BAB 13_JANGAN MENGGODA, DEK!

1000 Words
"Kenapa kau datang sekarang, Aderald? Aku takut cucumu mencurigai kita, " ucap Luna setelah mundur, menjaga jarak. "Maafkan aku, My Angel. Aku sangat was-was. Banyak hal tentangmu yang aku pikirkan, " ucap Aderald lembut. Luna terdiam. "Atas nama Nindi, cucuku. Maafkan dia. Dia hanya gadis d***u yang tak mengerti ajaranku, " lanjut Aderald. Terlihat mata Luna menyipit pertanda ia sedang tersenyum. "Lain kali, kau harus menjaga ucapan dan perilaku denganku. Aku tak ingin, Yudha mengira yang tidak-tidak. Aaah aku juga yang salah, harusnya aku menghubungimu besok! Aku lupa, walaupun kau tua, kau penuh dengan stamina," ujar Luna yang membuat Aderald tersipu malu. "Sebuah kehormatan bila kau membutuhkanku, My Angel." Luna mengangguk takzim pada laki-laki berumur di depannya itu. Tak ada sedikit pun rasa khawatir dalam diri Luna untuk Aderald. "Gerangan apakah My Angel memintaku datang? " tanya Aderald. Luna menghela nafasnya. "Aku ingin menanyakan tentang simbol Eville yang terbaru. Semenjak Avraam, ayahnya meninggal, dia mengganti semua sistem mereka. Mafia itu bahkan lebih kejam dari iblis." Aderald menelan ludahnya. Hatinya bertalu-talu bahkan hanya mendengar nama Eville. Ia punya kenangan buruk. Bekas luka yang begitu besar di punggungnya adalah jejak kekejaman laki-laki yang memiliki lidah bercabang itu. "Kkkenapa My Angel membahas dia? Bukankah kita keluar dari dunia itu, termasuk untuk menjauhi manusia iblis itu?" tanya Aderald terbata. "Aku mengerti ketakutanmu, Aderald. Aku bahkan setiap malam masih takut memejamkan mata. Sebab setiap kali aku terlelap, wajah beringasnya muncul di hadapanku! " "Maafkan aku My Angel. Kau tahu, nyawaku siap kuberikan untuk melindungimu, " ucap Aderald membusungkan d**a. Luna mendekati Aderald. Perlahan, ia sedikit berbisik. "Apakah matahari bertanduk iblis itu simbol terbaru Eville? Hari ini aku menemukannya ketika pembawa simbol itu mencoba untuk menjebak Yudha." Aderald menelan ludahnya yang terasa pahit. Ia menghela nafasnya berat seiring Luna yang mundur. Mata bulat wanita itu menanti jawabannya. Luna mengangkat alisnya memberi isyarat. Aderald mengangguk. Benar. Itu adalah simbol Eville yang terbaru. Aderald mendapatkan informasi itu tak lama setelah Avraam meninggal. Mereka berdua dulunya adalah sahabat baik meskipun sering bersaing menjadi bandar n*****a. Tapi sifat Eville jauh berbeda dengan ayahnya. Laki-laki itu terlalu kejam bahkan ia sengaja memodifikasi beberapa anggota tubuhnya untuk menambah rasa takut musuhnya. Eville membuat tanduk di kepalanya dan membelah lidahnya seperti lidah ular dengan operasi bedah. "Bbbagaaimana Eville bisa menemukanmu, My Angel?" Luna membuang wajahnya. "Apa kau yakin? " tanya Luna. "Iya. Pastikan saja pada Gaston yang sering di lapangan. Kalau Marimar, sepertinya dia tak tahu. Tapi kalau kau ingin lebih yakin, tanyakan pada The Lord. Sahabat masa kecilmu itu banyak tahu. " "Kebetulan Marimar sudah menjadwalkan pertemuanku dengannya 2 hari lagi, " jawab Luna. Kedua manusia beda usia itu diam untuk sejenak. Sibuk dalam pikiran masing-masing. Teh yang disuguhkan Jono menguapkan hangatnya. Sekarang sudah menjadi dingin persis seperti tatapan kosong wanita bercadar itu. "Aku sudah menutup wajah ini. Mengapa ia masih bisa menemukanku, Aderald? " Laki-laki tua itu sedikit pucat. Pasalnya, ini akan berkaitan dengan Yudha, cucu yang paling teratas di hatinya. "Wajah ini kutukan. Karena wajah ini, kehormatanku hampir ternoda. Karena wajah ini, aku hampir dijodohkan tanpa persetujuan. Seperti jual beli. Aku bahkan tak memiliki hak atas tubuhku. Andai momi deddy masih ada, entah bagaimana nasibku menjadi pemuas nafsu manusia setan itu! " "Cukup, My Angel! Kau tak perlu khawatir. Aku akan melindungimu. Apa perlu rumah ini dijaga oleh 10 bodyguard? Keselamatanmu yang utama, " ujar Aderald mencoba menguatkan Luna. Ia tahu betul, gadis itu sangat trauma ketika Eville mencoba memperkosanya. Hanya Aderald yang tahu, siapa di balik tragedi itu. 'Andai kau tahu, orang yang membuka pintu untuk iblis itu. Kau pasti menyesal telah dilahirkan! ' Hati Aderald bergumam. Luna menggeleng. "Aku akan mempersiapkan diriku. Kau tenang saja. Percaya padaku, " ujar Luna. Aderald hanya diam, menunduk, menatap tangannya sendiri yang di atas meja kayu itu. Meja bulat dengan 2 kursi langsung disiapkan oleh Jono dan Jene yang sempat membuat Sayudha terbingung-bingung. "Waktunya kau pulang, Aderald. Jagalah kesehatanmu. Aku sangat mengandalkanmu, " ujar Luna. Laki-laki tua itu mengangguk dan bangkit. Badannya akan membungkuk namun Luna segera mencegahnya. "Aku adalah menantu di keluarga ini. Bagaimana kau bisa membungkuk untukku? Berhentilah. " Aderald memegang dadanya sedikit mengangguk. "Aku titipkan Yudha padamu, My Angel." "Kau tak perlu mengkhawatirkannya. Dia aman bersamaku, " jawab Luna. Wanita itu mengikuti Aderald menuju pintu dan mengantarnya sampai ke mobil. Ia tersenyum melihat suaminya di pojokan sedang mengintip. Yudha pun menemaninya mengantar Aderald keluar rumah. Luna kembali tersenyum melihat ekspresi suaminya yang melihat pintu rumahnya dibobol oleh kakeknya sendiri. "Tolong bimbingan cucuku yang bodoh ini ya, Lllluna, " ujar Aderald sedikit gugup ketika memanggil bossnya dengan nama panggilannya. "Baik, Kek! " jawab Luna mantap yang membuat Aderald terkekeh senang. Mobil mewah laki-laki itu pun melanju dan menghilang. Tanpa melihat suaminya, Luna kembali masuk rumah. Meski terlihat hilang akal, Yudha mengejar istrinya. "Apa yang kau bicarakan tadi dengan Kakek? " tanya Yudha penasaran. "Mau tahu aja, Mas, " jawab Luna makin berjalan dengan cepat. "Jangan buat aku penasaran, Dek!! " teriak Yudha. Luna berhenti. "Dia mengatakan padaku bahwa kau cucunya yang paling bodoh, paling sok gaya, paling sok tampan, paling paling palinglah!" Luna menutup mulutnya menahan tawa melihat ekspresi suaminya yang melongo serius mendengar ucapannya. "Aku serius, Dek!" "Aku juga serius. Dia memintaku memaafkan Nindi, adikmu. Itu saja. Selebihnya hanya basa basi lelaki tua. Intinya, aku harus sabar menemanimu, " papar Luna. "Kenapa harus pakai bahasa lain? Aku tahu, itu bahasa Rusia. Kau bisa bahasa itu darimana, Dek? " "Belajar dong, " jawab Luna santai. Yudha masih diam menatap istrinya itu. Linglung. "Oh iya, satu lagi! Dia memintaku pindah kamar dekat kamar utama. Kalau ada yang berani mengganggu kamarku itu, kakekmu akan siap-siap menghancurkan pintu lagi! " Kali ini Luna tak tahan menahan gelak tawanya. "Awas lo, dari tadi diajak bicara serius. Awas saja kalau bohong! Dosa kalau kamu mainin suami gini! Mending main yang lain kan enak, " cerocos Yudha meneguk air mineral di atas meja depan kamar Luna. Kali ini mereka berdua duduk di sana. "Main apaan yang enak emang, Mas? " goda Luna mencoba mengalihkan pikiran Yudha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD