Aleksei mengernyitkan dahi heran.
"Aku sekarang menjadi wanita muslim. Dalam ajarannya, tak boleh ada sentuhan antar lawan jenis yang bukan mahrom, " jelas Luna.
Aleksei mengangkat matanya seolah tak percaya dengan yang sedang ia dengar.
"Aku serius. Bukan main-main, " jawab Luna.
"Okey. Tapi bagaimana ini terjadi begitu cepat? Tahun lalu aku masih melihat rambut indahmu dan kulit putih leher jenjang itu, " ucap Aleksei mendekat.
Luna mundur. Pemuda itu berhenti. Ia tahu, wanita di depannya ini tak pernah bercanda.
"Tak usah bahas tentang aku. Pertemuan ini untuk menanyakan padamu, kenapa kau membunuh 2 anak buahku saat mengantarkan senjata untukmu?! "
Luna menatap sahabat kecilnya itu lekat-lekat.
"Ooh iya. Sebab mereka adalah pengkhianat! " jawab Aleksei.
"Maksudmu? "
"Mereka mengatakan kau akan keluar dari dunia mafia. Kau akan menikah. Lalu mereka memintai bayaran atas informasi itu. Aku bayar dengan dua tembakan di d**a. Duuuuuaaar...!!"
Aleksei memperaktikan caranya menembak dengan tangannya.
"Lalu mereka mati. Wusssshhh!!! " lanjut Aleksei meniup jari-jarinya.
Luna terdiam melihat tingkah mengerikan Aleksei.
"Sekarang jawab aku, apakah benar yang kudengar itu?" tanya Aleksei menatap Luna.
Masih dalam diam di antar keduanya, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar.
"Hey! Keluar kau ! Bayar sekarang atau keluar dari tempat ini! Sudah 3 bulan menunggak! Masih punya nyali tetap tinggal di sini!"
Luna terkesiap.
"Siapa dia? " tanya Luna menyibak tirai kaca jendela.
Tampak wanita gendut dengan daster motif macan sedang berkacak pinggang di depan teras kamar itu.
"Ibu kos, " jawab Aleksei santai.
"Apa kau sudah gila? Membuat gajah itu mengamuk di sini?! Kenapa kau tak bayar tempat tinggal jelek ini?! "
"Aku sedang menikmati sensasi menjadi pemuda bebas seperti ini. Rasanya menyenangkan menjadi orang tak punya uang lalu ditagih begini. Hahahhaha! "
"Sinting! " umpat Luna membuka pintu lalu melemparkan lembaran-lembaran uang dari tasnya.
Segera ia menutup pintu kamar itu.
Aleksei kembali tertawa.
Luna melihat wanita gendut itu membelalak kaget melihat banyak uang berhamburan di teras itu. Dengan sumringah, dia memungut uang-uang itu.
"Lihatlah, bagaimana manusia haus akan uang. Langsung lupa diri, sudah lupa pula bahwa barusan ia sedang marah. Seketika menguap begitu saja."
Aleksei mengangguk.
"Aku sengaja tinggal di sini, untuk lebih mudah memonitor kerja anak buahku. Kami sedang ada pencucian uang para pejabat yang takut ketahuan telah korupsi. Negara benar-benar terancam rugi. Kau tahu, aku sangat bosan berurusan dengan uang! Hahahahaa! " tawanya lagi.
"Yang penting kau berhati-hati. Jangan sampai polisi menangkapmu, " tegur Luna.
Aleksei mencebik.
"Selagi mereka masih haus uang, semua masih bisa diatur, " jawab pemuda bertindik itu.
Luna teringat sesuatu.
"Aleksei, katakan sejujurnya, apa simbol baru Eville sekarang?"
Aleksei kaget. Ia merasa sangat malas membahas manusia iblis itu. Bola matanya berputar, enggan.
"Apakah matahari yang bertanduk? " lanjut Luna lagi.
Aleksei tak mampu menyembunyikan keterkejutannya.
"Bagaimana kau bisa tahu? "
"Aku bertemu dengan salah satu anak buahnya, " jawab Luna.
Pemuda yang memiliki hidung tajam lancip menghampiri Luna. Mata elangnya menatap lekat. Luna membuang wajah.
"Jangan pernah kau berurusan dengan iblis itu. Aku tak ingin peristiwa mengerikan itu terulang kembali, " lirih Aleksei.
Luna menggeleng.
"Laki-laki itu menjebak suamiku untuk membunuh. Untung aku bisa menggagalkan rencananya. "
Wajah Aleksei tiba-tiba menjadi merah, tampak redup.
"Apa katamu tadi? Suami?"
Tak ada respon dari wanita di depannya itu.
"Jadi yang dikatakan kedua laki-laki yang telah kubunuh itu benar? "
Hanya sekali anggukan dari Luna, tembok yang di belakang gadis itu bergetar karena dihantam oleh tangan kekar Aleksei.
"Kau tahu, aku membunuh mereka karena aku marah dan tak terima! Sudah ribuan kali kukatakan bahwa aku sangat mencintaimu! Apa kau tuli?! "
Ddduuuaaaar!!!
Lemari plastik dalam ruangan itu hancur berkeping-keping karena tendangan kaki Aleksei.
"Sekarang, katakan padaku, apa kelebihan laki-laki itu? Mafia mana dia? Gengster mana?! "
Luna membelakangi Aleksei.
"Dia hanya laki-laki biasa. Tak sehebat kau. Aku sudah katakan pula berulang kali, aku berhenti di dunia itu Aleksei. Aku ingin menjadi wanita hidup normal. Tak ada transaksi hitam. Aku ingin memiliki rumah tangga yang murni. Punya anak. Membesarkan mereka lalu nanti saat aku tua, aku melihat mereka berkumpul bersama cucu-cucuku. Membayangkan saja, cukup membuatku bahagia! " seru Luna.
"Hentikan!!"
Lagi-lagi helm di sampingnya menjadi sasaran kemarahan pemuda itu. Benda itu membentur keras di lantai yang menyebabkan kacanya hancur berantakan.
"Jangan begitu, simpan tenagamu. Ada banyak hal yang harus kau selesaikan. Aku pamit. Jaga dirimu, " ucap Luna dingin.
"Angel!! Tunggu!! Please... Kamu tahu aku sangat mencintaimu sejak kita masih remaja?! Bahkan sebelum aku tahu, perasaan itu bernama cinta. Angel!! Dengarkan aku!! "
Aleksei mengejar Luna sampai ke luar. Sekilas tatapan aneh penghuni kos lain membuatnya berhenti.
"Jaga sikapmu! Ingat, aku istri orang, " bisik Luna yang membuat Aleksei mengepal kedua tangannya. Ia ingin berteriak namun tertahan sebab banyak mata yang sedang melihatnya.
'Akan aku cari, siapa laki-laki itu! Akan kupatahkan lehernya sampai tak berbentuk! '
***
Sedangkan di langit lain, terlihat seorang wanita seksi dengan rok selutut namun sisi sampingnya robek hingga memperlihatkan paha mulusnya. Rambut hitamnya dengan model graduated bob, pendek setengkuknya namun tampak lebih panjang di bagian depan. Wanita itu membuka kacamatanya lalu mencantelkannya di belahan bajunya. Hiasan bibirnya merah padam yang menegaskan bahwa dia memiliki jiwa yang kuat.
"Apa kau yakin, itu bukan kebetulan? " tanyanya dengan suara berat pada laki-laki tinggi kekar, suruhannya.
"Tidak, Miss. Aku melihat sendiri bagaimana wanita bercadar itu menendang tangan Yudha sehingga tembakannya meleset, " ujar Zoone.
"Pastilah dia Diandra Safaluna, wanita bercandar yang dinikahi Yudha. Aku ingin lihat, sehebat apa wanita itu? Mengapa dia bisa hadir di kehidupan Yudha di saat aku mulai meraihnya. Harusnya sekarang, Yudha sudah dalam genggamanku. Cucu Aderald Ibrahim itu harus bergantung padaku! Lalu akan kukuasai harta kakeknya itu. Hahahahaha, " tawanya girang.
"Jadi, rencana kita agar Miss menjadi pahlawannya gagal. Apa Miss punya rencana lain? " tanya Zoone lagi.
Wanita itu menggeleng.
"Pelan-pelan saja. Aku sekarang tergelitik ingin melihat istrinya. Baiklah, permainan ini akan segera kita mulai! "
"Dia sempat mengejarku, Miss tapi setelah ia meraih tanganku, dia langsung melepaskannya dan membiarkanku pergi. Firasatku mengatakan, wanita itu bukan orang sembarangan. "
"Ooowww... Nice!! Aku semakin penasaran. Mari kita lihat, seperti apa wanita yang Aderald, konglomerat itu jodohkan dengan cucunya. Sesekali, aku juga akan menemui tua bangka itu secara langsung. Aku merasakan ada aura yang menyeretku untuk mendekat. Kami seperti pernah bertemu tapi pada waktu yang sangat lampau."
"Menurut Miss, siapa dia? "
"Entahlah. Dari foto yang pernah ditunjukkan Yudha, kakeknya itu mengingatkan pada seseorang yang sekilas pandang di masa lalu. "
Zoone memagut mencoba mengerti ucapan nyonyanya.
"Igor Lenya, gembong mafia dari utara. "