Pembunuh Andita

1722 Words
"Hati-hati Rin, Andita itu pembunuh, sebenarnya aku kenal baik dengan dia, karena kami pernah satu kampung." ucap Risti saat sedang santai di ruang tamu milik Rini. "Pembunuh! Maksud kamu dia pembunuh, siapa yang dia bunuh Ris!? Lalu kenapa kamu baru cerita sekarang." tanya Rini sedikit kaget mendengar keterangan Risti barusan. "Iya, dulu kami satu kampung, dia ketahuan membunuh suaminya kemudian dia di usir dari kampung suaminya, entah guna-guna apa yang di pakai sehingga membuat Bayu yang mestinya menikah denganku malah memilih dia." cerita Risti dengan nada pelan namun terdengar kesal. "Apa Mas Romi harus tahu soal ini? Bagaimana dia bisa menikahi seorang pembunuh yang berkedok wajah polos seperti perempuan itu." Rini terlihat sedang berpikir keras. "Bagaimana bisa, kami tinggal satu atap dengan seorang pembunuh! Wahh gak bisa dibiarkan, Mas Romi harus mengetahui hal ini, perempuan itu gak boleh satu rumah dengan kami lagi." tegas Rini sembari menatap Risti dengan tatapan kosong. Andita dan Romi baru saja sampai dari pasar saat kedua perempuan itu masih tengah asyik membicarakannya. Belum melepas lelahnya, Rini sudah menarik tangan suaminya menuju ke kamar. "Ayo mas, aku mau ngomong sesuatu sebentar!" Andita yang melihat itu, sudah mengetahui Risti pasti sudah menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya. "Iya, sabar, baru juga sampai, ada apa sih!" tanya Romi sedikit penasaran, sembari menjatuhkan bokongnya ke sofa yang terletak di sudut ruang kamar tidurnya. "Mas sudah tahu belum kalo Andita itu pembunuh, dia diusir dari kampung karena sudah membunuh suaminya. Bagaimana mungkin mas bisa mengenal perempuan seperti itu, memang waktu kenal mas gak cari tahu dulu asal usulnya atau jangan-jangan benar kata Risti dia juga sudah menggunagunai Mas seperti yang dia lakukan ke suaminya dulu, biar mas mau menikahi dia." ucap Rini yang sudah termakan oleh semua yang Risti ceritakan. "Itu kan kata Risti, kita juga harus dengar alasan dari Andita sendiri, apa itu benar. Aku gak percaya Andita tega membunuh, meski aku tidak begitu mengetahui masa lalunya dengan baik, dia tidak akan membunuh orang, membunuh lalat saja dia tidak tega. jadi rasanya tidak mungkin dia melakukan itu." "Ingat mas, kalau kamu gak khawatir sama diri kamu ataupun aku, setidaknya kamu khawatir sama anak-anak kita bagaimana jika mereka di sakiti oleh perempuan pembunuh itu. Pokoknya aku gak mau satu rumah dengan dia lagi." teriak Rini yang suaranya perlahan terdengar hingga keluar ruangan. Risti, Andita dan anak-anak juga mendengar suara pertengkaran mereka. Andita merasa kasihan dengan Kania dan Nino. Dia mengajak kedua anak itu agar menjauh dari kamar ke dua orang tuanya, tapi Risti yang melihat itu bergegas merebut lengan kedua ponakannya dari tangan Andita dan membawanya ke luar. Andita hanya terdiam menerima perlakuan Risti. Risti yang sebelumnya menyaksikan adegan sebelumnya malah mendapatkan ide yang bagus untuk menghancurkan Andita. Beberapa saat kemudian, Romi sudah di kamar Andita menceritakan semuanya dan menanyakan kebenaran soal apa dia telah membunuh suaminya. "Maafin aku Bang, tapi apa yang di bilang oleh mbak Rini semua itu benar, tapi aku bukan pembunuh, Suamiku memang meninggal dan ditemukan gantung diri tapi bukan aku yang membunuhnya. Aku bahkan harus kehilangan anakku yang masih aku kandung karena tragedi itu. Mas percayakan, aku tidak mungkin membunuh siapa pun terlebih suamiku sendiri" cerita Andita sambil sesenggukan menahan air matanya. Romi mendekat dan berkata .... "Tentu saja sayang, Abang percaya sama kamu, mungkin saja Risti memfitnah mu karena dia gagal menikah dengan Bayu. Jujur, meski dia sepupu dari Rini aku juga sedikit tidak menyukainya, jika dia akrab dengan Rini." bisik Romi pelan. "Syukurlah jika Bang Romi percaya pada ku." ucap Andita sesekali menyeka air matanya. "Tapi bagaimana bisa suami neng meninggal gantung diri, apa dia bunuh diri, kenapa?" tanya Romi. "Aku tidak tahu, yang aku tahu mas Bayu gak mungkin melakukan itu, bagaimana mungkin dia bunuh diri sementara dia bilang padaku sangat menantikan kelahiran anak kami. Bahkan kami sama sekali tak ada masalah" jawab Andita dengan mata berkaca-kaca. "Kalau memang itu benar, berarti sudah ada yang merencanakan pembunuhan itu untuknya." sahut Romi. "Sepertinya mbak Rini ingin aku keluar dari rumah ini, apa sebaiknya aku keluar saja. Apa sebaiknya aku mengontrak di tempat lain saja bang. Aku gak mau membuat keluarga abang berantakan gara-gara aku." ujar Andita dengan wajah sedihnya. "Neng gak usah khawatir, biar nanti Abang bicara dengan Rini, dia pasti mau mendengarkan apa yang abang katakan." sahut Romi yang berusaha membuat Andita berhenti mengkhawatirkan apa yang barusan mereka bahas. Di lain tempat Risti sedikit bersemangat karena sudah berhasil membuat Rini terpengaruh dengan ucapannya. Dia tidak akan habis kehilangan rencananya untuk membuat Andita hancur seperti dulu. Risti teringat kembali bagaimana dia berhasil menghancurkan kehidupan Andita dan Bayu. Jika saja malam itu Bayu tidak menolak dirinya tentu saja dia tidak akan mati. "Apa kurangnya aku mas dibanding dia, kenapa kamu menolak perjodohan kita," ucap Risti yang saat itu hanya berdua dengan Bayu. Dirumah Bayu, Risti bebas keluar masuk karena ibu Bayu menganggap Risti sudah seperti keluarga sendiri. Dan saat itu dia hanya berdua saja, Risti dan ibunya Bayu sudah merencanakan semuanya, membiarkan Risti berdua saja dengan Bayu, sementara Andita waktu itu di minta Oleh ibu mertuanya untuk mengantar sesuatu ke rumah kerabat Bayu yang lain. Risti berusaha membujuk dan meyakinkan Bayu agar mau membatalkan niatnya, menikahi Andita dan menyetujui perjodohannya. Tapi sia-sia sedikit pun Bayu tak terpengaruh sama sekali hingga Risti nekat melepaskan beberapa kancing bajunya hingga terlihat lekukan bagian dalam atas bagian tubuhnya, dia mendekat dan berusaha mencumbu Bayu, mendekati laki-laki itu dan memeluk tubuhnya, tapi refleks Bayu menolak dan menepis tubuh Risti bahkan Bayu sampai menampar wajah perempuan itu dengan sangat keras agar tersadar dari kelakuannya. Risti terdiam memegang sebelah pipinya yang memerah. Bukan tamparan itu yang membuat Risti sakit tapi kata-kata yang Bayu ucapkan membuatnya sakit hati. "Aku kira kamu perempuan baik-baik, ndak salah kenapa aku menolak perjodohan kita, kamu itu gak ada bedanya seperti perempuan murahan yang jual diri diluar–an sana." maki Bayu dengan wajah penuh rasa kecewa dan kekesalan yang teramat sangat kemudian berlalu meninggalkan Risti dengan pakaian yang sedikit terbuka. Sejak malam itu, Risti tidak melupakan apa yang sudah Bayu ucapkan dan lakukan kepadanya. Dia bersumpah Bayu dan Andita harus membayarnya. Dia mulai merencanakan kematian Bayu, menyusun rencana sedemikian rapi, hingga tercipta skenario jika kematian Bayu adalah karena kecewa bahwa kandungan yang Andita kandung bukanlah anaknya melainkan anak orang lain. Risti rela membayar orang untuk membantunya menjalankan skenario itu. "Mas nanti kita ketemuan ya, aku tunggu di taman belakang rumah mas Bayu, aku mau minta maaf." tulis Risti singkat yang kemudian dia kirim melalui pesan singkat dari ponselnya yang kemudian diterima dan dibaca oleh Bayu. Sedikit pun Bayu tidak curiga, dia hanya berpikir mungkin tamparan dan kata-katanya malam itu membuat Risti benar-benar menyadari kesalahannya dan ingin minta maaf. Di keremangan malam, suara gesekan daun-daun yang tersapu angin malam terdengar sesekali bergantian, Bayu merasakan dinginnya cuaca saat itu membuatnya berjalan pelan sambil melipat kedua tangannya, angin malam menelusup menembus jaket hitam miliknya. Bunyi langkah sendal miliknya mengarah ketempat yang dituju, yaitu taman kecil yang berada tak jauh dari belakang rumahnya. Dulu saat remaja dia dan Risti sering mendatangi taman yang sekarang terlihat tak terurus ini. Matanya menangkap bayangan seorang yang perlahan mulai terlihat jelas jika itu bayangan seorang perempuan. "Itu pasti Risti!" gumamnya. Sesampai nya di dekat bayangan yang memang benar itu adalah Risti. Risti mulai menjalankan aksinya ketika mengetahui mangsanya telah tiba. "Syukurlah kamu datang mas, maafin aku soal kejadian malam itu ya mas." pintanya agar Bayu mau memaafkan dirinya, memohon-mohon bahkan dia menunjukkan rasa penyesalannya dengan menangis hingga bersimpuh. "Kalau hanya ingin minta maaf kenapa gak di rumah saja, kenapa harus di tempat gelap begini Ris?!!" tanya Romi. "Ayo bangun!" Melihat itu Bayu nggak tega, segera dia mengangkat tubuh Risti agar perempuan itu tak bersimpuh lagi, hingga dia merasakan seseorang memukul tepat di batang lehernya dari belakang, seketika Bayu roboh jatuh tergeletak. Tak sampai di situ saja, Risti meminta ke dua orang itu untuk menggantung Bayu agar nampak seperti bunuh diri dan kemudian Risti meletakkan surat itu ke saku depan celana Bayu, yang sudah dia buat yang mana isi surat itu di tujukan kepada ibu Bayu. [Maafkan Bayu Bu! Bayu gak bisa melanjutkan hidup Bayu saat Bayu mengetahui bahwa yang dikandung Istri Bayu ternyata bukan anak Bayu tapi anak orang lain] Surat yang berisi pernyataan Bayu yang singkat dan padat namun itu membuat Andita merasakan penderitaan sepanjang hidupnya. "Itu adalah balasan yang setimpal atas penghinaan kamu malam itu Mas!" ucap Risti dengan tatapan puas kearah jasad Bayu yang tergantung. Skenario yang sempurna hingga kisah itu tak ada seorang pun yang pun yang tahu kecuali Risti dan dua orang suruhan Risti yang salah satunya adalah kerabatnya sendiri. Tapi Risti tidak pernah mengetahui jika ada seseorang yang menyaksikan semua itu, namun orang itu lebih memilih diam itu karena dia takut, takut jika sampai dia ketahuan nyawanya akan hilang sama seperti orang yang di bunuh dan dia saksikan malam itu. Saat kematian Bayu, Risti lah orang yang pertama menyampaikan soal kematian itu ke keluarga Bayu, berpura-pura sedih, menangis saat di pemakaman dan ikut menghujat Andita hingga Andita terusir padahal saat itu dia sedang mengandung 4 bulan. Tak ada jalan lain satu-satunya jalan adalah meneruskan kepurapura_an yang sudah terlanjur Andita jalankan, dia mengikuti saja apa yang sudah Risti rencanakan untuknya. ••• Tadinya Rini bersikeras agar Andita keluar dari rumah ini, tapi setelah mendapat penjelasan dari Romi suaminya, dia terpaksa harus menahan semua kekesalan dan keinginannya untuk tidak meributkan soal Andita. "Ya sudah terserah mas aja, tapi jika sampai terjadi sesuatu pada keluarga kita aku tidak akan memaafkan mas." ancam Rini saat harus mengalah dan mengikuti keinginan suaminya agar Andita tetap satu rumah dengan mereka. Sementara Andita dia bingung, dia harus bagaimana, apa yang selanjutnya akan dia lakukan, Menikahi Romi hanya untuk kembali ke masa lalunya. Tapi untuk apa? Ketika dia sudah mengetahui semuanya, dia hanya terus berjalan dan tak merencanakan apa pun. 'Dasar hantu gak jelas!' Aku dan si M kembali berdebat soal Andita saat aku mengatakan kalo Andita itu hantu yang gak jelas. "Sama aja kayak manusia, manusia juga ada yang gak jelas!" sahut si M. Jleb!! Dengar kalimat si M barusan, bikin aku kaget, kok bisa-bisanya dia hubungkan kisah si Kunti itu dengan manusia, apa hubungannya coba. Ingin sekali aku katakan kalau dia sama saja dengan Andita, hantu yang gak jelas, tapi aku tahan, aku khawatir nanti dia ngambek lagi. Kacau juga kalau dia sampai ngambek karena dia satu-satunya nara sumber dari semua cerita yang ku tulis ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD