Makan Malam

1119 Words
"Kenapa kita makan malam disini?" Anne mengernyit heran saat Rosa membawanya masuk ke sebuah kedai makanan khas Jepang. "Kau tahu ini tanggal tua jadi kita makan disini saja." Rosa menyeret Anne masuk dan membawanya pada salah satu ruangan. "Justru tanggal tua, kenapa makan disini?" ujar Anne dengan menepuk dahi lebarnya. Apa sahabatnya ini gila? Alasannya tak masuk akal. "Kau sudah memesan?" tanya Anne kemudian. Saat ia masuk sudah tersaji banyak makanan di atas meja sekaligus pemanggang danging. "Hehehe, sebenarnya … aku sudah ada janji dengan Al." Rosa hanya nyengir kuda dengan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Wanita bak Barbie itu segera duduk lesehan menghadap makan malamnya yang menggiurkan. "Apa? Kalau aku tahu kalian akan makan berdua aku tak akan ikut denganmu." Anne tampak kesal. Pasalnya jika ia ada diantara dua pasangan itu maka ia hanya akan jadi obat nyamuk. Dua pasangan itu akan bermesraan seakan dunia hanya milik mereka dan mengabaikan Anne yang notabennya hanya wanita single yang besar kemungkinan merasa iri. "Tidak, kau tenang saja, Al bersama temannya kali ini." Rosa mengedipkan sebelah mata jahil dan meminta Anne untuk segera duduk. "Ya Tuhan … kalau begitu akan makan dirumah saja." Anne memasang wajah kesal, ia segera berbalik berniat keluar dari ruangan itu. "Tunggu, Ann!" Rosa bangkit dari duduknya dan berusaha mencegah Anne. Anne menghiraukannya dan tetap melangkah. Sampai saat diambang pintu ia bertabrakan dengan seseorang yang akan masuk membuat hidung yang tak pesek juga tak mancung itu menabrak d**a bidang seseorang. "Kau?" Lagi, Anne bertabrakan dengan pria yang ia tabrak tadi siang di lorong toilet kantor. "Hm?" Pria itu hanya menatapnya dengan pandangan sulit diartikan. "Anne?" "Eh? Kak Valent?" Perhatian Anne teralihkan saat mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. "Kami tidak sengaja bertemu di luar, jadi aku mengajaknya. Tidak apa-apa kan, Ann?" Kali ini suara Al, kekasih Rosa yang terdengar. "Kalian sudah datang? Mari kita makan bersama. Anne temani aku." Rosa tersenyum manis dan segera menyeret Anne untuk duduk di sampingnya. Akhirnya tiga pria itu masuk ke dalam ruangan begitu juga Anne, meski dengan terpaksa. "Sudah lama tidak bertemu, Kak Valent. Bagaimana kabarmu dan Alexa?" Rosa membuka obrolan saat semua telah duduk dan menghadap piring mereka masing-masing. Dan tanpa Anne sadari, Rosa meliriknya diakhir kalimatnya saat menanyakan kabar Valent. Valent adalah kakak kelas Anne begitu juga Rosa. Dan dia adalah pria yang Anne sukai, pria yang menjadi cinta pertamanya hingga sampai sekarang. "Seperti yang kau lihat aku baik," jawab pria berambut coklat itu dengan tersenyum kecil. "Dan Alexa? Kami sudah tidak bersama," ujarnya dengan melirik Anne diakhir kalimatnya. "Apa?" Dua wanita yang ada disana sama-sama berteriak terkejut dan saling menatap satu sama lain. "Maaf," gumam Anne dengan menunduk kecil. Ia merasa malu karena terlalu berlebihan mendengar kabar kurang bahagia ini. "Tidak apa, bagaimana kabarmu Anne?" Valent bertanya pada Anne yang saat ini terlihat canggung. "Aku baik, Kak." Anne tak berani menatap mata hitam itu secara langsung. Menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya dan memilih mulai memakan makan malamnya. Sementara, sepasang mata sedari tadi memperhatikan sikap Anne dan seperti tidak senang melihatnya. "Oh ya Ann, aku lupa mengenalkanmu. Ini Sean, kudengar kalian juga bekerja di divisi yang sama?" Al melirik Sean yang kini memasang muka datar seakan tak peduli. "Ah ... sepertinya begitu, tadi pagi kami bertemu saat rapat," jawab Anne dengan canggung. "Tapi kalian tidak saling kenal Ann, ingat kau terlambat saat ia memperkenalkan diri." Rosa menyiku lengan Anne dengan sedikit tersenyum menggoda. Anne melotot pada Rosa, dan dengan terpaksa mengulurkan tangan pada Sean. Ia tahu maksud sahabatnya itu. "Namaku Anne Haruna. Salam kenal." Dan ia juga ingin menghindari pembicaraan dengan Valent. Namun Sean tak menerima uluran tangannya membuat Anne mengernyit bingung dan segera menarik tangannya yang masih di udara. "Apa karena ia menabraknya tadi siang?" batin Anne. "Maafkan Sean, Ann. Sepertinya ia takut tersengat listrik," kata Al kemudian tertawa keras. "Darimana kalian saling mengenal? Rosa bilang …." ucapan Anne menggantung kala Sai menjawab apa yang ingin ia katakan. "Kami pernah bertemu saat aku berkunjung ke sebuah acara di Singapore. Dan yah … kau lihat sekarang, kami menjadi teman." Al mengedikkan bahu kemudian meninju kecil bahu Sean. "Tadi kau ingin pergi kemana Ann?" Al bertanya sembari membalik daging panggang yang sudah hampir matang. "A … itu … aku ingin ke toilet," kilah Anne yang sebenarnya ingin pergi dari sana. Tanpa aba-aba Sean mengambil daging yang dipanggang Al yang siap untuk ia santap. "Hei, Sean!" teriak Al marah. Ia sudah sangat lapar dan Sean dengan seenak rambutnya mencomot daging panggangnya. Sementara Sean si tersangka hanya memberinya tatapan tajam. Sepertinya Sean sengaja sebagai bentuk balas dendam atas ucapan Al sebelumnya. Al tak berani mengatakan lebih banyak lagi dan dengan pasrah memanggang daging untuknya kembali. Rosa yang melihatnya hanya terkikik, sementara Anne dan Valent seperti menghindar dari tatapan satu sama lain. Makan malam itu diisi dengan obrolan kelima orang itu, meski Sean dan Anne lebih banyak diam. Al sudah mewanti-wanti agar tak ada yang membahas masalah pekerjaan sebelum makan malam. Otaknya sudah seharian penuh memikirkan pekerjaan, dan saat berkumpul seperti ini, ia ingin lepas dari beban dan tanggung jawabnya dalam bekerja. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan akhirnya saatnya untuk pulang. "Sean bisa kau antar Anne," pinta Al saat mereka telah berada di depan mobil masing-masing. "Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," ujar Anne dengan menggerutu dalam hati. "Tahu begini aku membawa popon saja tadi," batin Anne. "Atau kau pulang bersamaku Ann?" tawar Valent memberi tumpangan. "Ti -- tidak perlu, Kak. Aku akan memesan taksi," jawab Anne dengan berusaha mengukir senyumnya. "Jangan keras kepala Anne, aku kesini bersama Sean dan sekarang aku akan pulang ke apartemen Rosa. Kau bisa pulang bersama Sean atau Valent, apa kau lupa sekarang kejahatan ada dimana-mana? Terlebih untuk wanita single sepertimu." Al sengaja menakut-nakuti Anne dengan memasang wajahnya yang menyeramkan. "Al! " terak Anne kesal dan pria itu hanya tertawa lebar. "Maafkan aku Anne, kami tak bisa mengantarmu." Rosa tersenyum nakal dan mencolek dagu Anne. Ia ingin segera pulang beristirahat bersama Al, calon suaminya. Dan lagipula, ia sangat percaya pada Valent atau Sean yang akan mengantar Anne sampai rumah dengan selamat. "Kau teman yang jahat." Anne memasang muka masam. Sahabatnya benar:benar keterlaluan. Dia yang mengajaknya, dan menelantarkannya saat waktu pulang. "Pulang bersamaku saja, Ann. Aku akan mengantarmu," tawar Valent sekali lagi, berbeda dengan Sean yang tak berniat menawarinya tumpangan. Anne tampak berpikir sejenak. "Maaf Kak, aku akan pulang bersama Sean saja. Terimakasih," tolak Anne dengan halus. Tidak ada pilihan lain. Ia masih merasa canggung dan pasti semakin canggung jika mereka duduk berdua dalam mobil. Dan Anne tidak tahu apa yang harus mereka bicarakan. "A ... baiklah." Valent tersenyum kecut saat Anne lebih memilih orang yang baru ia kenal. Dan ia merasa Anne sedikit menghindar, padahal mereka sudah lama tidak bertemu setelah ia menikah dengan Alexa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD