4. memutuskan tali persaudaraan

1896 Words
Maafkan aku sayang, aku belum bisa menjadi daddy yg baik untukmu. Daddy sudah berusaha mencari keberadaanmu, tapi pencarian daddy tidak membawakan hasil apapun, bukan daddy menyerah tapi daddy sedang berusaha untuk menemukanmu. Dor dor dor Sebuah ledakan pistol mengisi setiap indera pendengaran di setiap sudut mansion. Mansion yg tidak kalah mewah dari mansion lainnya. "Tuan kita diserang,"panggil seorang pria muda kepada tuannya. "Siapa.....siapa yg berani menyerang mansionku,"tanya pria muda berparas tampan itu. "Tuan Alvaro Marcello Anindito,"jawab seorang bawahannya. Sudut bibir pria berparas tampan itu tengah tersenyum miring per-tanda dirinya sedang berbahagia seakan tengah mendapat sebuah lotre. "Siapkan senjataku bray,"kata pria berparas tampan itu pada bawahannya. "Siap tuan laksanakan,"pamit sang bawahan yg bernama bray itu. Tak begitu lama bray membawa beberapa pistol di tangannya dan menunduk hormat. Bruuuukkk Suara tendangan membuat pintu mansion itu kini terbuka dan terhempas begitu kuat. Membuat pemilik mension itu tersentak kaget sambil menoleh ke arah pintu mansion yg dibuka secara kasar itu. "b******n SIALAN KAU. KAU BAWA KEMANA BAYIKU SIALAN,"teriakan seorang pria yg muncul di pintu mansion mewah itu. "Oh selamat datang tuan Alvaro Marcello Anindito, apa kabar kawan,"senyum miring di bibir pria berparas tampan itu, membuat pria yg tengah gelap mata itu semakin murka, pria yg telah menendang pintu mansion itu, tak lain dan tak bukan adalah Alvaro Marcello Anindito. "Jangan berbasa basi padaku SIALAN dimana kau sembunyikan BAYIKU,"bentak alvaro sambil berjalan berhadapan dengan lawannya, yg merupakan musuh sedari dulu. Karna insiden kesalah pahaman beberapa tahun yg lalu. "Apa, bayimu. Kau kira aku baby sister bisa tahu dimana bayimu,"terdengar tawa yg menyerupai ejekan, membuat alvaro semakin menatap Benci pada pria muda yg telah menculik putrinya itu. "Katakan padaku b******k dimana putriku. Aku sungguh tidak ini bermain - main denganmu antoni hector,"geram alvaro sambil mencengkeram erat kerah baju pria muda yg tidak lain adalah antoni hector, musuh bebuyutannya selama beberapa tahun yg lalu. "Oh apa lagi aku, kau kira AKU MAU BERMAIN - MAIN DENGAN PENGHIANAT SEPERTIMU HAH,"teriak antoni kini dirinya sudah terpancing amarah beberapa tahun yg lalu. "Sudah aku katakan, bukan, aku tidak MENCULIK ANAKMU, KENAPA KAU MENUDUHKU SIALAN,"teriak alvaro yg tak kalah mengembang. "Kau munafik alvaro, kau kira aku bodoh hah, aku tahu niat busukmu itu, KAU ingin membuat aku hancur bukan begitu dan kini aku juga melakukan hal yg sama kepadamu,"bentak antoni sambil mendorong tubuh alvaro hingga tubuh alvaro terhempas, untuk saja reno yg merupakan bawahannya berhasil menangkap majikannya itu. "Kau benar - benar sudah kehilangan akal sehatmu itu antoni, berapa kali aku harus mengatakan. Aku tidak menculik putramu, aku bahkan berada diluar kota saat itu kenapa kau bisa menuduhku seperti itu,"bantah alvaro dirinya memang berkata jujur, dirinya tidak tahu apapun tentang hilangnya putra dari antoni dan alm istrinya. Dia bahkan berada diluar kota saat itu, lalu kenapa dirinya disalahkan, apa yg sebenarnya telah terjadi, mengapa hubungan persahabatan mereka harus sirna seperti ini, bahkan mereka telah berjanji untuk selalu bersama - sama menjadi sebuah keluarga dan kelak mereka berniat menjodohkan putra putri mereka agar dua keluarga itu semakin rukun tapi apa yg dilakukan sahabatnya itu. Tega - teganya, sahabat semasa SMA bisa memfitnah dirinya sekeji itu. Apa salahnya, beritahu dirinya, dirinya bahkan merasa ikut bersedih atas hilangnya putra dari sahabatnya, tapi kenapa dia yg harus disalahkan, saat perbuatan keji itu tidak ia lakukan. "Aku yakin ada yg menginginkan kita bermusuhan aku yakin ada yg sengaja mem..." "Pembohong, penipu, penghianat sepertimu tidak boleh dibiarkan hidup,"teriak antoni sambil menyodorkan pistol tepat di depan kepala alvaro."kau tahu, aku sudah menganggapmu seperti saudaraku, tapi mengapa kau tega menghianati hubungan yg sudah kita jalin sejak semasa SMA, mengapa kau setega itu padaku alvaro,"tanya antoni dengan tetesan demi tetesan air mata yg mengalir. Alvaro memejamkan matanya, dirinya juga bisa merasakan apa yg di derita oleh sahabatnya itu, tapi mengapa sahabatnya tidak mempercayai perkataannya. Dimana sahabatnya yg selalu bijak itu, kemana sahabatnya yg selalu mendukung dirinya, Ke mana sahabatnya yg selalu berada disisinya, mendukung setiap ucapannya. "Kau tahu aku sudah cukup lelah untuk mengatakan ini padamu, AKU TIDAK TAHU KEBERADAAN PUTRAMU ITU mengapa kau tidak mau mendengarkan aku. Aku berada. Diluar kota saat itu bahkan reno dan rey berani menjamin jika aku sungguh tidak tahu apa - apa tentang hilangnya anakmu,"alvaro menahan amarahnya agar tidak ikut terpancing kembali. "CK.....munafik, masih tidak mau mengaku. b******n sepertimu tidak pantas dibiarkan hidup dor," antoni yg sudah menahan amarahnya menembak tepat ke arah alvaro tapi tembakannya meleset karna dirinya yg sengaja menembak ke arah lain. "Kenapa kau tidak menembakku tembak saja aku biar kau puas, aku sudah cukup lelah dengan hidupku. Aku kehilangan istriku dan kini bayiku,"kata alvaro. "Aku tidak akan pernah mau membunuhmu, aku ingin kau merasakan bagaimana rasanya kehilangan putrimu seperti aku yg kehilangan putraku. Kita sama sekarang, kau kehilangan bayimu begitu pun dengan diriku, kehilangan bayiku beberapa tahun yg lalu kita impas sekarang,"desis antoni menatap Benci pada sahabatnya itu. "Baiklah, aku mengaku kalah hari ini tapi suatu hari jika kebenaran itu memang ada, kau akan merasakan penyesalan itu seumur hidupmu dan aku tidak akan mau memaafkanmu, hatiku sudah terlalu sakit saat sahabatku menuduh aku tanpa bukti. Kau juga sudah menculik putriku, aku pastikan, aku akan menemukan dirinya, berapa pun bayaran yg harus aku bayar, aku akan membayarnya aku Alvaro Marcello Anindito mulai detik ini memutuskan tali persaudaraan kita yg sudah kita buat semasa SMA treest," alvaro menatap permusuhan pada sosok antoni, pria muda yg melupakan sahabatnya sejak semasa SMA itu. Dirinya memutuskan kalung yg ia pakai itu dengan cara menarik sekuat mungkin dari lehernya, hingga terputus pertanda ia telah mengakhiri hubungan persahabatan mereka. kalung yg sama yg di pakai antoni sebenarnya masih menggantung manja di leher antoni bahkan antoni, bray, rey dan reno tersentak kaget saat kalung itu alvaro putuskan tepat di depan antoni hingga manik - manik berbentuk bola kecil berwarna - warni terjatuh ke sisi kanan kiri dan menghiasi lantai berwarna putih di mansion ini. "Mulai detik ini, aku menantangmu sebagai musuhku tuan antoni hector, demi hilangnya putriku, aku menantangmu sebagai musuhku. Sampai mati pun kata maaf ini tidak akan pernah keluar dari mulutku, walau nantinya, putramu maupun keturunanmu meminta maaf padaku, jangan harap aku mau memaafkanmu. Aku pastikan putramu yg akan datang bersujud di bawah kakiku untuk meminta putriku agar mau menjadi istrinya ,"jari telunjuk alvaro menunjuk tepat di wajah antoni. Kata - kata alvaro bagai sumpah matinya seakan itu memang akan terjadi. Deg Hati antoni merasakan rasa sakit, saat ucapan demi ucapan terlontar dari mulut sahabatnya itu. Mengapa sahabatnya tega menculik putranya, apa kesalahan dirinya, mengapa harus putranya. Mengapa, berbagai pertanyaan demi pertanyaan berputar di dalam kepala antoni. Sungguh melihat alvaro yg merupakan sahabatnya itu memutuskan kalung yg sengaja mereka buat agar tarik persaudaraan mereka tidak putus, kini sahabatnya itu memutuskan secara sepihak entah karna dendam apa. Dirinya juga tidak tahu entah perkataan sahabatnya itu benar atau itu hanya kebohongan. Sungguh antoni bingung harus percaya pada siapa, pada hatinya atau sahabatnya. "Rey dan kau reno ayo kita tinggalkan mansion terkutuk ini. Mulai sekarang kalian tidak perlu mencari putra si b******k itu lagi, aku tidak mau membuang - buang uang demi mencari putra si b******k ini,"teriakan alvaro mengembang diseluruh penjuru mansion itu. Deg Antoni merasakan tubuhnya seakan terhantam batu besar tak kasat mata apa benar sahabatnya yg ia anggap musuh ternyata diam - diam mencari tahu keberadaan putra nya, apa benar sahabatnya itu memang tidak tahu keberadaan putra nya selama ini. Apa benar tuduhan yg ia layangkan itu hanya kesalah pahaman saja. "Baik tuan,"ucap reno dan rey serempak sambil berjalan mengikuti langkah kaki majikannya itu. Kring kring Suara ponsel menghentikan langkah kaki reno dan diikuti rey dan Alvaro sambil menatap reno yg tengah menjawab panggilan itu. "Apa benarkah kau sudah menemukan dimana keberadaan putra dari tuan Antoni."kata reno membuat keempat pria itu menatap fokus ke arah reno. "(@ ^ @).? "Dimana,"tanya reno lagi. "(@ ^ @).? "Baik kirimkan alamatnya padaku, sekarang juga,"desis reno sambil memutuskan panggilan teleponnya dan kini ia tengah berhadapan dengan kedua pria muda yg memiliki reputasi yg sama. "Apa yg kau katakan itu benar,"tanya antoni dengan jantung berdebar - debar. "Benar tuan, orang - orang kami telah menemukan putramu yg hilang 5 tahun yg lalu dan aku yakin kau akan shock siapa dalang dibalik penculikan putramu 5 tahun lalu,"balas reno sambil menatap alvaro majikannya. "Berikan alamat itu pada si b******k ini dan kita akan pergi dari sini, bahkan dari kota ini. Aku tidak mau berurusan dengan b******k ini lagi, bahkan aku tidak mau tinggal satu kota dengannya,"desis alvaro menatap Benci pada sahabatnya itu. Deg Bagai sebuah belati, yg tiba - tiba menusuk tepat di dadanya, rasa sesak seakan ingin mati itu yg dirasakan antoni. Dirinya telah salah menuduh sahabatnya, bahkan selama 5 tahun dia tega menuduh sahabatnya tanpa bukt,i hanya mendengar dari orang yg tidak begitu dekat dengannya, tapi justru ia percaya begitu saja. Tring tring Suara pesan masuk dari ponsel reno membuat semua orang fokus padanya, terutama antoni hatinya kini was - was dia akan bertemu putranya, tapi ia juga akan kehilangan sahabat terbaiknya. Seakan ini seperti pertukaran, putranya ditukar dengan sahabatnya. "Tuan antoni ini alamatnya,"sambil memberikan ponselnya dan disambut antoni, tatapan kedua matanya tepat dilayar ponsel reno. Kedua bola mata antoni melotot dan kini kedua bola matanya kembali teduh dan bisa mereka lihat jika kedua mata antoni sudah berkaca - kaca, seakan dirinya menahan tangis. Kini kedua matanya fokus menatap wajah sahabatnya itu, sahabat yg ia kira menghianati dirinya TERNYATA ia telah salah sangka. Bray mengambil ponsel reno dan menatap alamat di balik layar ponsel reno dan segera menelpon orang.- orangnya untuk menjemput putra dari majikannya. 15 menit dirinya telah mendapat kabar baik tapi juga kabar Buruk, Untuk tuannya kabar baik dia telah menemukan putranya, kabar buruknya dia akan kehilangan sahabatnya. "Tuan ternyata benar tuan kecil berada di mansion tuan albert,"kata bray seakan berbisik tapi dapat di dengar oleh alvaro dan orang - orangnya. "Sudah puas......terima kasih... kita pergi,"ucap alvaro kini kembali melangkah belum sampai diluar pintu, suara panggilan antoni menghentikan langkah kaki alvaro. "Alvaro,"lirih antoni merasakan rasa. Bersalah itu, kini dirinya mengutuk akan kebodohannya,"maafkan aku, a..ku mengaku salah ma..." "Nasi sudah jadi bubur, berapa kali kau mengatakan maaf padaku itu tidak akan pernah bisa mengubah apa yg sudah aku ucapankan,"desis alvaro berbalik menatap tajam Antoni, tatapan alvaro bukan tatapan persahabatan tapi permusuhan. "Alvaro aku minta ma...af aku tahu a...." "Mau kau mengatakan apapun, bahkan bersujud di kakiku, kata maaf mu tidak akan pernah aku terima, berbahagialah kini putramu bersamamu dan putriku hilang dari jangkauanku,"tawa miris alvaro seakan menusuk tepat di jantung antoni,"selamat, karna putramu sudah di temukan dan selamat putramu kembali dan kau telah kehilangan sahabatmu, bukankah ini impas persahabatan kita ditukar dengan kembalinya putramu." Ujar alvaro sambil tersenyum sinis. "Al, A...ku," "Kita pergi,"kata alvaro sambil melangkah tanpa menyahut panggilan antoni. "Alvaro aku janji, aku AKAN MENCARI PUTRIMU, AKU JANJI,"teriak antoni membuat langkah kaki alvaro terhenti, dirinya berbalik menatap antoni. Antoni tersenyum bahagia dia sangat bahagia saat alvaro berbalik, dia tahu hubungan dirinya dengan sahabatnya akan kembali harmonis. Tapi kata - kata dari sahabatnya membuat senyumnya luntur seketika. "Aku tidak butuh belas kasihmu, aku bisa mencari putriku sendiri aku saja dapat menemukan putramu. Untuk apa aku menyuruhmu membantu aku mencari putriku,"senyuman yg menyerupai ejekan itu, membuat hati antoni sakit sungguh inikah akhirnya, ia akan kehilangan sahabatnya itu. Alvaro berjalan memasuki mobil mewahnya dan meleset meninggalkan mansion antoni. Hati antoni sakit saat mengetahui dirinya telah kehilangan sahabatnya itu. "ALBERT,"geram antoni saat mengingat orang yg menculik dan membawa putranya, hingga membuat permusuhan dirinya dengan sahabatnya bahkan kini ia telah kehilangan sahabatnya itu. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD