bc

Melody

book_age16+
13
FOLLOW
1K
READ
revenge
family
HE
curse
drama
bxg
campus
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Lolieta Melody kehilangan 2 hal yang paling berharga dalam kecelakaan yang dialaminya 10 tahun yang lalu, yakni penglihatan dan ibunya. Walaupun demikian, dia tetap tumbuh menjadi seorang gadis yang ceria berkat perhatian keluarga tantenya dan Billie, pria yang telah lama menaruh hati padanya.Namun, pertemuannya dengan Dean Vianno mengubah segalanya. Untuk pertama kalinya, Melody merasakan jatuh cinta pada seorang pria. Sayangnya kebahagiaan yang dirasakan Melody dan Dean tidak bertahan lama, masa lalu kelam Dean telah menyeret hubungan mereka ke ambang jurang kehancuran. Mampukah Dean dan Melody mempertahankan hubungan mereka? Atau, pada akhirnya Melody memaksa Dean untuk keluar dari hidupnya?

chap-preview
Free preview
Prolog
Gadis kecil itu mendesah kesal saat bola yang sedari tadi dipakainya untuk bermain terlempar ke jalan depan rumahnya. Jalan tersebut memang sepi karena gadis kecil itu tinggal di kompleks perumahan. Namun, dia sangat yakin mamanya tidak akan mengijinkannya untuk keluar dan mengambil bola kesayangannya itu. Jadi, Melody, nama gadis kecil itu, memutuskan untuk mengambil bola itu diam-diam. Dia melirik mamanya yang masih asyik mengobrol dengan tantenya, lalu dia mengendap-endap menuju pintu pagar yang sedikit terbuka dan mendorongnya sedikit agar dia bisa keluar. Sekali lagi, dia melirik ke arah mamanya dan menarik nafas lega saat menemukan mamanya masih asyik mengobrol dengan tantenya. Melody menatap bolanya yang ada di tengah jalan. Dia menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada mobil atau motor yang melaju ke arah bolanya. Setelah memastikan kondisi jalan yang sepi dan aman, dia melangkah perlahan ke arah bolanya yang tergeletak di tengah jalan. Dari balik pagar, Stella-mama Melody- tersenyum melihat tingkah laku putrinya itu. "Betapa pintarnya dia." Gumam Stella sambil tersenyum kecil saat mengamati putri kecilnya yang berusaha mengambil bola kesayangannya sendiri. Ellaine-kakak Stella sekaligus tante Melody-tertegun sejenak sebelum akhirnya ikut tersenyum. "Akhirnya aku bisa melihatmu tersenyum lagi, La." Gumam Ellaine. Namun, senyum Stella tidak bertahan lama. Dia melihat bahaya yang mengancam nyawa putrinya. Ketegangan itu terlihat jelas di wajahnya. Ya, mobil itu melaju kelewat kencang di kompleks perumahan seperti ini. Dan, sepertinya pengendara mobil itu tidak berniat untuk memperlambat lajunya, sedangkan Melody ada di sana. Ya, putri kecilnya tepat ada di depan monster itu. Tanpa berpikir panjang lagi, Stella segera berlari ke arah Melody. "STELLA." Jerit Ellaine tertahan saat melihat bagaimana Melody menjerit saat mobil itu mendekat dan adiknya langsung mendorong Melody menjauh sementara dirinya sendiri sudah tidak sempat menyelamatkan diri. Ellaine serasa hampir pingsan saat melihat bagaimana tubuh adiknya terlontar dan jatuh kembali ke tanah. Dia segera berlari ke arah adiknya, sementara mobil terkutuk itu telah melarikan diri. "STELLA" Jerit Ellaine saat melihat tubuh Stella yang penuh darah. Dia menoleh ke arah keponakannya dan melihat bahwa kondisi keponakannya juga tidak jauh lebih baik daripada adiknya. Darah segar mengalir dari kepala Melody. "MELODY" Jerit Ellaine panik. Air mata Ellaine bercucuran dengan deras. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri, karena dia sangat tahu, panik hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi lebih rumit. Dia harus segera membawa keduanya ke rumah sakit. Ya, benar, itulah hal terpenting yang harus dilakukannya saat ini. Dengan langkah tergesa-gesa separuh berlari, Ellaine berlari ke dalam rumah adiknya dan segera menelpon ambulans. Lalu, dengan tangan gemetar, dia menelpon suaminya, Yoshua. "Halo.." "Sayang..hm.. hmm.." "Ellaine? Ini kamu, sayang?" Tanya Yoshua yang bingung dengan suara bergetar istrinya. Tidak biasanya Ellaine menelponnya dengan suara seperti itu. Kecemasan merambati hati Yoshua. Firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk telah terjadi pada istrinya."Ada apa? Kamu di mana?" "Stella.. Melody..."Ucap Ellaine terbata-bata sambil sesegukkan. "Andrez ada di sana? Dia berusaha mengambil Melody?" Ellaine menggelengkan kepalanya kuat walaupun suaminya tidak bisa melihat gelengan kepalanya. Seandainya saja Andrez yang datang ke sini dan berbuat ulah tentu dia nggak akan sekalut ini. Tapi, saat dia mendengar suaminya menyebut nama mantan adik iparnya, membuatnya sadar bahwa Andrez berhak tahu apa yang baru saja menimpa mantan istri dan putri bungsunya. "Kamu di rumah Stella? Aku akan segera ke sana. Kamu tunggu saja di sana." "Andrez.. Apakah kamu bisa membantuku untuk menghubunginya?" "Dia tidak di sana? Dia tidak berusaha mengambil Melody dari Stella?" Tanya Yoshua bingung. Saat mendengar suara Ellaine yang agak panik, dia menduga bahwa Andrez datang untuk mengambil Melody secara paksa dari Stella, seperti yang pernah dilakukannya saat pengadilan memutuskan untuk memberikan hak asuh Melody dan Violine pada Stella. Violine akhirnya memutuskan untuk ikut ayahnya dengan harapan papa dan mamanya tidak lagi bertengkar dan menarik-narik dia dan Melody. Suara ambulans yang mendekat menyadarkan Ellaine bahwa dia harus menemui petugas dan ikut ke rumah sakit. Suara itu juga didengar oleh Yoshua. "Ada yang sakit?" "Stella dan Melody mengalami kecelakaan." Kekakuan mulutnya akhirnya mencair. Kesadaran bahwa dia harus tegar dan kuat membuatnya lebih tegar dan berusaha untuk menstabilkan emosi dan suaranya agar Yoshua dapat memahami apa yang sedang terjadi di waktu yang sempit ini. "Aku mengerti. Aku akan menemui Andrez. Nanti kabari aku bagaimana kondisi Stella dan Melody serta katakan kamu berada di rumah sakit mana. Jangan panik." Ellaine tersenyum mendengar nasihat suaminya. "Aku sudah lebih baik kurasa. Aku tutup dulu ya telponnya. Aku akan menemui petugas dan ikut ke rumah sakit. Sampai jumpa." "Sampai jumpa, sayang." Yoshua segera mencari nama Andrez di kontak ponselnya. Ditekannya tombol hijau berharap dia segera mendengar suara Andrez. Namun, bukannya mendengar suara Andrez, dia malah mendengar suara operator. Yoshua menghela nafas panjang. Akhirnya, dia menelpon kantor Andrez, namun tidak ada yang mengangkat panggilannya. "Di mana si b******k itu?" Maki Yoshua kesal. Pria itu bergegas menuju parkiran mobil dan segera melajukan mobilnya menuju ke kantor Andrez. Dia tercengang saat mendapati kantor Andrez tutup. Tidak biasanya Andrez menutup tempat kursus musik miliknya. Matanya memincing untuk melihat kertas kecil yang sudah agak lusuh tertempel di pintu. TUTUP Yoshua mengernyitkan dahinya. Jika dilihat dari kondiri kertas yang sudah lusuh itu, sepertinya Andrez sudah lama menutup tempat kursus ini. Apakah dia menutupnya begitu keputusan pengadilan keluar atas perceraiannya dengan Stella? Ponselnya yang berbunyi membuatnya tersadar. Ellaine. "Dengan suami Nyonya Ellaine?" Dahi Yoshua berkerut. Dia menjauhkan ponsel untuk memastikan bahwa matanya tadi tidak salah lihat, yang menelpon memang istrinya. Tapi kenapa yang mengajaknya bicara bukan Ellaine? "Istri Bapak pingsan di rumah sakit. Sepertinya dia shock karena pasien yang datang bersama beliau meninggal dunia sedangkan putrinya dalam kondisi yang kritis. Maaf kalau saya lancang mencari ponsel istri bapak." Jelas perawat seolah bisa membaca isi hati Yoshua. "Saya akan segera ke sana. Bisa katakan dia ada di rumah sakit mana?" "Rumah Sakit Harapan Bangsa, Pak." "Baik. Saya menuju ke sana sekarang juga. Tolong berikan perawatan terbaik untuk istri dan keponakan saya." "Baik, Pak." Yoshua segera berlari menuju mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.1K
bc

My Secret Little Wife

read
96.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook