Bab 3 Semua bermula.

1038 Words
Hendra sesaat hanya menatap kaki gadis didepannya itu lalu mengernyitkan kedua alisnya. Sedangka Laura tidak tahu arti dari tatapan lelaki tampan didepannya. "Emb...kamu percaya padaku?" tanya Hendra tiba-tiba pada gadis didepannya. "Eem." Ucap Laura sembari mengangguk beberapa kali. "Oke, baiklah kalau begitu." Ucap Hendra yang lalu berjongkok didepan Laura seketika. Namun gadis itu tidak tahu maksud lelaki didepannya, Laura tidak pernah mengira akan ada lelaki yang menawari punggung untuk dirinya. "Kok malah bengong sih? ayo cepat naik! keburu malam dan gelap nanti jalannya, malah kita nggak bisa balik lagi!" ucap Hendra pada gadis dibelakang punggungnya. "Tapi...tapi..." ucap Laura dengan malunya. "Nggak usah banyak tapi! ayo cepat naik!" ucap Hendra lagi yang lalu menarik kedua tangan Laura dan mengalungkannya pada lehernya. Laura pun hanya bisa patuh saat lelaki itu mencoba akan menggendongnya dipunggung. "Akh...susah, kenapa juga pakai rok sih di jalan yang nggak rata begini." Gerutu Hendra pada gadis itu. "Memang aku suka pakai rok, dan setiap hari juga pakai rok, tapi nggak pernah jatuh kok." Ucap ngeles Dira disana. "Duh...terserah deh, karena kamu tadi sudah bilang kalau percaya sama aku kan? jadi percaya sampai akhir!" ucap lelaki itu yang sedari tadi belum juga bisa menaikkan kedua kaki Laura agar mengerat dikedua sisi pinggangnya. "Apa boleh buat!" dengus Hendra disana, yang lalu dengan sengaja menarik kedua sisi rok yang Laura kenakan hingga terdengar suara. "Kraak..." rok itu sengaja Hendra sobek dikedua sisinya. Dan saat itu Laura hanya tersentak kaget ketika ia merasakan sentuhan kulit lembut disana yang mengangkat kedua kakinya agar mengalung kepinggang lelaki itu. "Jangan salahkan aku, kalau nggak begini, aku nggak bakalan bisa bawa kamu pulang." Ucap jujur Hendra disana. "Gila! gadis desa ini melus banget." Ucap Hendra dalam hatinya yang merasa desiran darahnya kiang deras mengalir dan degupan jantungnya yang susah dikendalikan saat itu. "Sentuhan antar kulit yang lembut dan hangat itu, tiba-tiba membuat Laura semakin menguatkan rangkulan tangannya ke leher Hendra. Hingga tanpa sadar, lelaki itu seakan tercekik disana. "Akh...kenapa makin kesini kamu malah makin menyekik leherku?!" ucap Hendra pada gadis itu, yang lalu mampu menyadarkan apa yang telah Laura perbuat saat itu. "Akh...maaf-maaf." Ucap gadis itu dengan polosnya. Sembari mencoba mengendurkan pelukan erat dileher lelaki yang menggendongnya. Sesaat Laura hanya menatap kearah Hendra, karena wajah keduanya memang sangat dekat saat itu, hanya hitungan inci saja disana. Dan Hendra pun menyadarinya. "Apa wajahku enak dipandang?" tanya Hendra yang mampu membuat Laura mengalihkan pandangannya seketika dan menatap kearah lain. "Astaga...apaan sih?!" ucap Laura dengan malunya karena ketahuan tengah mengamati setiap lekuk wajah tampan disana. Hati Laura berdegup kencang saat itu, karena ia baru pertama kalinya mengalami dekat dengan seorang lelaki yang begitu baik. Dihari pertama bertemu saja ia sudah mau menggendongnya. Dan bodohnya Laura saat itu yang tidak bisa mengendalikan perasaannya. Karena jelas Hendra bisa merasakan nyata detakan jantung Laura yang dadanya menempel pada punggung lelaki itu. "Kenapa jantungmu berdetak sangat cepat?" tanya Hendra pada gadis yang masih berada dalam gendongan punggungnya. Namun saat Laura akan menjawabnya, disana sudah ada dua orang pekerja ayahnya yang sengaja mencari dirinya. "Non Laura astaga...kenapa bisa sampai begini?" tanya salah seorang yang menghampiri keduanya dan disusul yang lain. "Akh...hanya kepleset aja tadi." Ucap Laura yang membuat Hendra segera menurunkan gadis itu dari punggungnya. "Sudah ya...aku serahin dia sama bapak-bapak...tolong ya..." ucap Hendra disana yang seolah mengibaratkan Laura itu sebuah barang. "Tenang mas, non Laura adalah putri juragan kita...jadi pasti kita antar sampai rumah dengan selamat." Ucap kedua orang tersebut bergantian. "Yaudah, saya pergi dulu pak." Ucap Hendra disana yang lalu segera meninggalkan Laura dan kedua orang suruhan papa gadis itu. Nampak sedikit kekecewaan diraut wajah Laura saat itu, dimana ia belum tahu nama lelaki yang menolongnya itu dan diman ia tinggal. "Akh...bapak-bapak ini kenapa harus datang sih?" dengus pelan Laura disana, yang hanya samar-samar kedua orang suruhan ayahnya itu dengarkan. "Non bilang apa?" tanya salah seorang disana. "Nggak apa-apa pak...yaudah ayo pulang." Ucap Laura disana. Dan keduanya segera memapah anak tuannya itu menuju kerumah. "Ayah sudah pulang pak?" tanya Laura pada kedua orang disana disela-sela jalannya. "Sudah non, tuan tadi ikut ke Kota, makanya sedikit telat pulangnya." Ucap orang tersebut yang menceritakan. Malam kian larut saat itu. Ketika Laura hanya bisa menatap langit-langit kamarnya dan belum bisa memejamkan kedua matanya untuk tidur. Sedangkan diranjang yang Hendra dan Rico tempati. Terlihat Rico masih sibuk video callan dengan kekasihnya, sedangkan Hendra hanya menatap kearah langit-langit sembari menyesali perkenalannya yang lumayan lama dengan gadis itu namun karena dirinya grogi hingga memutuskan untuk segera pergi dan lupa belum menanyakan nama gadis cantik yang digendongnya tadi. "Akh...sial! sudah ngobrol sana-sini tapi lupa tanya namanya." Ucap sesal dalam hati Hendra saat itu. "Bro! ada apa? tadi maaf ya aku tinggal kabur, lagi kebelet..." ucap Rico dengan bohongnya, namun lelaki itu khawatir jika sahabatnya itu tengah terhipnotis oleh setan tadi yang Rico lihat. "Nggak apa Ric, aku malah seneng kamu tinggal." Ucap Hendra yang saat itu membuat Rico mengangkat salah satu tangannya dan menggaruk-garuk kepalanya sendiri yang tidak gatal. "Kamu nggak kesambet setan kan Ndra?" tanya ulang Rico. "Aku malah ingin kesambet kalau setannya secantik dia." Ucap Hendra yang mampu membuat Rico merinding seketika. Lelaki itu lalu menarik selimutnya dan masuk kedalamnya. Rico sengaja menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut yang ia pakai. "Nianak asli kesambet! mana ada orang yang malah seneng ketemu setan, malah pengen kesambet pula." Gerutu Rico dalam hatinya saat itu. Hingga ia memaksakan kedua matanya agar terpejam. "Kenapa hawanya jadi horor begini sih?" ucap Rico dalam hatinya, lalu menyibakan selimutnya dan menatap kearah Hendra. Namun Rico begitu terkejut saat ia tidak dapati sahabatnya itu disana. "Astaga! kenapa juga aku kemarin mau aja diajak Niken baca cerita horor anak KKN sih, kan...horor beneran jadinya ini." Ucap Rico disana dengan takutnya. Dimana sebelum berangkat, kekasihnya sengaja mengajaknya untuk menonton film horor anak KKN di sebuah Desa terpencil. Niken adalah kekasih dari Rico. Keduanya sudah pacaran sejak masuk kuliah, namun saat KKN harus terpisah. "Puk." Tepukan tangan itu terasa berat di pundak Rico, membuat lelaki itu segera tersentak dan bahkan akan berteriak disana. Namun saat selimutnya itu ia buka, ia merasa lega kembali karrna ia dapati sahabatnya itu yang tengah menepuk pundaknya. "Ndra! otak aku udah melayang mikirin yang nggak-nggak tadi, kamu malah ngagetin begini. Untung nggak aku timpuk atau parahnya aku pukul!" ucap Rico dengan nerocosnya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD