Si M Ikut Ke Rumah Sakit

1407 Words
Hari ini jadwal aku ke rumah sakit, tiga bulan sekali kontrol, jika dokter tak menyarankan aku untuk operasi pergantian selang maka aku hanya datang untuk mengambil obat saja. Tapi biasanya setiap 3 bulan sekali aku harus masuk ruangan operasi itu untuk mengganti selang tersebut. Tapi sejak adanya wabah virus Covid 19 rutinitas itu aku hentikan. Sosok yang paling senang jika aku mengunjungi rumah sakit, itu adalah si M. Entah kenapa dia begitu bahagia, mungkin dia bisa leluasa mengunjungi teman-temannya, Hm ... Teman-temannya? Emang dia punya, kalau dia punya lalu kenapa mencari teman diluar alamnya. Proses ketemu dokter spesialis itu berjam-jam, start dari pintu masuk, mengambil nomor antrean setelah itu nunggu No antrean nya di panggil buat ambil data-data, jarang menemukan antrean yang angkanya kecil selalu di atas angka lima puluh atau gak seratus. Rumah sakit selalu ramai pengunjung. Aku datang berempat. Aku, suami, anakku Fath dan si M. Awalnya aku tidak sadar jika si M ikut, aku mengetahuinya saat aku duduk ngantri menunggu panggilan. Saat itulah aku melihat si M dari pintu kaca dari ruangan yang ada di hadapan ku. Ruang tunggu itu adalah ruangan yang sama yang di tempati si Hantu mata biru bermain melompati kursi malam itu bersama di M. Ruang panjang yang terlihat seperti lorong namun luas dengan banyak kursi yang di tata rapi. Saat mengantre, aku duduk sendiri kebetulan anak dan suami ada di ruang tunggu anak-anak yang ada tempat bermainnya, Kebetulan di depan aku itu salah satu ruangan dokter. Ruang yang pintu dan jendelanya separuh terbuat dari kaca. Dari situlah aku melihat penampakkan si M, ternyata dia ikut, tapi untuk apa? Dia biasa bolak balik ke rumah sakit tanpa harus mengikuti ku kan?!" "Kamu kenapa ikut, memangnya kamu gak bosan ya dengan situasi di rumah sakit ini.?" bisik ku padanya dalam hati. "Kamu lupa ya dunia kita berbeda, kalo aku ke sini belum tentu benar-benar tujuan aku kesini ketempat yang kamu tuju, tapi aku pergi ketempat ku, yang kebetulan satu tempat denganmu hanya berbeda alam saja." Jawabnya menjelaskan yang setelah kusadari si M benar. "Aku hanya berkunjung ke duniamu, saat aku mengunjungimu atau ada hal lain, jika tidak ya aku tetap di duniaku." "Kenapa begitu, memangnya kamu gak tertarik untuk mengelilingi rumah sakit ini, jalan-jalan, keliling mencari manusia yang bisa kamu ajak temanan atau cari yang sebangsa kamu untuk dijadiin teman."' Aku memberinya pertanyaan yang spontan ada di kepalaku saja, soalnya, kadang kalo sudah sama dia, aku bingung mau nanya apalagi. Biasa aku berkomunikasi dengan si M itu lebih banyak saat aku memegang ponselku, terlihat sedang membaca atau bermain game, atau lagi ngedit atau pada saat aku tertidur, tidak benar-benar tidur tapi aku hanya memejamkan mata ku saja agar bisa berkomunikasi dengannya. Suasana memang sudah berbeda saat aku mengetahui kehadiran si M, lebih sejuk dan lebih tenang, ada masa semua bergerak dengan pelan dan lambat saat itulah waktu untuk kami berdua. Si Fath tiba-tiba muncul, dia mengajak aku minta diantar ke toilet, sementara suamiku bergantian menjaga antrean. Menuju ke toilet itu lumayan jauh karena kami mesti putar balik dan kembali ke depan, tak masalah sebenarnya karena nomor antrean ku masih lama, kebetulan aku ingin membeli sesuatu untuk Fath sebelum dia merengek minta ini itu. Sepanjang menuju toilet ada saja penampakkan aneh tapi aku pura-pura saja tak melihat, aku bahkan terus mengajak Fath ngobrol. Itu sengaja aku lakukan agar dia juga mengabaikan dan tak melihat apa yang aku lihat. Fath memang bisa melihat meski tak terlalu. Pernah satu kejadian saat itu kami mengunjungi keluarga yang sedang sakit, waktu itu belum ada virus yang meresahkan seperti saat ini, jadi anak-anak boleh diajak berkunjung ke rumah sakit. Waktu itu kami datang nya bersama kakak, ipar dan saudara yang lain. Menuju kamar yang sakit kami harus menuruni anak tangga. Waktu kami semua sudah turun dan masuk ruangan, si Fath dan beberapa keluarga lain ada didepan kamar yang dekat dengan anak tangga tersebut , lalu si Fath spontan berkata " Itu siapa yang duduk di tangga!" tanya nya sambil mengarahkan telunjuknya ke tangga tersebut, tentu saja yang lain dibikin bertanya-tanya dan kepo dengan apa yang di bilang si Fath karena jelas-jelas kata ponakan aku yang paling besar bilang jika di situ tak ada siapa pun. Mereka memang mengetahui jika si Fath memang bisa melihat sosok yang tak kasat mata itu dari beberapa cerita yang pernah aku sampaikan dulu ke mereka, jadi mereka tak begitu kaget. Mungkin dia lupa, padahal aku sudah mengatakan berkali-kali pada Fath jika melihat mereka, sebaiknya di abaikan saja, pura-pura saja tak melihat, tapi si Fath baru berusia lima tahun sebentar dia paham setelah itu dia lupa lagi. Wajarlah Anak-anak seumuran dia, sesaat berani sesaat itu pula mendadak jadi penakut itu juga sering dia tunjukkan di rumah. Setelah dari toilet lalu ke kantin membeli minuman dan beberapa camilan kami kembali ke tempatnya semula. Tak lama nama aku terdengar di panggil oleh perawat yang bertugas, kami masuk bertiga, setelah usai di cek tensi, kami di arahkan menuju ke ruangan dokter yang terpisah ruang. Beliau adalah salah satu dokter favorit ku, sejak sakit terus sadar dari koma, Bu Dokter sangat perhatian, bahkan cara berkomunikasi dengan ku atau pasien lain nya, dia sangat ramah. Aku yakin semua pasien yang di tanganinya pasti sangat menyukai Bu Dokter yang satu ini. Bahkan beliau yang mengusahakan selang untuk ku, selang yang katanya lumayan sulit untuk di dapatkan Karena pasien yang menggunakan alat ini sangat jarang ada, karena biasa digunakan oleh penderita kanker tenggorokan. Bu Dokter sampai memberi ku No W A nya agar aku lebih mudah mendapat kabar apakah selang itu sudah ada atau tidak, agar aku tidak perlu bolak-balik ke rumah sakit, itu kata beliau. "Tuh!! Coba dari dulu ikuti saran ku, pasti gak akan kejadian kan, kemarin sudah sampai parah banget loh sampai gak sadar. Sekarang gimana, apa kita lepas aja selangnya?" canda Bu Dokter dengan senyum ramahnya, mengingatkanku jika dulu aku memang sempat menolak sarannya untuk operasi pemasangan selang. "Jangan Bu, jangan! biar begini aja!" pintaku memohon sambil menahan senyum setengah malu. Malu karena tak menuruti ucapannya dulu karena alasan takut dan lain-lainnya. Saat asyik ngobrol tiba-tiba si M menampakkan dirinya tepat di hadapan kami, dia berdiri di samping meja dengan memandang semua alat-alat yang ada di meja Bu Dokter. Perhatian ku sempat teralihkan ke dia, aku berusaha tak melihatnya dan tetap fokus dengan apa yang Bu Dokter ucapkan. "Mm ... jangan buat kekacauan please!!" gumamku dalam hati yang jelas dia dengar. Meski kedua mataku tertuju pada Bu Dokter tapi aku sedang berkomunikasi pada si M. Si M memang jahil, dia nyaris menjatuhkan wadah Stainless yang berisi kapas dan gunting kecil, untungnya aku tak spontan meneriaki nya. Refleks secepat kilat tanganku bergerak berpura-pura mengambil tisu yang ada di dekat mangkuk tersebut, menariknya agar menghadang mangkuk stainless itu agar tak terjatuh. "Dasar Hantu! Pergi gak!!" seru ku dalam hati. Hm ... syukurlah dia nurut jadi aku gak harus terlihat aneh, jika tidak pasti Bu Dokter mengira aku sudah gila berbicara sendiri karena meneriaki si M. Iya jika dia tidak pergi aku pasti akan meneriakinya. Usai dari kejadian itu, aku tidak melarang si M menemaniku jika aku berkunjung ke rumah sakit lagi, aku hanya mengingatkan dia agar jangan melakukan hal-hal yang menarik perhatian manusia. Aku tidak bisa mencegahnya, takutnya jika aku melarangnya entar saat aku menginap di rumah sakit, dia gak mau nemenin aku lagi. Dan setelah kejadian itu beberapa kali aku kontrol ke rumah sakit, sesekali dia ikut dan tidak pernah lagi melakukan ataupun mengulangi hal-hal yang tidak aku inginkan. Si M memang jahil tapi jika di beritahu dengan baik dia pasti nurut dan memahaminya. Hmm ... namanya saja hantu, manusia yang jelas manusia pun kadang meski berkali-kali sudah diberitahu masih saja usil. Apalagi mereka yang jelas-jelas hantu. Kejadian di dalam ruangan Bu Dokter tadi tidak aku ceritakan ke suamiku. Pokoknya kejadian si M ikut ke rumah sakit hari itu tidak aku ceritakan kepada nya. Bukannya apa, dia meminta aku untuk jaga jarak dan tidak terlalu dekat dengan si M dan aku harus mencoba itu, yaitu dengan tidak terlalu akrab dengan si M. Tapi apa aku bisa? Apa kami bisa? Harus aku coba meskinya rasanya sulit. °°° Kita akan bersama Kita akan menemukan Kita akan menjalani Kita akan melewati Kita akan bicara Kita akan diam Kita akan merasa Kita akan tersenyum Kita akan menangis Kita akan berpikir Kita akan berjalan Kita akan berlari Kita akan serius Kita akan berpura-pura Kita akan merindukan Kita akan meninggalkan Kita akan hilang Kita akan lenyap _Si M °°°
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD