Kasus Anak Hilang

1807 Words
Menjelajahi dunia maya dengan diam, mengamati, menyimak jadi topik kami berdua membahas setiap apa-apa yang kami baca dan rasa. Malam itu di ruangan yang berukuran 4x4 itu sengaja aku tak menyalakan lampu yang terang, biasa jika sudah di atas jam 11 malam aku menggunakan lampu tidur, biasanya sih tampa penerangan sama sekali. "Rasanya lelah ... " gumamku "Bukannya hidup seperti itu" sahut si M yang tiba-tiba nongol dan duduk manis di kursi yang bisa berputar yang biasa aku duduki, sesekali dia memainkannya berputar pelan. "Kamu sendiri apa gak lelah?" tanyaku. "Jika aku lelah aku tidak ada di sini sekarang." sahutnya. "Aku jadi teringat saat itu, saat dimana aku sekarat dan sedang berjuang untuk diberi kesempatan hidup. Tapi kenapa sekarang aku merasa lelah dan ingin mati saja, padahal waktu itu aku memohon-mohon bersimpuh dan berlinang air mata untuk hidup. Astaga kenapa aku jadi manusia yang gak bersyukur seperti ini." "Kenapa?! Sudah bosan hidup, aku saja ingin hidup, kok kamu malah ingin mati. Dasar manusia, aneh!" sahutnya lagi. "Entahlah Mm ... aku merasa saja, untuk apa kita ada jika nantinya akan tiada." "Jangan suka mempertanyakan apa yang sudah Tuhan berikan, bersyukur saja" "Memangnya kamu bersyukur dengan keadaan kamu yang sekarang, sampai kapan coba!? Apa keluhan itu ada karena tidak bersyukur, aku bersyukur kok! Hanya saja aku merasa lelah, hingga kalimat itu muncul. Sah ajakan kalau aku mengeluh!? Manusiawi itu namanya." Curhat tempat terbaik memang hanya kepada Tuhan, dan 100 persen itu benar tapi Tuhan tidak dengan sengaja kan menciptakan manusia lainnya untuk manusia satu dengan satunya saling berbagi, ya salah satunya berbagi curhat an seperti ini, hanya saja aku belum menemukan orang yang tepat untuk aku berbagi sehingga merasa bahwa si M adalah tempat yang pas untuk aku menceritakan keluh kesah ku. "Apaa!!?" teriakku mengarah ke si M yang diam menatapku. "Jangan kamu pikir saat aku bilang lelah dan ingin mati terus jiwa kehantuan mu muncul buat ngajak aku bunuh diri lagi. Jangan pernah berpikir aku akan melakukannya, ingat itu! Aku hanya sedang berkeluh kesah, hanya sebatas itu." "Bagaimana dengan Mas Bimo?" bisik nya mengalihkan. "Dia baik-baik saja, meski aku sengaja mengabaikannya dan itu semua karena kamu, jika saja kamu tidak ikut campur mungkin hubungan kami baik-baik saja." Mas Bimo adalah salah satu teman di dunia Maya ku yang beberapa kali jadi teman ngobrol membahas masalah gaib dengan ku. Dekat dan akrab membuatnya merasakan perasaan lebih padaku. Dan si M menyukai itu. Dia beberapa kali merasuki ku berpura-pura menjadi aku dan lagi-lagi aku harus memperbaiki semuanya seperti semula seperti yang seharusnya. Aku menerima semua resikonya, sama seperti ketika dia menyukai Joe dan merasuki aku. Sulit sekali marah dengan si M, sama sulitnya ketika marah dengan orang-orang yang terdekat yang tanpa sengaja menyakiti. Aku berusaha tetap baik dan berusaha menuju ke hal yang tidak melanggar apa pun yang di anggap salah. Sebaik apa pun aku berusaha baik tetap saja ada kesalahan yang menurut mereka aku salah dan aku tidak pernah membalas, menyangkal ataupun membalasnya. Karena sepenuhnya itu bukan salah mereka. Diam adalah senjataku untuk memaafkan dan berpikir. Dan aku menemukan sebuah tulisan yang menurut aku itu adalah tulisan yang menarik. °°° Satu yang paling ditakuti iblis yaitu mengampuni atau memaafkan. Iblis tidak akan suka kalau kita mau memaafkan kesalahan orang lain. Iblis paling takut akan hal itu, karena dengan mengampuni orang lain adalah celah terbesar untuk dia bisa merusak hati dan pikiran yang tertutup. Seberat apa pun luka mendera maafkanlah, ampunilah. Karena TUHAN memberi teladan dan itu adalah Perintah-Nya. Kasihi lah musuh mu dan berdoalah untuk mereka °°° Kalimat yang super, tapi tidak mudah karena menjadi jahat itu sama mudah nya untuk menjadi baik. Yang sulit adalah ketidakbiasaan melakukannya. Jadi baik ataupun jahat memang pilihan, ada pintu maaf ada pintu tobat dan semua bisa keluar masuk sesukanya tapi yang memiliki pintu pasti tahu apakah semua itu sengaja atau memang sekedar khilaf hingga bisa melalui pintu itu sesuka hati lalu termaafkan. Panjang lebar curhat dengan si M memang tidak menghasilkan apa pun selain rasa plong. Tak ada solusi tapi kata bersyukur yang dibisikannya cukup membuat aku dengan cepat mengubah rasaku dan memohon ampun karena sudah mengeluh. Di sela obrolanku dengan si M ada notif dari salah satu aplikasi sosmed ku, ternyata seorang teman mengirimi ku satu foto yang setelah ku klik ternyata foto seorang anak kecil, dilihat dari fotonya cukup gak asing kalau gak salah itu foto anak yang berapa tahun lalu yang dulu sempat pernah di kabarkan hilang. Aku lupa dan gak begitu mengamati kasus itu. Tapi kenapa Mbak Dira menanyakan hal itu padaku. Segera aku balas inbox darinya, yang menanyakan apakah aku bisa mengetahui di mana keberadaan anak itu dari fotonya. Langsung saja aku fokus dan melihat foto anak itu. "Aku tidak tahu pastinya anak ini dimana Mbak tapi yang jelas dia bersama dengan seorang perempuan, bersama dalam arti keberadaan dia itu di ketahui perempuan itu atau si anak sangat merindukan perempuan itu." "Hidup apa mati Mbak?" Aku tak menjawabnya, aku malah balik bertanya .... "Anak siapa Mbak, anak hilang tah?" Aku memang pernah melihat sekilas berita tentang anak ini tapi aku tidak begitu menyimak apalagi mengikuti bagaimana kisahnya. "Iya Mbak, hilang tahun 2018, aku bantu dari awal kasus hingga sekarang kasus nya belum terpecahkan. Kasihan anak itu bagaimana nasibnya, gak tega aku Mbak?! Beberapa orang pintar mengatakan kalau anak ini sudah meninggal. "Aku gak bisa bilang anak itu hidup atau meninggal, selama gak ada jasad atau mayat berarti masih hidup, hanya saja yang terlihat dari pandanganku berkabut dan ada seorang perempuan yang dekat dengannya. Ciri-ciri perempuan itu, gak muda juga gak tua, kulitnya putih dagunya lancip, terus rambutnya dia ikat, Hm ...kayak bentuk konde gitu." ucapku menjelaskan seperti apa yang indra ku tangkap dari melihat foto anak itu yang usianya sekitar kurang lebih 5 Tahunan. "Menurut Mbak perempuan itu manusia apa bukan?" "Manusia, Mbak. Soalnya aku jarang liat sosok manusia di wajah seseorang biasanya yang sering aku lihat itu berwujud siluman atau gak seperti Kunti dan sejenisnya." "Menurut Mbak, anak itu apa bisa diajak ngobrol nggak? Sebelumnya ada Ustad, beliau tidak pernah melihat foto anak itu tapi tahu seluk beluk rumah dan di mana anak itu di kubur." "Arti berkabut yang aku maksud bisa jadi hilang, jauh, bisa juga masih hidup tapi hilang di 2018 siapa pun pasti beranggapan bahwa anak itu meninggal." "Iya Mbak sebagian juga orang bilang begitu 'Berkabut'." Mbak Dira menjelaskan jika sebagian orang yang mencoba melihat bahwa anak itu juga di penuhi kabut sama seperti yang aku lihat dan bersama dengan seorang perempuan. Sekalipun anak itu tiada aku tidak akan pernah mengatakan dia meninggal selama jasadnya belum di temukan. Mbak Dira juga bilang kalau polisi tidak melakukan pemeriksaan hanya bermodalkan keterangan para normal kecuali mereka mau menunjukkan lokasi anak itu. "Anak itu dekat dengan perempuan itu, tapi aku gak tahu siapa dia kecuali ciri-ciri yang ku sebutkan tadi. Karena sosok yang kulihat itu tepat di jidat anak yang artinya itu kemungkinan dekat dan mereka saling kenal." "Ibu anak itu dagunya lancip Mbak! Umurnya sekitar 40an." Ketika Mbak Dira mengatakan itu, aku jadi kepo seperti apa ya look nya perempuan itu apa sama seperti yang ku lihat. "Aku gak tahu wujud ibunya seperti apa, memang Mbak punya fotonya?" tanyaku. Mbak Dira mengirimiku foto berikutnya, foto si ibu anak itu. Sumpah aku terkejut bercampur merinding. Foto itu mirip sekali dengan yang ku lihat. Seperti biasa setiap kali melihat sosok di wajah seseorang yang aku lihat, aku lingkari dan aku save di akun I G ku. "Astagfirullah! Serius Mbak itu foto ibunya, kenapa bisa mirip begitu ya, sebentar ya aku kirim fotonya yang aku lingkari semoga saja Mbak bisa lihat!" Setelah aku mengirim balik foto anak itu yang sudah aku lingkari awalnya Mbak Dira bilang dia gak melihat karena tidak fokus tapi setelah ku minta fokus dan lihat sekali lagi barulah dia bilang ternyata memang mirip, Mbak Dira malah sampai menangis. Dia berpikir kalau orang tua anak itu telah menjadikan anak mereka tumbal. Bahkan Ustad yang melihat dengan batin juga bilang kalau dia melihat orang tua anak itu memasukkan anaknya ke dalam plastik hitam. Hal gaib itu susah di buktikan kalaupun bisa itu menguras banyak waktu dan tenaga juga nyawa. "Dari yang ku lihat itu ada dua kemungkinan yang pertama ibunya tahu keberadaan anaknya dan yang kedua anak itu sangat merindukan nya" " Iya Mbak aku juga yakin mereka terutama ibunya itu mengetahui dan rindu, jelas anak itu merindukan mereka. Aku berusaha agar suami istri itu di interogasi terpisah, aku bahkan mengajukan agar nanti setelah pandemi ini berakhir menggunakan mesin pendeteksi kebohongan." "Jujur Mbak tadi sempat juga terlintas kata tumbal, tapi aku lebih fokus ke wajah anak itu hingga muncul wajah perempuan itu." Menurut keterangan Mbak Dira lagi. Pertama kali orang pintar bilang jika anak itu sudah meninggal dan di atas kuburannya di kelilingi kabut hitam, dia tidak berani menelusuri lebih dalam karena takut berisiko nyawa. Hal ini juga sudah aku sampaikan sebelumnya ke Mbak Dira bahwa untuk menembus kabut itu perlu ilmu, tenaga dan resiko. Dan tidak hanya kami yang mengatakan itu tapi sebagian yang melihat pun menyatakan demikian. Sedari tadi si M hanya menyimak sesekali membisikan beberapa hal padaku. Mbak Dira ternyata terjun langsung ke TKP bahkan dia sampai menurunkan anjing pelacak karena sempat mencium bau bangkai tikus di rumah anak itu. "Berarti Mbak ketemu langsung dong dengan ibunya?" "Iya Mbak, saya ketemu langsung dengan keluarga anak itu." "Maaf dari tadi Mbak nanyain aku dan tahu banyak masalah kasus ini, apa Mbak seorang polisi atau ..?" tanyaku karena baru tersadar . "Bukan Mbak sayang, kebetulan suami aku pengacara kasus ini dan aku juga kebetulan bagian pemerhati anak dan perempuan jadi aku yang tangani kasusnya. Kasihan anak itu, entah apa yang terjadi dengan dia, semoga saja kasusnya segera selesai dan ditutup, jujur meski aku tidak ada hubungannya dengan anak itu, aku terus kepikiran Mbak" Mbak Dira ingin aku membantunya lebih jauh, tapi aku tidak bisa, aku hanya bisa sebatas melihat tidak untuk menelusuri dan aku sudah menjelaskan alasannya kenapa aku tidak bisa. "Aamiin, Iya Mbak, semoga cepat terselesaikan ya, maafin aku ya Mbak gak bisa bantu terlalu jauh." "Iya gak apa, Mbak bisa ngerti kok, meski Mbak berharap kamu hanya memegang bonekanya saja." Mbak Dira sudah menangani kasus ini cukup lama, tapi kasusnya masih belum selesai, polisi tidak menemukan indikasi jika anak ini di bunuh atau di culik, sama hal nya dengan para Indigo yang sudah menerawang keberadaan anak ini, kabut membuat mereka kesulitan juga takut untuk menelusuri keadaan anak itu sekarang. Masyarakat sekitar sempat menuding jika kedua orang tuanya mengetahui itu hal itu, aku pun berpikir demikian dari hasil foto yang aku lihat. Namun untuk membuktikan hal itu sangat tidak mudah. Semoga saja kasusnya cepat terkuak. Ketika aku asyik chit chat dengan Mbak Dira si M yang tadi bersamaku pergi entah kemana. apa segitu membosankan nya obrolan manusia, hingga dia pergi tanpa pamit, dasar si M kebiasaan banget. Awas aja nanti!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD