Berita Duka

1400 Words
Kisah Andita aku skip dulu, di next bab akan aku lanjutkan, hanya sampai sini karena aku belum tahu kelanjutannya seperti apa. Si M hanya memberiku garis besarnya saja lalu aku tuang ke dalam sebuah tulisan yang kemudian aku permak sedikit dengan rangkaian kata-kata yang menurut ku masih kaku. Aku belum pandai merangkai kata menjadi kalimat yang bagus sebagus para penulis lainnya. Sekali saja ada kata-kata yang jadi kalimat bagus menurutku si M sudah bertanya yang macam-macam, padahal itu kan memang harusnya begitu, biar pembaca gak bosan dan gak ikutan kaku saat membaca tulisanku. Belum lagi jika ada kata-kata yang menurut dia aneh, terkadang aku lelah di bagian ini, bagian yang harus menjelaskan hal-hal yang seharusnya dia tahu dan gak perlu dijelaskan lagi dan mestinya kebiasaan ini sudah harus si M buang, cukup merepotkan menurut ku. Saat asyik menulis kisah ini aku klik pintas–an di layar ponselku dan menuju ke aplikasi W A dan aku tak sengaja melihat status W A teman, yang tertulis bahwa pemilik W A tersebut telah meninggal dunia. Aku kaget bahkan saat mengetahui itu tanganku sampai gemetaran padahal belum tahu kebenarannya, aku baca sekali lagi tulisan itu, aku kirim pesan menanyakan maksud dari status tersebut apa? Pesan terkirim namun belum di respon. Menunggu dengan berbagai macam perkiraan, apa iya? Gak mungkin dan masih banyak lagi, sedikit bingung apa yang aku rasakan spontan dan langsung teringat pada bayangan hitam. Teman aku itu memang sedang sakit, dia adalah salah satu teman dan orang yang aktif Konsul masalah gaib dengan ku, bukan hanya itu masalah kerjaan dan seputar kehidupan pribadi nya pun tak luput dia ceritakan. Tak banyak orang berselisih paham dengannya karena sifat yang berapi-api dan dia mengetahui itu, tapi banyak yang orang gak tahu kalau dia sebenarnya juga baik, mudah diarahkan dan mau mendengar saran dan nasehat yang orang lain berikan kepadanya. Dengan keadaan dan perasaan yang mendadak sedih, dengan kedua tangan yang masih gemetar aku coba menghubungi beberapa teman untuk mencari tahu kebenaran sekaligus menceritakan soal ini, waktu itu tiga orang yang aku hubungi dan mbah Singo adalah orang yang pertama merespon, aku ceritakan dan segera aku mintai tolong agar dia bisa membantuku mencari tahu kebenarannya, apakah benar teman kami itu meninggal dunia. Kebetulan dia teman Mbah Singo juga. Karena pesan singkat yang ku kirim ke W A yang bersangkutan belum dapat balasan. Dengan sigap mbah langsung menelepon No W A tersebut dan benar, saat itu salah satu kerabat almarhum mengangkat telepon dan membenarkan bahwa teman kami telah meninggal dunia tadi malam karena komplikasi. Kerabat mewakili Almarhum memohon maaf untuk segala urusan di dunia. Sepanjang itu aku hanya menangis dan tetap gemetaran, ada rasa sedih, rasa penyesalan karena berapa hari setelah hari ini aku sempat melihat foto terakhir yang kerabatnya share di F B. Saat melihat foto itu aku melihat bayangan hitam, tapi aku berusaha menolak untuk melihatnya meski bisikkan kecil menyarankan aku untuk bicara lebih dekat dan mengingatkannya untuk terus berzikir dan lebih dekat lagi sama Tuhan, sempat aku abaikan bisikkan itu. "Dia pasti sembuh!" pikirku sekejap. Aku hanya meninggalkan pesan singkat di kolom komentar di foto itu. "Zikir Hati Mas" tulis ku, lalu keluar dari kolom komentar F B nya. ZIKIR HATI, selain aku gunakan untuk diri sendiri, aku juga mengingatkan ke beberapa teman untuk terus melakukan zikir hati, zikir yang terus kita ucap disaat kita sadar. Ini adalah zikir untuk melatih jiwa kita agar terbiasa, karena apa yang sering diucapkan oleh mulut saat diri dalam keadaan sekarat, setengah sadar setengah nggak hal itu bisa membuat semuanya terlupakan, bahkan hafalan yang ada di kepala semua tiba-tiba lenyap begitu saja, bahkan saat mendengar orang lain menuntun agar bisa ikut mengucapkan tetap tidak bisa mengingat ataupun mengucap. Zikir hati akan menuntun hati ke tempat yang terang ketempat di mana kita bisa perlahan mengingat kebesaran Tuhan. Ini sesuai pengalaman ku waktu aku sekarat dulu betapa sulitnya menyatukan jiwa dengan raga ketika sekaratul maut menjemput. Biasa jika melihat hal aneh seperti bayangan hitam dan lainnya aku selalu membaginya di semua akun sosmed ku, baik dalam bentuk tulisan atau pun gambar, tapi hari itu tidak aku lakukan karena aku tahu almarhum mengetahui dan pernah membaca soal bayangan hitam yang pernah aku tulis dan dia adalah salah satu orang yang aktif membaca setiap tulisan yang aku tulis termaksud tulisan aku tentang si M. Itu salah satu alasan kenapa aku mengabaikan bayangan hitam dan entah kenapa hari itu aku merasa yakin bayangan itu pasti hilang seperti saat aku melihat bayangan hitam di suamiku yang waktu itu juga sakit, bayangan itu hilang kenapa di dia nggak. Entahlah semua rencana sang pencipta. Sebulan lalu tepatnya tanggal sebelas dia bertanya soal kisah si M yang dia baca tentang 'Kembalinya Anna'. "Mbak, kenapa gak tanya Anna aja di mana peta, siapa tahu Anna mengetahuinya," sarannya. Saat itu aku mengira yang dia maksud adalah kepala Anna, ternyata peta, hingga aku jawab. "Kalau Anna tahu, dia gak mungkin kembali, dia pasti langsung menuju ke kepalanya tanpa menemui aku dan si M untuk meminta bantuan." ucap ku menerangkan waktu itu. Ternyata dia menanyakan soal peta yang pernah aku ceritakan padanya bahwa Anna menyembunyikan sesuatu yang membuat dia harus kehilangan kepalanya, kehilangan nyawanya. Aku memang tidak pernah menceritakan soal itu, soal peta harta Karun pada siapapun. Kami asyik ngobrol padahal dia masih dalam keadaan sakit. "Jaga kesehatan Mas, jaga makanan." saran ku. "Gih Mbak!" tulis nya, ini adalah salah satu kata yang sering dia ucap ke aku saat aku memberinya saran dan lain-lain. Itu adalah obrolan aku terakhir dengannya. Orang-orang yang memiliki khodam baik itu dari leluhur ataupun bukan, kerap kali mudah emosian, temperamen dan dia menyadari itu, tapi orang yang di dekat dia atau yang berurusan dengannya yang merasakan sebagian tidak memahami itu. Dan jika mereka tidak bisa benar-benar mengendalikan diri semua itu bisa merugikan baik dirinya ataupun orang lain. Dan mestinya orang-orang yang memahami hal seperti ini bukannya menjudge tapi saling mengarahkan ke hal yang baik. Kehilangan adalah hal yang tidak menyenangkan, meski tidak ada hubungan yang spesial dan mungkin saja jika aku tak melihat bayangan hitam itu di fotonya mungkin saja aku tidak beraksi berlebihan. Merasa bersalah! Meski mbak N mengatakan aku tidak sejahat yang aku pikirkan. Perasaan menyesal campur aduk itu ada, aku merasa aku jahat namun serba salah, disampaikan salah tak disampaikan pun salah, rasanya tersiksa jika tidak bisa mengendalikan diri saat sedang mengalaminya. Innalillahi Wainnailaihi Raji'un. Selamat jalan kawan, semoga amal kebaikanmu mempermudah jalan mu. Si M mengetahui hal ini, dan lagi kami melakukan hal yang pernah kami lakukan berdua seperti sebelumnya adalah menangis bersama dan saat ini kami mengulangnya kembali. Ada beberapa kali momen saat dia curhat atau Konsul masalah gaib, si M ada, dan dia mengetahuinya. "Dia memang seperti itu, blakblakan menunjukkan ke tidak suka–an nya, tapi dia gak seperti kebanyakan orang yang berpura-pura jika tidak menyukai sesuatu tapi tersenyum." bisik si M di sela-sela obrolan aku dengan Almarhum saat itu. Meski ada beberapa hal negatif yang si M sampaikan padaku, aku pikir semua orang punya sisi yang buruk. Namun siapa pun itu jika masih bisa di beri nasihat masih mau mendengar, masih mau menerima dan dilaksanakan, maka orang itu adalah orang baik. Itu menurut aku juga si M. Dan rasa kecewa ku pada orang-orang yang suka menjudge orang-orang seperti dia adalah mereka merasa lebih baik dari apa yang mereka nilai padahal kita belum tentu baik dari orang-orang yang kita judge, dari orang yang tidak kita sukai. Hm ... begitu terasa mudah di ucap tapi tidak, saat di lalui, ketika habis nangis semua beban rasanya seperti mengalir begitu saja. Entah apakah sanggup melalui jika hal seperti ini terjadi pada orang-orang yang lebih dekat. Saat mengingat Almarhum terlintas ucapan .... "Semoga kita bisa ngobrol untuk yang terakhir kalinya!" Itu langsung tercium bau kamper. Bau yang pernah aku cium saat usiaku duduk di bangku Sekolah Dasar, saat itu Paman kesayanganku meninggal dunia karena di santet orang. Sepanjang malam aku menjaga paman dan tidur di samping jasadnya dan aku mencium aroma kamper sama seperti yang aku cium saat ini, beberapa detik saja kemudian aroma itu hilang. Usai melepaskan perasaan kami, aku dan si M kembali ke urusan kami masing-masing. Aku kembali menulis dan si M mungkin kembali ke rumah sakit dan kembali melanjutkan petualangannya. °°° Kematian itu bukan hal yang semestinya di takutkan, melainkan perasaan kehilangan dari orang-orang yang di tinggalkan yang berat mereka rasakan. Rasa peduli dan sayang adalah cobaan terberat untuk rela dan melepaskan. °°°
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD