Para Gentayangan

1424 Words
[Seperti angin, aku selalu ada untukmu. Menyentuh lembut ragamu. Berhembus perlahan, menyusur ke aliran darahmu. Tanpa kau sadari. Bahkan aku bisa membuatmu menghilang dari ragamu dan hanya merasakan kehadiranku - Si M] Seperti aku, aku hanya bisa membantu mereka dengan mendengarkan, mendengar apa yang mereka keluhkan. Aku tak punya daya apa lagi ilmu, mungkin itu sebabnya aku tak bisa membantu banyak, ketika ada beberapa teman yang meminta bantuan ku untuk mereka , aku hanya bisa mendengarkan mereka. Mereka yang biasa aku sebut PARA GENTAYANGAN. Mungkin aku hanya bisa seperti angin. Satu hari aku pernah di tampakkan seorang perempuan yang lagi duduk dengan kedua lututnya menempel di tanah, wajahnya menunduk dan tak henti-hentinya menggali tanah. Perlahan aku mendekat, waktu itu keadaan sangat sepi. Cuaca sore itu sangat bagus, agak mendung dari biasanya dan terasa sangat sejuk, aku bisa merasakan hembusan angin menerpa wajahku, mendengar suara dari pohon bambu yang daunnya yang saling bergesekan. Mungkin saja kegirangan karena ikut disapa oleh angin, perlahan aku bergerak melangkah menuju perempuan yang memiliki rambut pendek itu. Pakaiannya biasa saja, gaun pendek berwarna putih tulang agak sedikit kumal, kotor namun tak ada yang robek. Langkahku kian mendekatinya, pikirku apa yang sedang perempuan ini lakukan, dia seperti sedang kehilangan sesuatu. Kenapa dia terus-terusan menggali tanah. Saat mendekat tentu saja aku menegurnya .... "Mbak, lagi apa?" tanyaku pelan. "Mbak, lagi cari apa, sini aku bantu!" tegur ku lagi sekalian menawarkan diri untuk membantunya. Tapi perempuan ini terus-terusan saja menggali. Meski di abaikan aku mendekat saja dan ikutan membantunya menggali seperti yang dia lakukan. "Lihat itu, tangan Mbak sampai hitam gitu, tuh bajunya juga kotor, Mbak cari apa sih!?" tanyaku lagi karena semakin penasaran. Tapi kenapa dia sama sekali tak merespon, dia tuli atau gimana sih?! Perempuan itu masih menunduk, aku sempat kaget saat dia mengangkat wajahnya dan berkata "Aku cari bayiku?!" Wajahnya biasa saja tak menakutkan seperti yang aku bayangkan. Aku hanya kaget. Wajah rata karena melepuh, jantungku mulai berdetak kencang, tapi aku berusaha tahan, bahkan tanganku yang membantu menggali tanah tadi mulai ikut gemetaran, tapi lagi-lagi aku tahan. Serius aku gak takut, hanya kaget saja. Aku berlari kencang menuju pintu belakang, kebetulan perempuan tadi berjarak tak jauh dari rumah ku, aku pulang ke rumah dan segera mengambil cangkul lalu kembali mendatangi perempuan tadi, tapi aneh perempuan itu sudah tak ada, padahal aku lari tadi bukan karena takut, aku lari untuk mengambil cangkul untuk membantunya mencangkul tanah biar cepat biar anak yang di carinya segera ketemu, kalau hanya dikorek atau di gali dengan menggunakan tangan saja, kapan ketemunya. Anehnya perempuan itu malah pergi saat aku kembali. Kenapa disaat aku ingin membantu dia malah kabur. Aneh!! Ada lagi saat itu aku sedang makan di luar, makan bakso lesehan. Baru suapan pertama. Perempuan yang biasa orang sebut Kuntilanak itu berdiri tepat di hadapanku. Bukannya menakut-nakuti ku dia malah fokus ke mangkok bakso yang aku pegang. "Kenapa, kamu mau." tanyaku menawarkan. Dia diam hanya terus menatap. Aku tak bertanya lagi, aku ambil sesendok lalu aku buang dekat pagar, setelah itu dia menghilang seperti asap yang terbawa oleh angin. Aku tidak bisa melihat mereka jika mereka tidak menampakkan diri. Para gentayang tidak hanya muncul di rumah tapi mereka ada di mana-mana. Bahkan karena mereka takut nyasar mereka menempati tempat-tempat tertentu, padahal di dunia nyata itu bisa rumah, bisa pohon, jembatan, jalan, bisa di mana saja. Dan mereka jahil, mungkin saja apa yang di katakan Kimi itu benar bahwa para gentayangan adalah Rewani yang dirasuki oleh para demit. ••• Rewani adalah Roh yang hanya berdiam diri, tidak gentayangan kemana-mana. Jika dia mati karena tertabrak atau apapun penyebab kematiannya maka dia akan mengulang adegan itu terus menerus dan berulang-ulang sampai akhir waktu itu tiba. ••• Saat itu aku dan beberapa teman berencana istirahat jam kerja nanti akan ke rumah teman lainya yang kebetulan rumah nya dekat dengan lokasi kerja kami , kami berencana memasak makan siang kami sendiri, saat itu hari Jum'at beberapa dari mereka pergi ke Mesjid terdekat untuk menjalankan shalat Jum'at. Saat selesai masak aku di tinggal sendirian sama istri temanku, saat itulah, saat aku duduk bermain ponsel ada satu sosok perempuan yang tiba-tiba muncul hanya kepalanya saja, dia mencoba bercanda dan mengajak aku bermain. Dia beberapa kali menyembunyikan kepalanya lalu muncul sembunyi lagi begitu terus hingga aku menegurnya. "Keluar saja aku tidak ingin bermain." Dia tidak bergerak keluar tapi masih saja melakukan hal yang sama, karena ini rumah teman jadi aku abaikan saja, takut ada yang memergoki ku bicara sendirian, meski temanku mengetahui jika aku bisa melihat mereka tetap saja akan merasa aneh jika aku bicara jika ada orang di sekitarku jika tidak terpaksa. Perempuan itu masih mengintip ku, lalu menyembunyikan kepalanya. Padahal sudah aku abaikan. Karena risih aku datangi saja, tapi lagi-lagi dia menghilang padahal bertemu pun belum. Mungkin penunggu di sekitar rumah ini, usianya sekitar 16 tahunan. Oh iya para gentayangan juga banyak di rumah sakit, ada satu kejadian saat aku sakit dan terpaksa pakai Ambulance dari puskesmas menuju rumah sakit. Saat itu aku sendirian terbaring di belakang dengan tabung oksigen, menahan sesak yang luar biasa karena Asmaku kambuh. Hempasan mobil yang laju menembus macetnya jalan membuat aku serasa terbang ke sana sini, aku nggak benar- benar sendirian tapi ada satu sosok mirip poci alias pocong mungkin iya tapi sama sekali gak seperti yang orang-orang ceritakan, sosok ini masih wujud manusia tapi terbungkus kain kapan dan duduk tepat di samping. Sontak nafas ku semakin sesak aku pejamkan mataku meski aku tahu hal itu sia-sia. Berharap tak melihat dan sosok itu pergi Aku tidak peduli bagaimana sakitnya hentakan mobil itu karena kecepatannya yang laju dan aku juga gak peduli hantu itu ada di situ aku hanya perduli semoga aku segera sampai di rumah sakit dan tidak berada di keadaan sekarang. Selama di dalam mobil aku berusaha menyembunyikan ketakutan ku, berpura-pura tak melihat, bahkan aku berusaha tidak membiarkan hantu itu tahu kalo aku menangis karena ketakutan, lagi pula rasa sakit yang ku tahan itu mengalahkan rasa takutku. Sampai di rumah sakit, aku sempat merasa aman tapi tidak dalam beberapa jam kemudian karena ada beberapa para gentayangan yang hanya diam di tiap-tiap sisi di ruangan rumah sakit dan gak ada yang menakutkan wajah mereka cuma pucat dan ada beberapa lebam di wajah mereka. Seolah tahu kalo dilihat, mereka auto balik melihatku. Selain rumah sakit dan kuburan yang menjadi tempat terbanyak yang dihuni oleh para gentayangan, yaitu jalanan. hampir di tiap jalan mereka menempati entah itu di pohon-pohon, bak sampah, bahkan aku pernah menutup mataku di sepanjang jalan hanya untuk tidak melihat mereka. Kebanyakan dari mereka mungkin yang di sebut Rewani, roh yang hanya berdiam di situ dan sengaja menabrakkan diri mereka hingga membuat orang mengalami kecelakaan. "Jangan ngebut yah, pelan-pelan saja." pintaku ke suami yang mengendarai kendaraan roda duanya agak laju. Aku sengaja meminta pelan agar kami tidak jadi korban para gentayangan dan Rewani yang mencari korban untuk menjadikannya salah satu bagian dari mereka. Jadi saat mereka menampakkan diri di jalan aku terus-terusan berdoa semoga Allah melindungi kami selama perjalanan. Percaya tak percaya itu selalu aku lakukan saat aku berada di atas motor bahkan di sepanjang perjalanan kami jika para gentayangan penghuni jalanan itu menampakkan dirinya padaku. Begitu mudah jika tak di tampakkan, walau peka dan hanya merasakan, walau melihat atau mendengarkan buat ku sama saja. Meski ditampakkan dan didengarkan oleh wujud atau bisikkan para gentayangan yang hanya sesekali dan di waktu tertentu, itu tetap saja bikin raga dan jiwa sakit. Berpura-pura tak melihat! Itu tidak berlaku bagiku, bahkan berpura-pura mendengar saja mereka mengetahuinya nya, entah apa yang mereka lihat dari orang-orang sepertiku, seperti kami, apa karena gaib maka mereka dengan mudah mengetahui apa yang kami rasa dan pikirkan. Atau kami adalah bagian dari apa yang kami takutkan. Satu hari aku berkunjung ke rumah teman untuk mengantar bunga, lama tak berkunjung ternyata dia menanam cangkok pohon durian yang tingginya sudah sampai di atap, jadi rumah teman aku di depan nya ada ruko. Pohon durian itu berdiri tepat diantara rumah dan ruko. Tapi bukan itu yang menarik perhatianku melainkan Karena tak sengaja makhluk cukup besar yang berbulu lebat hitam itu menampakkan dirinya sekilas, meski begitu aku tahu dia ada di situ dan jadi penghuni di pohon itu dan aku juga tahu jika dia suka menampakkan dirinya pada anak-anak dan membuat mereka sakit. Dia menghisap energi mereka dan menjadikan sosok itu jadi semakin kuat. Mereka para gentayangan bisa terhubung ke diri itu bukan karena tak ada alasan, pasti ada alasan dan sebab akibat. Jika sampai tak ada maka itu artinya kita adalah yang terpilih dan apapun alasannya kita adalah alasan untuk lebih berhati- hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD