Si M Aneh

1880 Words
Semua dikisah yang lalu yang sebelum-sebelumnya si M sampaikan kepadaku, tidak selalu selesai hari itu. Aku perlu waktu menyelesaikan cerita yang dia sampaikan secara acak, bisa dua atau tiga hari malah bisa berhari-hari hanya untuk aku jadi satukan dalam sebuah tulisan yang kaku. Itu karena si M tidak menceritakan semuanya sekaligus dan aku tidak bisa protes, Hm ... protes ke sesama manusia saja sulit apalagi ke hantu yang baperan seperti dia. Lamanya pertemanan kami membuat aku seperti menganggap dia sama seperti teman-teman manusia ku yang lainnya. Mulai mengabaikan, mulai dirindukan, mulai dicari dan bukan seperti hantu ke manusia lagi namun sudah seperti manusia ke manusia. Namun demikian Si M tetap saja menikmati kesehariannya dengan berpetualang. Bahkan sangking menikmatinya kadang dia mengabaikan ku dengan tak muncul beberapa hari, beberapa bulan. Buatku tak masalah sebenarnya karena hal ini bisa menjadi kesempatan ku untuk belajar melepas dan menjauh dari nya pelan-pelan. JIKA MENYUKAI/MENCINTAI SESUATU JANGAN LEKAT KARENA JIKA SANG PEMILIK MENGAMBILNYA MAKA TAK ADA BEBAN BERAT DAN KESUKARAN DALAM HATI Kami kan, tidak mungkin selamanya bersama apalagi akhir-akhir ini dia lebih banyak mengendalikan ketidaksadaran ku. Itu saat dia lama tak muncul. °°° Serasa ada yang aneh dengannya, aku seperti orang asing yang baru saja mencoba kembali mengenali dirinya. Si M lebih suka hadir di saat aku tak berpikir dia ada bersama ku. Ketika aku kesal ataupun marah. Aku tak sadarkan diri melakukan hal apa pun yang setelah aku sadari sudah melakukan hal yang salah. Yang aku tahu aku hanya sedang kesal dan ketika sadar, sudah melihat lenganku biru-biru lebam dengan luka robek di jari dan mengeluarkan banyak darah. Dan ketika menyadari itu si M sudah tak ada. Aku merasa kosong. Dan itu sangat tidak mengenakkan dan aku tidak menyukai itu, serasa bukan diriku. Terbesit kalimat aku membenci diriku yang sekarang. Merasa lebih protektif, emosian dan sensitif. Malam ini sengaja aku menunggu si M. Ada apa dengan si M, ada apa dengan Marliani. Saat dia ada, ada beberapa hal yang disampaikannya, dan ketika aku mengabaikannya dia marah, aku berusaha mengabaikan apa yang dia katakan, yang dia nilai tentang orang-orang yang ada di sekitarku. Saat aku berusaha mendekati seorang teman dengan semangat juga dia membuat aku berbalik menjauh. Entah bagaimana cara dia melakukannya. Ku rasa si M mulai bersikap menguasai dan aku tidak menyukai itu. Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam. Semua sudah pada tidur, Aku beranjak dari pembaringan dan keluar dari kamar tidur menuju ruang tengah dan berdiri di depan meja makan meraih sebotol air dan meneguknya. Dan saat itulah aku melihat si M dari arah ruang tamu. Tapi ada yang berbeda kenapa dia di ruang tamu, biasa dia duduk di meja makan jika dia tahu aku di sini. Aku duduk di tempat biasa, di meja makan, tempat dimana kami biasa ngobrol, aku berusaha fokus. Mendengarkan musik di ponsel melalui headset adalah salah satu cara aku mengalihkan bisikan lain selain bisikkan si M. Dia sudah di dekatku, di hadapan ku, tidak duduk melainkan berdiri. "Ceritakan padaku apa yang tidak aku ketahui, ada apa, dan apa yang terjadi?" Si M hanya diam. Malam itu suasana benar-benar hening, namun sesekali suara seng dari atap rumahku terdengar bergesekan karena diterpa angin yang memang terdengar berembus cukup kencang. "Untuk apa kamu di sini jika kamu hanya diam, kita sudah jarang ngobrol kalaupun kita ketemu paling hanya mendengar cerita-cerita yang kamu sampaikan." Dia masih juga diam, melihat cara dia ini, aku jadi teringat waktu ada sosok lain diantara kami yaitu orang-orang yang mengejar aku, dia, sewaktu kami mencari kepala Anna. Apa mungkin ada orang lain saat ini di antara kami berdua. "Siapa dia dan kenapa dia ada di sini." Ketika sudah serius bersama dengan si M perlahan aku melihatnya sudah mulai seperti manusia, meski hanya bagian wajahnya hingga d**a saja yang nampak bercampur cahaya yang sedikit menyilaukan dan dia sedang memakai baju model lengan panjang berwarna hitam. Aku gak ngerti bagaimana bisa look si M itu berubah sedikit dewasa dari pertama saat aku bertemu dulu. Kalau dulu dengan rambut terurai kemudian ada jepitan rambut di sisi kirinya, sekarang entah kemana jepitan itu. Si M berubah dari biasanya, tapi kenapa?! Dugaan ku benar ternyata ada satu sosok. Sosok yang hadir bukan karena aku tapi karena dia, karena si M. Aku masih menunggu si M menceritakannya padaku. Siapa sosok itu dan kenapa dia membiarkan sosok itu berada di antara kami. Lama menunggu jawabannya, aku bangkit dari tempat duduk ku, menuang kopi yang tadi sudah sempat ku seruput sedikit. Ku tuang ke gelas kosong, satu gelas ku bagi dua lalu ku sodorkan padanya. "Saya tidak tahu persisnya dia siapa, sosoknya tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu besar, saya tidak tahu kapan dia mengikuti saya tapi yang jelas sejak saya keluar masuk ke alam lain saat itulah saya merasakan kehadirannya." cerita si M yang akhirnya buka suara. Si M memang tidak terlalu banyak bicara jika ngobrol denganku dia lebih banyak membawa pikiran ku langsung melihat apa yang sedang kami bicarakan jika sudah bercerita sedikit. Seperti membahas sosok yang sedang kami bicarakan ini. Aku bisa melihat jika sosok itu bertubuh kekar dengan tanduk di kepala tanpa si M menjelaskannya padaku. Jika si M saja tidak mengetahui dengan pasti dia siapa, apalagi aku. Aku tidak akan mencari tahu. Yang aku inginkan adalah si M tidak menyulitkan hidupku. Apalagi sampai melukai aku dan keluargaku. Sosok itu menyukai dirinya, mendengar hal itu tentu saja aku senang, akhirnya ada yang menyukai dirinya juga. "Bukannya itu bagus M, akhirnya kamu bisa bersama orang yang sesuai dengan alam mu. Bukannya dengan manusia yang berbeda alam." ucapku dalam hati yang ku tujukan pada si M. "Tapi aku tidak menyukainya." Sahutan si M membuat aku berpikir, apa dia masih kepikiran si Joe. Apa lagi yang di harapkan dari manusia yang sudah menolak cintanya. "Aku akan memberikan apa saja yang mereka inginkan jika mereka mau menerimaku." Mendengar itu tentu saja aku kesal. Karena si M sudah mulai jadi sosok yang jahat. "Kamu pikir dengan kemampuan kamu seperti itu, cinta bisa kamu per-tukarkan. Kalaupun itu terjadi yang akan kamu dapatkan juga adalah kepalsuan. Selamanya kamu tidak akan pernah bisa menikah dengan manusia, selama kamu bersahabat dengan ku. Dia akan menjadikan mu b***k nya, dengan memanfaatkan apa yang kamu tawarkan dan rasakan, malah bisa-bisa kamu akan di kirim ke para dukun yang mencari sosok-sosok seperti kamu. Apa itu yang kamu mau? Apa kamu lupa dengan kisah Surtinah, Kunti yang pernah kamu ceritakan padaku namun belum pernah kita bahas dan belum pernah aku bagikan dalam tulisanku. Aku bahkan tidak pernah menyebutkan namanya. Apa kamu ingin seperti dia. Apa keinginanmu mulai membutakan segalanya." Si M diam saja mendengarkan ocehan ku. "Carilah yang sesuai alam mu, carilah yang sesuai dengan keadaanmu." Entah alasan apa yang membuat si M tidak menyukai sosok itu, sosok yang bertanduk itu terlihat lebih seperti sosok iblis. Aku pernah mengidentifikasikan sosok yang si M tunjukkan padaku itu. Tubuh manusia terlihat berotot, kepala bertanduk, mata, telinga dan dagu yang lancip. Entah dari jenis apa dan kumpulan mana, yang jelas bagiku yang terlihat seperti itu biasanya iblis. Tapi kemungkinan bisa salah, bisa jadi sosok lain yang menyerupai nya. Entahlah! TUHAN MENCIPTAKAN MEREKA SEBANYAK TUHAN MENCIPTAKAN MANUSIA MUNGKIN JAUH LEBIH BANYAK "Kenali dulu, mungkin saja dia bisa membawa mu ketempat yang lebih baik dan yang jelas itu bukan alam manusia. Panjang lebar ngobrol dengannya, dia hanya diam Meski tak mengungkapkan apa keinginannya tapi aku tahu dia masih berharap si Joe berubah pikiran dan menyukainya. 'Lagi-lagi si Joe, Joe itu tidak bisa ditebak bahkan aku sendiri tidak bisa mencari tahu karena ada kabut tebal yang menghalang, bisa jadi itu pagar dirinya dan parahnya si Joe akan tahu kalau aku atau kamu menyelinap dan mencari tahu soal apa pun yang terhubung dengan dirinya. Tapi kalau kamu masih bersikeras ya terserah lakukan saja sendiri." kesal ku karena si M masih saja kepikiran Joe. "Aku akan menemui nya" Bisik si M lalu pergi dan menghilang meninggalkan aku dan setengah gelas kopi yang tak dia sentuhnya sama sekali. Malam itu aku menatap bangku kosong di hadapanku, memegang gelas milik si M dan menyeruput kopi yang sama sekali tak di sentuh olehnya. Aku klik aplikasi musik yang sempat terhenti tadi, kembali mendengarkan sebuah tembang kesukaanku, menikmatinya mengalihkan pikiranku tentang bagaimana menghadapi si M yang mulai tak sejalan dengan ku. Ku seret layar ponselku ke bawah terlihat jam sudah menunjukkan pukul 2.30 malam. Mataku masih terang tak mengantuk sama sekali. Aku berharap si M kembali dan ngobrol lagi dengan ku, namun hingga jam 3 dia tak juga muncul, apa dia benar-benar akan menemui Joe?! Semoga saja tidak. °°°° Sejak obrolan itu waktu perlahan berganti, sudah beberapa hari si M tak muncul, aku tak berpikir apa dia marah padaku dan benar-benar menemui Joe. Mustahil bagaimana dia bisa melakukan itu. Dia saja tidak mampu menembus Joe bagaimana dia bisa menemuinya tanpa ragaku. Aku menunggu kehadirannya yang tak kunjung datang. Hingga Sabtu pagi saudara suami mengajak kami berlibur ke luar kota yang kebetulan si Joe berasal dari sana. Jadi ini maksud bisikkan si M malam itu. Biasa aku tidak langsung mengiyakan tapi aku teringat kata si M yang akan menemui Joe. Spontan aku menyetujui dan ikut berlibur ke kota tersebut dan berharap menggagalkan rencana si M. Satu jam setengah lebih melakukan perjalanan dari kota ku ke kota Joe. Hanya dengan nge-share dimana posisi terakhir aku berada ketika sampai, teman-teman yang ada di kota ini ngajak ketemuan, sebenarnya ini kesempatan baik ku buat ketemu mereka tapi karena aku dengan keluarga besar dan misi utamaku mencari si M akhirnya aku fokus ke si M. Untungnya aku bisa menarik perhatian si M, dengan memesan satu minuman. Minuman itu milik salah satu teman aku yang biasa aku dan si M panggil dia dengan sebutan Master. Dia bukan hanya pemilik minuman tersebut yang logonya aku dan si M yang kerjakan. Jadi dia itu Author pames yang juga suport aku dan si M jadi penulis seperti sekarang ini. Aku pesan minuman itu 9, sengaja ganjil karena satunya untuk si M. Entah dia sudah menemui Joe apa belum tapi yang jelas aku sudah menemukan dia. Kami nginap di salah satu hotel di tengah kota beruntung kami dapat penginapan karena di waktu weekend begini semua hotel full kami hanya kebagian suit room yang harganya lumayan. Aku tidak akan membahas soal ruangan di hotel yang cukup dingin ini, dingin bukan karena hawa AC melainkan karena hal lain. Selama tak mengganggu biar sajalah, toh! memang ada kehidupan masing-masing yang harus dijaga. Ruang kami di lantai 7. Aku yakin orang yang bernyali tinggi yang berani naik malam hari ke lantai ini sendirian. Karena waktu biasa saja auranya kerasa banget. Seperti biasa, malamnya kami sekeluarga mencari makan dan jalan-jalan ke Mall, sembari menunggu mereka yang lagi asyik melihat-lihat sepatu, aku ke toilet dan saat itu aku lihat ponselku berbunyi, ternyata Joe menelepon ku via Messenger, karena kelamaan gak diangkat aku telepon balik. "Halo!" "Halo Mbak Linn, kapan sampainya, wahh si M gak kepedesan kah makan di gudeg Mercon." Sahut Joe terdengar bersemangat menyapa kami yang mengomentari status terakhirku di sosmed yang lagi makan di kedai Gudeg mercon. "Sampai nya tadi siang, iya nih ngikut aja dia. Hehehe ..." "Mbak Linn lagi di mana?' "Lagi di Mall .." Panjang lebar kami ngobrol dan si M hanya menyimak kegirangan. Entah bagaimana hantu itu bisa sebegitu kegirangannya padahal namanya hanya di sebut sekali aja. Dasar hantu baperan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD