue sama Auryn itu jadi urusan gue. Lo nggak usah ikut campur.” “Karena gue nggak mau lo terluka, Han.” Yohan menarik napas panjang. Dia menepuk pundak Yunda beberapa kali. “Makasih lo udah perhatian ke gue. Tapi urusan Auryn itu urusan gue.” Yunda memberenggut. Cewek itu lalu berjalan keluar dari rumah Yohan. Yunda merasa, Yohan tak mudah begitu saja percaya. Entah cowok itu memang begitu percaya ke Auryn atau sedang menutupi kebusukan gadis itu. Yunda tak tahu sebab pastinya. Selepas kepergian Yunda, Yohan kembali masuk ke kamarnya. Dia melihat Uca sedang duduk di depan meja belajar, masih sibuk dengan laptop. “Gue mau tanya soal Redo.” Uca menoleh, melihat pemilik kamar yang telah kembali. “Kenapa Redo?” Yohan duduk di ranjang, menatap punggung lebar Uca. “Pacar Redo siapa sih?” “Pacar?” Uca menoleh dengan raut tanya. Selama ini tak ada yang tahu Redo punya pacar atau enggak. Cowok itu juga tak terlihat dengan cewek lain. Uca lalu menggeleng pelan. “Gue nggak tahu,” jawabnya. “Dia bilang punya pacar emang?” “Ya nggak gitu sih. Cuma mikirin cewek katanya.” “Mungkin ada cewek yang dia incer.” Yohan manggut-manggut. Kenapa dia jadi buruk sangka seperti ini? sebelumnya dia tak pernah seperti ini. “Lo lihat, Han. Kalau desainnya kayak gini gimana?” Pertanyaan Uca membuat pikiran Yohan teralih. Cowok berkaos putih polos itu beranjak dan berdiri di samping kursi yang diduduki Uca. “Boleh,” jawab Yohan sambil melihat desain baju berwarna navy itu. “Lo yakin nggak dua minggu lagi selesai? Bakal dibuat tanding loh ini.” “Tenang, pak Indra yang bakal urus semuanya.” Yohan manggut-manggut lega kalau seperti itu. Sebulan lagi, semester ganjil akan berakhir. Setelah ujian akan ada pertandingan dari beberapa sekolah. Sekaligus perayaan ulangtahun Graha Buana. Jika seperti itu  anggota OSIS, tim basket dan ekskul lainnya akan sibuk mempersiapkan. Itu artinya Yohan tak akan bisa banyak meluangkan waktunya bersama Auryn. Drt!! Ponsel di saku Yohan bergetar. Dia merogoh benda itu dan melihat pesan dari Auryn. Auryn: Sorry hp gue lowbat. Malam mingguan ngapain? Yohan: di rumah sama Uca. Desain baju. Yohan: Senin berangkat bareng sama gue ya. Auryn: Oke. “Han.. Han..” Tepukan di lengan Yohan membuat cowok itu mengalihkan pandangannya. Dia melihat Uca menyodorkan ponsel. “Kayaknya bener kalau Redo punya pacar.” Yohan menunduk, melihat Instastory dari Redo. Cowok itu memfoto sebuah cuplikan film. Lalu yang menarik perhatian Yohan adalah dua tangan yang saling menggenggam. Tapi Yohan tak tahu siapa si pemilik tangan itu. “Mungkin emang pacarnya,” jawab Yohan sambil mengalihkan pandangannya. “Gue jadi penasaran siapa pacar Redo.” “Gue juga.” Yohan beranjak lalu menghempaskan tubuhnya di ranjang. Entah kenapa dia begitu penasaran dengan pacar Redo. Sebelumnya Yohan tak pernah sekepo ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD