1. Tangisan bayi

1525 Words
Kesedihan menjadi topik untuk setiap masalah. rasa sedih, kecewa bercampur jadi satu. Aku tidak dapat memutar keadaan tapi aku juga tidak mampu melupakannya. Cafe Disinilah aku bekerja mencari uang demi sesuap nasi, keadaanku yg hanya seorang gadis miskin membuat aku harus bekerja keras untuk menghidupi diriku sendiri. Di usiaku yg baru 21 tahun ini aku harus bekerja demi menghidupi diriku sendiri, jika aku tidak bekerja aku akan mati kelaparan. Tentu saja aku tidak mau mati sia - sia seperti ini. Aku bekerja pagi sampai malam hanya demi upah yg tidaklah banyak, tapi cukup untuk membayar uang kontrakan rumah dan biaya hidupku dikota besar ini. Ngomong - ngomong aku tinggal di kota besar yaitu kota jakarta, yg menjual makanan, minuman dan barang - barang yg sebar mahal. Untuk ukuran orang biasa sepertiku sungguh ini sangat berat untukku. Aku hanya bekerja sebagai seorang pelayan disebuah cafe yg cukup besar dengan gaji kecil, bayangkan kota ini sangat besar dan semua kebutuhan hidup yg dijual tidaklah murah tapi apa dayaku, aku hanya bisa menerima dengan lapang d**a. "Hei FANNY, jangan melamun,"suara teriakan tepat di telingaku membuat aku tersentak kaget, aku menatap ke arah orang yg berteriak padaku membuat aku menatap tajam pada seorang gadis yg tengah cengar cengir padaku. "Apasih rika kenapa kau sangat suka mengagetkan aku,"kesalku padanya. "Hehehe.....Maaf habis sejak tadi aku memanggilmu, kau hanya melamun saja membuat aku jengkel,"ucap rika padaku membuat aku memutar bola mataku dengan bosan. "Kau sangat menyebalkan rika huh,"kesalku. "Maaf fanny.....ya ya ya,"kata rika menaikkan turunkan alisnya dengan ekspresi sok imutnya. Membuatku menahan tawa melihat tingkah lakunya. "Baiklah, aku maafkan kau hari ini puas,"ucap gadis itu yg tidak lain adalah fanny gadis berusia 21 tahun itu. Yg bekerja sebagai seorang pelayan sama seperti rika. Rika adalah sahabat terbaiknya di tempat kerja hanya rika yg mau Berteman dengan gadis miskin seperti dirinya, meski yg bekerja disini juga orang biasa saja tapi hanya rika sahabat terbaiknya dan tidak sombong pada semua orang. "Puas sekali terima kasih fanny ku sayang,"pekik rika dengan gaya anak belasan tahun membuat aku terkekeh geli melihat tingkah lakunya. "Ayo kita kembali bekerja kau tidak mau kan jika kita dipecat karna tidak bekerja secara profesional,"ucap fanny sambil merangkul bahu rika berjalan ke arah dapur cafe, Keduanya kembali bekerja hingga siang menjelang keduanya makan siang di sebuah warung kecil tidak jauh dari cafe tempat mereka bekerja. "Aku sangat lapar sekali fanny,"kata rika sambil menikmati bakso miliknya dengan lahap. Ya keduanya duduk di warung bakso yg cukup rame itu. "Memangnya kau tidak sarapan pagi tadi, hingga kau terlihat serakus ini,"tanya fanny menggeleng - gelengkan kepalanya melihat rika seperti orang yg tidak pernah makan saja. "Tidak,"jawab rika singkat membuat fanny memutar bola matanya dengan malas. "Mengapa,"tanya fanny menatap heran karna yg fanny tau rika memiliki orang tua yg lengkap. Dan ibu rika setiap hari membuat sarapan untuk rika kenapa bisa rika tidak sarapan, bahkan fanny iri karna rika masih memiliki orang tua tidak seperti dirinya sebatang kala. "Entahlah aku hanya tidak lapar saja, makanya aku tidak sarapan,"kata rika enteng. "Kau tahu terkadang aku iri denganmu rika, kau masih bisa mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuamu tidak seperti aku,"adu fanny dengan mata berkaca - kaca membuat rika ikut merasakan kesedihan fanny. "Oh fanny maafkan aku. Aku tidak sengaja membuatmu sedih sungguh,"kata rika dengan rasa bersalah dihatinya. "Tidak...ini bukan kesalahanmu aku sendiri yg mengingat kedua orang tuaku,"balas fanny menghapus air mata nya dan kembali tersenyum manis membuat rika merasa bersalah. "Tolong jangan menangis fanny. Kau masih memiliki aku dan kedua orang tuaku, kau tahu kan kedua orang tuaku menganggap kau sebagai putri mereka juga,"rika mencoba menghibur sahabatnya yg tengah merasakan kesedihannya. "Terima kasih, kau baik sekali, aku bahagia memiliki seorang sahabat sebaik dirimu,"ucap fanny tulus dan memeluk rika sahabat terbaiknya. Rika pun membalas pelukan sang sahabat. "Sama - sama,'balas rika tulus. Setelah mereka menyelesaikan makan siangnya, keduanya kembali bekerja kembali dan melayani pelanggan dengan baik terkadang fanny mengambil lembur agar bisa mendapatkan bonus tambahan, tidak seperti rika dia pulang lebih awal. Sebenarnya cafe ini memiliki ship pagi - sore dan sore - malam. Rika sudah pulang terlebih dahulu karna jam kerjanya hanya sampai sore, tidak seperti fanny yg sengaja lembur. "Fanny hari ini kau lembur lagi,"tanya pemilik cafe. "Iya bos aku ingin lembur lagi, aku sangat membutuhkan uang,"kata fanny menatap pemilik cafe. "Sebenarnya aku kasihan padamu fanny, kau masih sangat muda, tapi di usiamu seperti ini kau harus bekerja sebagai pelayan seperti ini. Dan harus lembur demi mendapatkan bonus,"kata pemilik cafe menatap iba pada fanny. Fanny tersenyum kepada pria muda yg usianya berbeda 10 tahun darinya "tidak apa, pak revan aku sudah terbiasa bekerja seperti ini. Aku sangat senang karna bapak mau menerima saya bekerja di cafe ini,"ucap fanny tulus sambil menatap Pria pemilik cafe itu, yg tidak lain adalah revan yg berusia 31 tahun "Selalu untukmu fanny," balas revan dengan senyuman tulus dan itu menular pada fanny yg membalas senyuman bosnya itu. "Andai aku bisa mengatakan jika aku menyukaimu fanny. Aku sadar sejak awal jika aku telah jatuh cinta padamu tapi aku takut kau berpikir buruk tentangku,"batin revan menatap kagum pada sosok gadis yg tak lain adalah fanny. Revan akui jika kecantikan fanny alami tidak ada polesan apapun, Jika ada, paling hanya bedak tipis saja yg berada di wajah cantik fanny. Revan sangat kagum pada sosok fanny, tidak pernah sekalipun ia mengelu dengan keadaan nya dan itu membuat revan semakin menyukai fanny. "Fanny, ini sudah pukul 22:30 malam kau boleh pulang sekarang," kata revan menatap fanny yg tengah membersihkan meja dan kursi dari kotoran yg menempel. "Baik pak, setelah aku membersihkan meja terakhir,"balas fanny sambil kembali bekerja, Revan memeluk perut berototnya mengunakan kedua tangannya, sambil fokus menatap fanny yg sangat serius dengan pekerjaannya. Setelah membersihkan semuanya fanny pun pamit pulang karna semua pekerjaannya telah selesai. "Pak revan, aku pamit pulang dulu," kata fanny. "Kau pulang sendirian," tanya revan tanpa membalas ucapan fanny Dan dibalas anggukan kepala dari fanny. "Biarkan aku mengantarmu," kata revan yg berniat berjalan menuju mobilnya tapi segera dihentikan fanny. "Tidak pak, bapak tidak perlu mengantar saya. Saya tidak mau merepotkan bapak," karna fanny. "Tidak fanny aku merasa tidak direpotkan se...."? "Tidak perlu pak sungguh aku bisa pulang sendiri. Terima kasih atas tawaran bapak, saya pamit dulu pak," ucap fanny sambil berjalan pergi. Melihat kepergian fanny revan hanya bisa menghela nafas, karna secara tidak langsung fanny menolak dirinya. Fanny pov malam ini adalah malam yg tidak pernah aku pikirkan sebelumnya, ditengah perjalanan pulang tangisan bayi itu begitu keras di indera pendengaranku. ada rasa takut, mana mungkin selarut ini ada seorang bayi berada dijalan se-sepi seperti ini, membuat aku sedikit takut dan pikiran - pikiran buruk terlintas hingga suara bayi itu semakin membuatku cemas. aku melangkahkan kakiku mencari asal suara tangisan bayi itu, meski aku berusaha untuk menepiskannya, tapi hatiku merasa tersentuh hingga aku tersentak kaget saat menemukan sosok bayi mungil yg terbaring di sebuah keranjang kecil tengah menangis sesenggukan. Oh sungguh tangisannya membuat hatiku iba, bagaimana mungkin seorang ibu tega membuang bayi secantik dan semungil ini, di tempat yg sangat tidak pantas, tempat yg bisa saja ada orang berniat jahat pada bayi ini, Ya bayi mungil ini berjenis kelamin perempuan. "oek oek oek,"? suara tangisannya membuat aku segera membawa dirinya dalam dekapanku, dan terbukti bayi mungil itu langsung terdiam, kedua mata hitam pekatnya menatapku dengan tatapan polos oh sungguh dia sangat menggemaskan. kucium dia hingga membuat bayi itu tersenyum menatapku, dia terlihat nyaman bersamaku. tapi disisi lain, harus ku apakan bayi ini mengingat aku hanya seorang gadis biasa yg tinggal seorang diri dan bekerja sebagai pelayan cafe yg mendapatkan upah pas - pas-an. ya setidaknya cukup untuk diriku yg hidup sendirian, jika bayi ini ikut bersamaku. bagaimana nasibnys nanti, aku hanya gadis miskin "maafkan aku. Aku tidak bisa merawatmu, aku tidak memiliki uang untuk menghidupi dirimu. sungguh aku hanya gadis miskin," kata si gadis sambil mengelus pipi gemuk si bayi, membuat si bayi kembali tersenyum," "aku akan membawamu ke panti asuhan, aku yakin disana kau akan lebih baik, kau mau kan baby girl,"tanya si gadis dan disambut tangisan bayi itu seakan ia menolak jika dibawa ke panti asuhan. Membuat si gadis tersentak kaget sambil menepuk pelan p****t mungil si bayi mencoba untuk menghentikan tangisannya, bukannya berhenti bayi itu semakin histeris di dalam gendongannya. Membuat si gadis semakin cemas dirinya mulai berpikir jika bayi ini mungkin menolak dibawa ke panti asuhan. "kau tidak menyukai jika aku membawamu ke panti asuhan, jika ia berhentilah menangis dan aku janji tidak akan membawamu kesana," kata si gadis seketika bayi itu berhenti menangis membuat gadis cantik itu tersenyum geli. dirinya sungguh tidak percaya bagaimana mungkin bayi kecil ini mengerti dengan ucapannya. "Baiklah aku mengaku kalah padamu hari ini muach," gadis itu mencium gemas bayi yg kira - kira berusia 1 bulan itu, hingga membuat bayi itu terkekeh merasakan geli saat diriku mencium dirinya. Jika Boleh jujur dia sangat menggemaskan dan lucu aku segera melangkah untuk pulang ke kontrakan kecilku, tapi sebelum itu aku membawa keranjang kecil itu yg terlihat banyak perlengkapan bayi meski tidak banyak. Sesampai aku di rumah kontrakanku yg terlihat sudah sepi karna ini sudah jam 23:00 malam wajar saja, karna semua orang tengah tidur nyenyak. Tapi tidak bagi bayi mungil ini, dia sedari tadi terus menatapku dengan puppy eyes miliknya yg sangat menggemaskan itu. "Baby, kau suka tempat tinggalmu. Maaf jika tempat tinggalnya tidak sesuai harapanmu,"ucap si gadis yg tidak lain adalah fanny merasa bersalah pada si bayi. Tapi justru diluar dugaan bayi perempuan itu tersenyum sangat manis pada sosok fanny yg tengah menatap dirinya lembut. Membuat fanny tersenyum bahagia. "Baiklah selamat datang di rumah kecilku,"bisik fanny lembut di telinga bayi mungil itu, seketika bayi itu tersenyum dengan polosnya karna diperlakukan begitu lembut. Fanny pun membawa bayi itu masuk kedalam rumah kontrakan kecilnya itu. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD