Happy Birthday, Mel!

1022 Words
"Happy Birthday, Mel." Ucap Erlaine gembira. Dia memeluk sepupunya yang hari ini genap berusia 17 tahun, lalu menyerahkan kado yang sudah disiapkannya sejak beberapa waktu yang lalu. "Makasih, Kak." "Iya, sama-sama. Bukalah kadonya dan tebak apa yang aku berikan padamu." Ucap Erlaine antusias. Melody tersenyum mendengar nada antusias Erlaine. Gadis itu membuka kado Erlaine yang diletakkan dalam kotak bewarna pink dengan sebuah hiasan pita dan bunga di atasnya. Tangan Melody menyentuh kotak itu dan membukanya perlahan. Saat ini, Melody tengah menyentuh kado pemberian Erlaine dan seulas senyum mengembang di wajah cantiknya. "Gaun ya?" Tebak Melody yakin saat tangannya bersentuhan dengan kain Chiffon yang lembut. "Seratus buatmu." Ellaine yang melihat kebahagiaan di wajah Melody ikut merasakan kebahagiaan keponakannya itu. Kecelakaan 7 tahun yang lalu bukan hanya merenggut nyawa Stella, tapi juga merenggut penglihatan Melody. Gadis itu menjadi buta dan tidak mau lagi menjalani operasi apapun untuk mengembalikan penglihatannya setelah operasi yang dijalaninya mengalami kegagalan dan nyaris merenggut nyawanya. Awalnya, Melody memang sulit menerima kondisinya dan kenyataan yang menimpa ibunya. Dia juga sering menyalahkan dirinya dan mengurung diri serta tidak mau memberikan respon saat diajak komunikasi. Namun, cinta dan kasih sayang Ellaine, Yoshua serta perhatian dari Erlaine mampu membuat semangat Melody kembali dan perlahan dia menjadi lebih ceria serta terbuka. "Selamat ulang tahun, sayang." Ucap Ellaine lalu mencium kedua pipi Melody dengan penuh kasih. "Makasih mami." "Selamat ulang tahun, Mel." Ucap Yoshua sambil memeluk keponakannya dengan penuh kasih. "Makasih papi." "Nah, kamu kan sudah berhasil menebak kado dari Lanny, sekarang saatnya kamu menebak kado dari mami dan papi." Melody tersenyum mendengar penuturan papinya. "Mami, papi, dan Kak Lanny seharusnya nggak perlu memberikan Melody apapun. Kalian telah memberikan kado terbaik lebih dari apa yang ada di bayangan Melody. Terima kasih sudah memberikan Melody cinta, kasih sayang, dan sebuah keluarga yang hangat untukku." "Papi jadi terharu mendengarmu bicara seperti itu. Bagi kami, kamu juga adalah sebuah anugrah terindah yang pernah kami terima. Tapi, hari ini adalah hari yang spesial, jadi kami ingin memberikan sesuatu yang istimewa untukmu. Ayo, ikut kami." Ucap Yoshua lalu menggandeng tangan Melody dan membimbingnya menuju ruang keluarga. Ellaine dan Erlaine mengikuti langkah keduanya ke ruang keluarga. Yoshua membimbing Melody dan meletakkan tangannya di atas grand piano putih yang sengaja dibelinya untuk ulang tahun Melody yang ke-17. Melody tampak terkejut saat tangannya mengenali Grand Piano impiannya. "Apa ini nggak terlalu berlebihan?" Tanya Melody kaget. "Tentu saja nggak, Mel." Bantah Yoshua tegas. "Ini hadiah yang sangat sesuai untuk pianis berbakat sepertimu." "Tapi, kita sudah punya piano." "Ini milikmu, Mel. Pianis sepertimu layak untuk mendapatkannya." Wajah Melody tampak memerah mendengar pujian Yoshua yang menurutnya agak berlebihan itu. Matanya tampak berkaca-kaca menerima ketulusan om dan tantenya. "Makasih mami, papi, Kak Lanny." Ucap Melody tulus. "Papi, boleh minta tolong membantu Melody duduk di kursinya? Melody ingin memberikan sesuatu untuk kalian." Yoshua dengan sigap membantu Melody duduk. Melody tersenyum dan mengucapkan terima kasih sebelum menekan tuts piano beberapa kali, lalu dengan mantap memainkan dan menyanyikan lagu "Karena Cinta" untuk om dan tantenya yang sudah seperti orang tuanya serta Lanny yang sudah menjadi kakak yang baik baginya. Permainan piano Melody yang indah diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah oleh keluarganya. Seulas senyum mengembang di bibir Melody. "Kak Billie ada di sini?" Tanya Melody yakin. "Kamu memang benar-benar peka ya, Mel." Puji Billie."Hm..kurasa di sini hanya aku yang belum memberikan hadiah padamu." "Nggak perlu, Kak." "Nggak bisa. Kamu harus mau menerimanya. Ini kan hari yang spesial buatmu." Melody tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan menerima hadiahmu." "Anak baik." Ucap Billie lalu mengusap kepala Melody dengan kasih. "Jadi, apa itu?" Tanya Melody sambil tersenyum. Billie memutar bola matanya lalu meraih tangan Melody dan meletakkan hadiahnya di tangan gadis itu. Melody mengerutkan keningnya saat menyentuh kado pemberian Billie. Sementara, Erlaine yang penasaran, telah menjulurkan kepalanya agar bisa melihat kado pemberian Billie dengan lebih jelas. "Huh.. aku kira hadiahnya adalah sebuah cincin pertunangan." Desah Erlaine kecewa, dan langsung mendapatkan pelototan dari kedua orang tuanya. Pipi Melody bersemu merah mendengar ucapan Erlaine itu, sedangkan Billie tampak salah tingkah. "Melody kan baru berusia 17 tahun, Lan. Jalannya masih panjang. Dia masih mau mengejar apa yang menjadi mimpi dan cita-citanya selama ini." Tegur Ellaine. "Tante Ella benar. Bukankah seharusnya kamu yang segera menikah dengan Alfonso? Jadi, kapan Alfonso akan melamarmu?" Goda Billie. Erlaine melotot kesal. "Kenapa jadi membicarakan aku sih? Ini kan hari besarnya Melody. Sudah ah, lanjutin acara tebak hadiahnya saja." Melody tersenyum saat mendengar nada salah tingkah dari kakaknya itu. Lalu, dia menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku nggak tahu ini apa. Sepertinya sebuah kertas." "Kamu benar-benar nggak bisa menebaknya?" Tanya Billie sambil mengangkat alisnya-sedikit merasa kecewa dengan jawaban Melody-. "Ya, aku nggak punya bayangan apapun tentang kadonya. Apa itu voucher?" "Bentuknya memang seperti voucher tapi ini lebih istimewa daripada voucher belanja. Ini tiker konser piano Klasik Jonathan Kuo." "Kak Billie serius? Ini tiket konser piano klasik Jonathan Kuo?" Tanya Melody kaget. "Tentu saja, Mel. Bahkan kita dapat tempat duduk VIP." Ucap Billie bangga. "Kapan?" Tanya Melody antusias. "Nanti malam. Tepat di hari ulang tahunmu. Nanti malam aku akan menjemputmu. Aku boleh mengajak Melody keluar nanti malam kan, Om, Tante?" "Tentu saja boleh." Ucap Ellaine dan Yoshua bersamaan. "Pokoknya jangan lupa dipulangin aja." Canda Erlaine. "Terima kasih banyak Kak Billie. Ini benar-benar kejutan yang indah. Terima kasih juga mami, papi dan Kak Lanny. Melody benar-benar merasa bahagia." Ucap Melody pelan sambil menahan air matanya yang hampir turun karena terharu. "Hari ini menjadi spesial karena kalian yang menjadikannya spesial. Terima kasih untuk kejutan dan hadiahnya. Melody sayang kalian semua." "Kita juga sayang banget sama kamu, Mel." Ucap Erlaine lalu memeluk sepupunya erat. Ellaine, Yoshua dan Billie menatap Melody dengan senyum di wajah mereka. Mereka bisa melihat sinar kebahagiaan di wajah Melody. Perlahan, Ellaine mendekati keponakannya dan putrinya lalu memeluk keduanya dengan erat. "Apa kamu lihat dari atas sana, La? Melody sudah beranjak dewasa. Kondisinya sudah semakin baik. Walaupun dia masih belum bisa melihat, tapi dia perlahan sudah kembali ceria. Dia telah tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan sangat mencintai musik, seperti kamu dan Andrez. Aku harap kamu tenang dan bahagia di atas sana. Nggak perlu lagi mengkhwatirkan Melody karena aku dan Yoshua akan menjaganya." Ucap Ellaine dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD