Back to Andita Ningtias-Menikah

2195 Words
Beberapa hari setelah hari di mana si M ikut ke rumah sakit kupikir karena aku menyuruhnya pergi saat itu dia bakal marah ternyata tidak. Terbukti dengan kehadirannya Si M mau menceritakan kembali gimana kelanjutan Andita seperti yang dia janjikan padaku. Si M berkata .... Andita sudah kembali ke kedainya. Perempuan itu terlihat biasa saja setelah mengalami hal buruk berkali-kali. Saat itu Andita sedang sibuk membersihkan kedai miliknya, hingga seorang perempuan muda datang menghampirinya. "Permisi Mbak, kedainya sudah buka gak!!" sapa perempuan itu "Oh sudah Mbak, mari masuk, Mbaknya mau pesan apa?" ucap Andita ramah mempersilahkan perempuan itu masuk, yang terlihat usianya kurang lebih sepantaran dengannya. "Teh saja kalau ada, hm ... gulanya sedikit saja ya." balasnya pelan sambil melirik ke sekitar kedai Andita. "Mbak dari mana, kok sepertinya saya baru lihat ya?" tanya Andita mulai mengakrabkan diri sembari menyerahkan teh hangat yang di pesan oleh perempuan itu. "Iya Mbak saya baru saja tiba, saya kemari karena ajak kan suami." "Oh suami Mbak kerja di perusahaan sini juga ya." "Iya, benar, katanya tiap jam makan siang dia selalu kemari." "Emang suami Mbak siapa, tanya Andita yang jelas-jelas dia sudah mengetahui bahwa perempuan yang ada di hadapannya ini adalah istri dari kekasihnya Bang Romi. "Romi Saputra." "Oh Mbak istri Bang Romi. Kenalkan saya Andita." "Iya saya sudah tahu kalau Mbak, Andita." ucap perempuan itu yang ternyata juga sudah mengetahui Andita karena dia sudah pernah melihat foto-foto Andita melalui MMS yang dikirim seseorang padanya. Andita hanya terdiam. Tapi yang dia tidak mengerti kenapa istri Bang Romi ada disini, bahkan tidak bersikap kasar kepadanya padahal Andita juga tahu kalo perempuan ini sudah mengetahui siapa dirinya. Dari jauh Romi terlihat berjalan ke arah mereka. Andita sedikit canggung tapi tidak dengan Rini istri Romi. Perempuan itu terlihat biasa saja bahkan masih bisa menebar senyumnya. "Sayang ... kenapa lama sekali, aku dari tadi nunggu di sini loh!" sahut Rini. mendengar kata 'sayang' dari seorang perempuan untuk orang yang di sayangi nya, tentu saja hati Andita kesal, tapi dia harus tau diri, karena kalimat itu berasal dari istri sah dari laki-laki yang dicintainya. "Iya, masih ada urusan yang harus aku selesaikan tadi, gimana apa kalian sudah berkenalan?" tanya Romi sambil bergantian melirik ke arah Andita dan Rini. Spontan mereka berdua menjawab secara bersamaan. "Sudah!!" "Wah ternyata kalian berdua kompak ya," ujar Romi tersenyum, membuatnya semakin yakin rencananya meminta istrinya membujuk Andita sepertinya akan berhasil. "Neng, ini Rini istriku, dia sengaja ku minta datang menemui mu karena ada sesuatu yang ingin kami sampaikan. aku akan menikahi mu seperti yang sudah aku janjikan padamu dan Rini setuju asal tak ada perceraian diantara kami." ucap Romi yang membuat Andita sedikit kaget tapi dia tetap berusaha menata perasaannya. "Perceraian?! Apa maksud Abang?!" "Jika kamu tak menikah dengan Mas Romi, dia akan menceraikan aku Mbak!" sahut Rini menatap tajam kearah Andita. "Apa kamu mau, apa kamu bersedia? tanya Romi Andita tidak menjawab, dia hanya diam dan tertunduk seperti sedang berpikir, sementara Romi melirik kearah Rini memberi isyarat agar Rini bicara pada Andita. "Iya Andita apa kamu bersedia menjadi istri kedua mas Romi. Kamu jangan khawatir, aku tidak masalah karena aku sudah membicarakan semuanya dengan Mas Romi. Andita masih terdiam, bagaimana bisa Bang Romi membicarakan semuanya dengan istrinya tapi tidak berbicara kepadanya dulu. "Maaf Bang aku nggak bisa!" jawaban Andita cukup mengagetkan Romi dan Rini. Tentu saja jawaban itu membuat keduanya bertanya-tanya, kenapa? Terutama Romi. Dia masih gak percaya dengan apa yang di katakan oleh Andita, Rini pun terlihat sama, dia merasa Andita adalah perempuan yang licik dan berpura-pura tidak ingin saja biar dia dan suaminya memohon-mohon. "Dia pasti punya rencana besar." gumam Rini dalam benaknya. "Bagaimana bisa dia menolak padahal aku sudah jauh-jauh datang dan membuang harga diri ku demi tidak di ceraikan oleh Mas Romi, lalu dengan seenaknya dia menolak, sombong kali!" kesal Rini. Rini mencoba menahan diri. "Kenapa kamu menolak, bukannya kamu sangat mencintai Mas Romi, apa kamu sengaja mempermainkan dia." tuding Rini. Andita hanya diam, tertunduk memandang kedua ibu jarinya yang dimainkannya berputar saling bersentuhan. "Ada apa Neng, kenapa? Bukanya kamu ingin kita menikah seperti yang sudah kita rencanakan." tanya Romi yang tak habis pikir dan mempertanyakan perubahan pada kekasih terlarangnya itu. Di sela diamnya Andita mendengar suara tangisan bayi yang tak asing di telinganya, iya itu suara anaknya, dia bergegas pergi, meninggalkan kedainya dan membuat kedua pasangan itu bertambah bingung dengan sikap Andita yang menurut mereka sedikit aneh. "Maafin aku Bang, Mbak, aku harus pergi sebentar." ucapnya sembari berlari ke belakang kedai dan berlari masuk ke dalam hutan. Andita terus berlari hingga sampai di sebuah pohon besar yang di bawahnya ada gundukan tanah. Andita menuju ke balik pohon, saat dia keluar Andita sudah menjelma menjadi hantu yang cantik sambil menggendong buah hatinya. Andita menimang dan menyusui bayi mungil itu. Setelah dia selesai, Andita segera kembali ke kedainya. Romi masih menunggu dirinya sementara Rini istrinya dia antar ke Mes yang sudah perusahaan sediakan. Romi penasaran dan harus tahu kenapa Andita menolak padahal sebelumnya dia bersemangat untuk menikah dengannya. "Kenapa kamu menolak, apa sebelumnya Rini sudah mengancam mu?" tanya Romi saat Andita sudah kembali ke kedainya. "Terus Kenapa kamu pergi tadi? Rini bisa tersinggung dengan sikapmu tadi!" "Maaf soal itu dan Rini, dia tidak mengancam ku, tapi ... entahlah Bang, aku merasa semua akan sia-sia. Sebaiknya kita akhiri saja hubungan ini dan kembalilah pada Rini. Dia baik dan dia pantas bahagia.” ujar Andita yang seketika berubah pikirannya. "Apa kamu benar-benar ingin kita berpisah, bukannya kita akan menikah seperti yang sudah kita sepakati dan Neng setuju jika syaratnya Istriku mengizinkan dan dia mengijinkannya," ujar Romi. "Apa ada orang yang mempengaruhi, apa dia Ahmadi, jawab Neng?!! Jika benar biar aku kasih pelajaran laki-laki itu tak tau diri itu." Romi mulai emosi. Tentu saja Andita menjawab tak ada siapa pun yang mempengaruhinya, karena memang tak ada. Andita terjebak dengan pikirannya dan penglihatannya sendiri, jika dia menerima dan menyetujui rencana Romi yaitu menjadi istri ke dua, maka dia harus menghadapi penderitaan yang sama lagi. Di satu sisi dia sangat menginginkan Romi menjadi pasangannya untuk yang terakhir kalinya. Di sisi lainnya lagi dia harus mengetahui hidupnya akan mengalami kehancuran yang sama karena penglihatannya sebagai hantu muncul. Dan saat dia ingin memutuskan tiba-tiba saja keraguan itu muncul padahal sebelumnya dia sangat yakin akan hidup dan tinggal bersama dengan Romi, laki-laki yang saat ini dicintainya. Tapi Romi terus memaksa, bahkan Istrinya pun berusaha dan kembali membujuk Andita, karena jika Andita menolak maka hubungannya dengan Romi tidak akan pernah bisa di selamatkan, Romi akan menceraikannya. jika itu sampai terjadi bagaimana nasib ke dua anaknya. "Bangun Mbak, jangan begini." ucap Andita saat Rini yang datang kemudian duduk dan bersimpuh memohon padanya agar mau menikah dengan suaminya. Karena mereka terus memohon akhirnya Andita kalah dengan keputusannya, dia menerima dan mau menikah dengan Romi dan tinggal bersama dengan mereka. Seminggu berlalu ... "Apa benar Neng jadi menikah dengan Romi, apa sudah Neng pikirkan baik-baik, kenapa Neng mau jadi istri kedua, padahal aku juga bersedia jadi suami Neng tanpa ada kata kedua atau ketiga." ucap Ahmadi meyakinkan Andita dengan raut wajah berharap Andita mau merubah keputusannya itu. Mendengar rumor yang tersebar di tempat dia dan Romi bekerja, soal Romi yang akan menjadikan Andita istri kedua, Ahmadi berusaha mencegahnya dengan menemui dan membujuk Kembali Andita agar mau membatalkannya. "Makasih Bang Madi tapi Abang kan tahu aku cintanya cuma sama Bang Romi, apa Abang mau kita menikah bukan karena saling cinta, kan, itu mustahil Bang!" Mendengar ucapan Andita barusan, Ahmadi terdiam tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Serasa di tolak untuk yang ke dua kalinya. "Maafin aku ya Bang?!" ucap Andita merasa bersalah karena berulang kali menolak Ahmadi. Pria yang juga sangat menginginkan dirinya untuk menjadi kekasih sekaligus menjadi istrinya. Entah kenapa, Andita merasa dia tidak senang, tidak bahagia dengan semua ini. Bagaimana dengan bayinya, bagaimana jika penyamarannya diketahui oleh Romi dan yang lainnya jika nanti dia tinggal bersama-sama dalam satu atap. Apa mereka bisa menerimanya. Mustahil!! Ada perasaan yang tiba- tiba dia menyesalinya karena sudah menyetujui, dia berpikir apa sebaiknya dia membatalkan kembali saja, tapi bagaimana nasib Rini, Bang Romi pasti akan benar-benar meninggalkannya. "Gimana Rin!! Apa perempuan itu menyetujuinya?" Bunyi pesan singkat yang dibaca oleh Rini. "Iya Mbak, dia setuju." "Baguslah rencana pertama kita berhasil, rencana selanjutnya kita jalankan jika nanti dia sudah resmi jadi istri Romi dan tinggal bersama mu. "Iya Mbak!" balas Rini menulis pesan balasan untuk perempuan yang dia panggil Mbak itu. HARI ITU TIBA .... Tak ada perayaan hanya menikah sederhana saja , Andita resmi menjadi istri kedua Romi, meski hanya menikah sirih setidaknya itu mampu membuat Andita aman, memiliki rumah dan ada yang melindungi. Meski tinggal serumah dengan istri pertama Romi tak jadi masalah baginya yang penting dia bisa bersama dengan orang yang dicintainya. Rini mengajak Andita keruangan nya, dia terlihat bahagia karena Romi tak jadi meninggalkan dirinya. Dia memiliki rencana besar dengan kebahagiaannya itu. Rini menunjukkan setiap ruangan yang ada di dalam rumahnya. "Nah, ini kamar mu." ucap Rini ketika sampai di belakang, ruangan yang berdekatan dengan dapur adalah ruangan yang di berikan untuknya. Rini masuk dan memperhatikan setiap ruangan kamarnya hingga pandangannya tertuju pada pemandangan di luar jendela kamarnya, yaitu sebuah pohon besar tepat berdiri 2 meter dari badan rumah. Seketika dia ingat anaknya. "Rumah kami cukup besar, jadi menampung satu orang atau lebih itu tak masalah," ucap Rini lagi dengan nada sedikit angkuh yang di sambut dengan senyuman tipis oleh Andita yang tatapan dan sebagian pikirannya masih mengarah ke pohon besar itu. Hari itu adalah hari bagaimana Romi dan istrinya memperkenalkan Andita dengan keadaan dan lingkungan rumahnya termasuk mengenalkan Andita pada kedua anaknya yaitu Kania dan Nino. Di awal-awal pernikahan semua berjalan dengan baik. Tapi semua berubah sejak kedatangan Risti. Andita sempat kaget. "Kenapa ada perempuan itu di sini, apa dia kenal dengan Rini dan Bang Romi. Jika iya, kenapa Bang Romi tidak pernah memberitahunya. Tentu saja tidak, pasti Bang Romi memang tidak mengerti soal ini. Soal bagaimana dia mengenal Risti." "Halo Andita, kamu masih ingat akukan?" sapa perempuan itu disertai dengan senyuman sinis nya, saat melihat Andita tengah sendirian "Hm ... kamu?! Kenapa kamu ada di sini?" tanya Andita tanpa membalas sapaannya "Oh kalian sudah kenal ya.' sahut Rini yang tiba-tiba nongol. Risti itu sepupuku dan rencananya dia akan tinggal di sini beberapa hari." "Oh gitu, jadi mereka sepupu_an?" gumam Andita. Andita menyembunyikan ke tidaksukaannya dengan kehadiran perempuan yang sangat dia kenal itu, perempuan yang gagal di jodohkan dengan Almarhum suaminya, Bayu. Dia pikir setelah meninggalkan kampung suaminya, dia tidak akan pernah lagi melihat perempuan, namun ternyata dia keliru. "Kenapa, diam??" sahut Rini membuyarkan apa yang sedang Andita lamun kan. "Hm ...mm gak apa-apa Mbak." Masih teringat dengan jelas bagaimana Andita sering di hujat oleh ibu mertuanya karena hasutan Risti, Risti yang sakit hati berusaha keras melakukan apa saja untuk membuat Andita di benci ibu mertuanya, hingga mengusir dirinya dari kampung. Bahkan warga juga ikut-ikutan karena termakan oleh fitnahan yang di buat oleh Risti. BAYU. Mengingat nama itu, dia jadi teringat anaknya. Anak yang sampai sekarang belum dia beri nama. Anak yang mati bersamanya saat dia di aniaya dan diperkosa oleh para b******n itu. Andita tak sadar buliran air jatuh di sudut matanya karena mengenang semua itu. Segera dia hapus. "Dit... bisa buatin kami minum." perintah Rini sembari menarik lengan Risti menuju ke ruang tengah agar dia berdua leluasa membicarakan soal rencana mereka. Andita berlalu menuju dapur, dia sudah tahu dia pasti akan melalui ini. Entah rencana apa lagi yang akan mereka susun untuk ku. Mestinya aku menolak semua ini, mestinya aku mendengarkan apa yang Ahmadi saran kan. Tapi untuk apa? Jika pada akhirnya aku juga akan menderita. Andita meletakan minuman itu di meja, saat mendengar Rini berbicara di telepon dengan Bang Romi. Andita tau, Rini sengaja bicara dengan nada mesra untuk membuatnya cemburu. Terlebih Risti pun sengaja mengompori keadaan itu biar Andita bertambah cemburu dan kesal. Mendengar mereka semakin menjadi-jadi Andita abaikan saja lalu pergi meninggalkan mereka berdua. • • "Aku baru kali ini nemu hantu yang bodohnya kelewatan seperti Andita, kenapa dia masih saja membiarkan dirinya di sakiti, kayak gak ada laki-laki lain saja." gerutu ku ke si M. "Hm ... mungkin saja ada alasannya atau memang dia tidak ingin ada keributan." bisik si M. "Emang kalau kamu jadi Andita, apa kamu melakukan hal yang sama, pasrah ketika di sakiti, diancam, di fitnah, kalau aku mah ogah, aku pasti balas dendam ke mereka biar mereka tidak menggangguku lagi, apalagi kalian Hantu. Tanpa bantuan seorang dukun, dengan dendam kesumat yang kalian punya tentu saja itu memudahkan kalian untuk membalas mereka, seperti di film-film horor yang pernah aku tonton." ucapku mempertanyakan kenapa mereka pasrah aja. "Semua bisa membalas dan itu mudah buat kami yang kamu sebut para gentayangan tapi apakah dengan membalas bisa benar-benar membuat aku atau yang lain akan kembali ke tempat yang semestinya kami tempati. Apakah setelah di kematian akan ada pengampunan, terjebak di alam kami itu tidak mudah, seperti manusia ada pilihan ketika tidak mencari masalah adalah pilihan yang terbaik." bisik si M Menjelaskan. Mungkin si M ada benarnya, entahlah aneh saja padahal menurut aku mereka wajar dan berhak untuk balas dendam. Setelah itu bukannya semestinya mereka mendapat pengampunan. Itu kan yang dinamakan keadilan. Lalu kenapa mereka sampai terjebak jika bukan untuk itu. Untuk apa coba?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD