Dua orang lelaki berpakaian jas hitam lengkap berjalan masuk membawa seorang laki-laki yang terlihat ketakutan, lelaki itu terlihat lusuh, wajahnya terluka di beberapa bagian akibat pukulan yang cukup keras hingga mengakibatkan darah segar mengalir dari kepala dan luka-luka di wajahnya. Luka-luka di tubuhnya pun terlihat sama parahnya dengan luka yang terdapat di wajahnya.
“Lu-Lucas.. ma-maafkan aku.. itu adalah ide dari Paul.. a-aku sama sekali tidak mengetahuinya..” lelaki yang terluka itu langsung berlutut ketika di lepaskan memohon ampunan kepada lelaki berwajah dingin yang sedang duduk di kursi di hadapannya.
“Boss..” Darrius yang merupakan tangan kanan Lucas memberikan tablet berisi fakta-fakta yang dilakukan oleh lelaki itu.
Lucas menerima tablet yang diberikan oleh Darrius dan men-swipenya untuk melihat bukti-bukti apa yang telah dilakukan oleh lelaki yang ada di depannya ini, sampai dia merasa yakin. Mata coklat dalamnya menatap dingin ke arah lelaki yang sedang berlutut di hadapannya ini. “Tapi fakta berbicara berbeda dari yang kau katakan Sergei!” ucap Lucas dengan nada dingin.
“Itu semua bohong, Lucas.. a-aku ti-tidak pernah melakukan itu..” ucap lelaki bernama Sergei itu tergagap, darah di kepalanya masih terus mengalir dan itu membuatnya semakin sulit untuk fokus pada pembelaan dirinya.
Lucas lebih percaya kepada apa yang diinformasikan oleh Darrius Rybakov, tangan kanannya itu sudah bersama dengannya selama 15 tahun lebih, sejak dia masih dalam masa pelatihan. Darrius selalu berhati-hati dalam memberikan informasi dengan memeriksa setiap detailnya. “Kau tahu berapa keluarga yang hancur karena kau melakukan bisnis ini?” tanya Lucas tanpa melepaskan tatapan tajamnya ke arah Sergei.
“I-iya.. a-aku tidak akan melakukannya lagi, Lucas.. beri aku kesempatan—”
“Lalu bagaimana dengan mereka yang menjadi korbanmu? Apa mereka memiliki kesempatan?! Unfortunately, tidak.. kau tidak memberikan mereka kesempatan.” potong Lucas.
Lucas mengembalikan tabletnya kepada Darrius, “Apa yang harus aku lakukan, Boss?” tanya Darrius.
“Yang dapat memberikan pelajaran kepada orang-orang itu, agar tidak melakukannya lagi.. Khususnya jika mereka berhadapan dengan keluarga Absyach Kruzkov.” ucap Lucas dengan wajah dingin lalu dia bangkit dari duduknya.
“T-tidak…Lucas, maafkan aku.. beri a-aku kesempatan..Lucas.. Lucaaas” teriak Sergei.
Zeepth!
Tubuh Sergei terkapar dengan kepala yang berlumuruan darah akibat peluru dari senjata api berteknologi tinggi yang kini bersarang di kepalanya. Ruangan gelap itu kini kembali sunyi.
Lucas berjalan pergi tidak peduli dengan kejadian yang baru saja terjadi di hadapannya. Dirinya sudah terlatih untuk tidak memiliki empati kepada orang-orang seperti Sergei.
Dia adalah Lucas Absyach Kruzkov, di umurnya yang baru menginjak 28 tahun sudah melihat banyak kematian terjadi di dalam hidupnya.
===
Sementara di waktu yang sama namun tempat yang berbeda, malam terasa begitu penuh dengan ketenangan dengan bintang-bintang yang bersinar terang.
“Mommy sudah menyiapkan semuanya di sini ya, Rea. Kalau nanti kamu masih butuh sesuatu katakan saja pada Mommy.” ucap Vanessa Rosewood.
Aku hanya mengangguk dan tidak melepaskan mataku dari buku catatan yang saat ini ada di hadapanku.
“Andrea Arabella Rosewood..” ucap Vanessa Rosewood dengan nada tinggi ketika tidak mendapatkan jawaban dariku.
“Yes Mommy.. aku sudah dengar kok..” ucapku.
“Habis kebiasaan sih.. menjawab hanya pakai kode begitu”
“Aku kan lagi mencatat Mom.. kalau nggak di catat nanti yang ada di kepalaku ini hilang semua.. Akh.. akhirnya selesai juga..”
Vanessa mendekati meja Andrea dan mengambil buku catatannya. “Apa ini.. Mommy pikir kamu mencatat semua yang Mommy bilang tadi.. ternyata malah mencatat formula-formula yang ngga jelas itu!” ucap Vanessa Rosewood kesal.
“Ngga jelas gimana sih Mom, formula inilah yang membuat aku mendapatkan Beasiswa sekaligus dapat menolong orang banyak loh.” ucap Andrea dengan nada bangga.
“Hh.. ya sudah sepertinya percuma juga kalau Mommy ulang lagi penjelasannya. Sekarang kamu tidur saja. Besok pesawatnya pagi-pagi kan, jangan sampai terlambat.”
“Okay, Mom..” jawab Andrea sekenanya.
“Okay apa?” tanya Vanessa Rosewood.
Andrea diam berpikir sebentar “Okay tidur kan?” ucap Andrea dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya.
“Dasar.. kamu selalu bikin Mommy gemes aja deh. Mommy jadi khawatir kamu jauh dari Mommy, apa bisa urus diri sendiri?!”
“Ya ampuuun.. Andrea itu sudah besar Mom, sudah 21 tahun. Jadi Mommy nggak usah khawatir ya.. lagi pula di sanakan ada Kalya, Mom.” ucap Andrea, sengaja dia menyebutkan nama sahabat kecilnya yang sudah pindah ke kota Cardiffandia setelah lulus SMA dan berkuliah di sana, kota yang akan menjadi tempat dia belajar melanjutkan master degreenya.
“Iya Mommy juga bersyukur ada Kalya di sana..” ada ekspresi tenang di wajahnya “Baiklah.. selamat tidur sayang.” ucap Vanessa Rosewood sambil berjalan keluar kamar.
“Selamat tidur, Mom..” ucap Andrea. Ketika pintu sudah di tutup barulah Andrea merasa tenang dan sepi. Mungkin hari-hari selama dua tahun ke depan akan seperti ini rasanya. Dia akan sendirian dan akan merasakan ketenangan dan kesepian seperti ini. Pikirnya.
===
Andrea melangkahkan kakinya dengan cepat menuju pintu keluar bandara, saat ini dia sudah sampai di Cardiffandia. Sahabatnya, Kalya Davis, masih memiliki kelas kuliah, namun sudah mengirimkan kendaraan untuk menjemputnya di bandara.
“Really Sorry ya Rea, aku masih ada kelas malam ini. Tapi aku sudah mengirimkan supir untuk menjemputmu.” ucap Kalya melalui sambungan telepon
“It’s Okay Kal, kuliah yang bener ya anak baik. Biar cepet lulus seperti aku.” canda Andrea, Kalya saat ini berada di tingkat empat menyelesaikan pendidikan strata satunya.
“Ish.. sombong banget sih, Rea. Yang normal tuh seperti aku, kau saja yang kecepetan lulusannya.” ucap Kayla dengan nada manja.
Andrea tertawa “Jadi mobil apa yang akan menjemputku?” tanya Andrea
“Mobil SUV hitam ya, Rea. Nomor platnya RV 58 KWG, itu supir keluarga kok yang jemput jadi aman. Dia juga sudah tahu dimana apartemen yang sudah kau sewa ini.”
“Siap Nona Davis..” sahutku lalu menutup sambungan telepon.
Andrea memperhatikan orang yang berjalan dan membuang sampah plastik.
Hmm.. jika di gasifikasi dengan menambah beberapa campuran kimia akan dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, tapi jika di campur dengan ….
Sepanjang perjalanan menuju pintu keluar otaknya terus berputar, ketika melihat mobil SUV hitam yang terparkir di depan dengan cepat dia berjalan dan memberikan kopernya kepada lelaki yang menggunakan pakaian jas lengkap yang berdiri di depannya. Andrea tertawa geli melihat lelaki yang terlihat rapi itu, benar-benar supir keluarga Davis yang terpandang.
“Tolong letakan di bagasi saja ya..” ucap Andrea memberikan kopernya kepada lelaki itu lalu membuka pintu penumpang belakang, memasuki mobil, memasang safety belt dan duduk dengan manis. Kemudian memandang kosong ke arah luar jendela, otaknya masih memikirkan berbagai macam kemungkinan yang dapat dia lakukan dengan bahan-bahan plastik itu. Bandara malam ini terlihat ramai. Khususnya beberapa pesawat mendarat bersamaan sehingga penumpang banyak berseliweran.
“Siapa kau?” suara bariton dalam mengganggunya.
Andrea menoleh ke arah suara bariton itu, keningnya berkerut “Kau siapa?” tanya Andrea bingung. Tidak jauh darinya duduk seorang lelaki bermata coklat gelap dan tajam dengan garis rahang yang kuat.
“Nona.. aku yang bertanya lebih dulu kepadamu.” jawab lelaki itu tidak sabar.
“Well.. ini bukan kompetisi jadi aku tidak peduli siapa yang duluan bertanya. Aku tidak akan menyebutkan namaku kepada orang asing. Jadi siapa kau?” ucap Andrea tidak mau mengalah.
===
POV Lucas Absyach Kruzkov
Wanita ini sangat mengganggunya, baru kali ini ada wanita yang berani menatapnya dengan sorotan mata seperti dia.
Aku sudah ingin mengatakan sesuatu namun Darrius menurunkan sekat pembatas yang memisahkan ruang antara bagian pengemudi dengan kursi penumpang, Aaron pun mulai mengemudikan mobilnya “Ada yang mengikuti, Boss.. kita harus segera berangkat,” ucap Darrius kepadanya lalu menoleh kepada wanita di sampingnya “Siapa kau?” tanya Darrius yang terlihat bingung. Wanita itu hanya terdiam menatap balik ke arah Darrius.
Aku mendengus kesal, bagaimana mungkin mereka tidak melakukan penjagaan dengan ketat hingga ada seorang gadis kecil seperti dia masuk ke dalam mobilku.
“Apakah aku salah naik mobil?” gumam wanita itu akhirnya menyadari kesalahannya, lalu dia menoleh ke arahku “Mau kemana mobil ini? Apakah bisa berhenti di depan?” tanyanya mulai panik.
Lucas memandang tajam ke arah wanita itu “Kau pikir ini taxi?! Bisa seenaknya saja berhenti dimana kau mau!” ucap Lucas dengan nada kesal, mobil ini melaju dengan kencang menghindari beberapa mobil yang mengejar di belakangnya. Kejar-kejaran pun tidak dapat dihindari, entah siapa yang membocorkan rencananya hingga bisa terjadi hal seperti ini. Wanita di sampingnya ini sesekali berteriak ketakutan dengan berpegangan kencang pada hand grip. Lucas ingin tertawa rasanya melihat kelakuan wanita di sampingnya ini. Benar-benar hiburan baginya di tengah situasi seperti ini.
Mobil itu mendadak menghentikan lajunya dengan hentakan yang cukup keras, sehingga membuat safety belt terlepas dan wanita di sampingnya terpental ke dirinya. Wanita itu memeluknya erat sambil berteriak histeris. Darrius bergerak cepat membuka pintu mobil, “Keluar dan pergilah, Boss.. biarkan kami yang mengurus mereka.” ucap Darrius. Lucas keluar dari dalam mobil melihat ada dua mobil yang berhenti di depan mobilnya yang kini terparkir asal dan miring. Dua mobil yang mengejar di belakangnya pun berhenti tepat dekat mobilnya. Sehingga mobilnya kini tidak bisa bergerak maju ataupun mundur. Sekitar 8 orang lelaki keluar dari dua mobil di depannya dan jumlah yang sama dari mobil yang berada di belakangnya. Sementara di sisinya hanya ada Darrius dan Aaron yang mengemudikan mobilnya dan merupakan orang kepercayaannya selain Darrius. Lucas memandang waspada kepada orang-orang itu, di sebelahnya wanita yang tingginya dibawah bahunya ini terus memeluk erat tangannya dan bergetar ketakutan. “Kita hadapi bersama, Darrius.. Aaron..” ucap Lucas.
“Tapi Boss—” ucap Darrius dan Aaron bersamaan, ucapan mereka terhenti dengan tangan Lucas yang mengangkat.
Darrius dan Aaron pun bersiap diri, para lelaki itu semakin mendekati mereka dengan membawa alat-alat pemukul, sementara mereka bertiga sepertinya harus menghadapi dengan tangan kosong. Walau Darrius dan Aaron selalu siap dengan senjata api laras pendek, namun tidak akan mereka gunakan sembarangan agar tidak terlalu menarik perhatian publik.
Para lelaki itu mulai menyerang, Darrius dan Aaron dengan lugas menghindar dan menyerang balik, beberapa lelaki itu berhasil dikalahkan dan terkapar di tanah.
Sementara Lucas harus bergerak menyeimbangi tangan kencang yang mendekapnya erat, “Apakah kau bisa melepaskan tanganmu?!” ucap Lucas kesal, karena wanita itu malah mendekap lengannya lebih erat. Sementara dia harus melawan beberapa orang yang berusaha menyerangnya, walaupun baginya mudah melawan lelaki-lelaki yang hanya mengandalkan otot saja untuk menyerang itu. Dengan tangan satu yang bergerak bebas saja dia bisa melawan, ini adalah hasil pelatihan dirinya selama 15 tahun, dengan kondisi yang bahkan lebih berat dari kondisinya saat ini.
“Tidak mau, aku takut.. Bagaimana jika kau meninggalkan aku?! kau yang membawaku kesini maka kau yang harus bertanggung jawab.” ucap wanita itu di tengah-tengah aksinya.
Aku yang membawanya?! Wanita ini benar-benar mengesalkan, dia yang salah masuk mobil! Pikirku kesal. Sebenarnya bisa saja dia menyentak kasar wanita ini, tapi dia diajarkan oleh ibunya untuk tidak memperlakukan wanita seenaknya, apalagi kasar.
Beberapa mobil datang lagi dari arah belakang mobilnya, mungkin akan ada puluhan orang di dalamnya. Ini gila! Walau Darrius, Aaron dan aku dapat mengalahkan orang yang menyerang, namun kami pasti akan kehabisan tenaga jika melawan puluhan orang itu.
Darrius, Aaron dan Lucas terdiam memandang orang-orang yang baru saja datang. Nafas kami menderu, tubuh kami berkeringat, beberapa sayatan luka dan memar terdapat di tangan kami.
Wanita di sampingnya tiba-tiba berjalan lalu mengambil sesuatu dari tasnya dan berjalan ke arah dua mobil yang terparkir di depannya, terdiam sejenak lalu merakit sesuatu. Kemudian dia berlari ke arahku, “Segera masuk ke dalam mobil!” teriak wanita itu sambil menarik tanganku, Darrius dan Aaron pun dengan cepat memasuki mobil menuruti permintaan wanita itu. “Nyalakan mesinnya!” ucap wanita itu, dengan patuh Aaron menyalakan mesinnya. Dalam hitungan detik dua mobil di depannya meledak, dengan ledakan yang mampu membuat dua mobil itu terpental ke samping sehingga terdapat akses bagi mobilnya. “Jalan sekarang!” teriak wanita itu.
Aaron dengan patuh mengemudikan mobilnya melaju dengan cepat meninggalkan ledakan yang ada di belakang, sebelum mobil-mobil di belakang menyusulnya ledakan berikutnya terjadi sehingga menghalangi mereka untuk mengejar mobilnya.
“Akh.. syukurlah..” ucap wanita itu kini bernafas dengan lega.
Lucas menatap dalam wanita di sampingnya ini. Bagaimana wanita kecil ini bisa dengan mudahnya membuat perasaannya naik turun, di awal bertemu membuat dia kesal, lalu ingin tertawa melihat ketakutannya tadi namun menit berikutnya dapat membuatnya tercenggang dengan kemampuannya merakit sesuatu untuk di ledakan tadi. Siapa dia?!