Chapter 3

950 Words
Marina Bay Sands Convention Hall, 2 PM  Andra melirik jam tangan berwarna hitam nya. Ia kini sudah berada di dalam gedung tempat seminar diadakan. Sudah hampir setengah jam seminar berlangsung dan Andra masih duduk dan memperhatikan apa yang dibicarakan oleh sang pembicara, Lee Shien Yu.  Awalnya ia enggan berangkat ke Singapura namun begitu mengetahui bahwa Lee Shien Yu adalah pembicaranya, ia dengan sigap mengiyakan. Lee Shien Yu merupakan alasan mengapa ia mau berangkat ke Singapura.  Andra mengagumi nya. Sudah banyak buku-buku karya Shien Yu yang ia baca salah satu nya tentang Financial Risk Investment  yang sangat berkaitan dengan pekerjaan nya sehari-hari sebagai seorang konsultan keuangan.  (Seminar dalam Bahasa Inggris.) "Jadi kalau kita melihat trend pasar belakangan ini. Ada peluang yang cukup baik jika kita berinvestasi di bidang properti. Namun 6 tahun kedepan, saya pastikan semua nya akan berubah lagi.” Andra mendengarkan seminar dengan serius. Sesekali ia mencatat poin-poin penting yang dipresentasikan oleh Shien Yu. Ternyata begitu banyak hal-hal yang belum ia pahami. Ia merasa beruntung bisa menghadiri seminar bergengsi ini apalagi tanpa menggunakan biaya pribadi.  Sekitar pukul 4 sore, seminar akhirnya berakhir dengan foto bersama peserta dari negara-negara lain. Andra sudah bertemu dengan beberapa teman-teman baru nya yang kebanyakan berasal dari Indonesia. Ia pun sudah bertukar nomor HP dan w******p  lalu berencana untuk pergi jalan-jalan berkeliling Singapura esok hari.  Setelah mengambil goodie bag yang disediakan penyelenggara, Andra dan ketiga teman nya pamit menuju hotel masing-masing.  "Bro! Sampe ketemu besok ya. Gue tunggu di Dhobby Gaut!" Rama, salah satu teman Andra yang duduk di sebelah nya selama seminar berkata sambil melambaikan tangannya.  "Ok! Besok jam 11 ya!" jawabnya pada Rama dan teman yang lain. Andra pun melangkahkan kakinya ke tempat dimana ia harus mengantri taksi.  Cukup lama ia mengantri sampai akhirnya seseorang menepuk pundaknya.  "Andra ya?"  Seorang pria tersenyum kepadanya  "Iya. Siapa?"  "Brian, temennya Rama tadi. Besok gue juga ikut jalan bareng lo sama Rama." Pria tersebut, Brian memperkenalkan namanya. Tangannya terulur kedepan seolah mengisyratakan Andra untuk segera menjabatnya.  "Ah, oke. Gue Andra." Jawab Andra lalu menjabat tangan Brian  "Lo nginep dimana ndra?"  Tanya Brian sembari menyesap minuman dari sedotannya. Rupanya ia sempat membeli segelas Americano di salah satu kafe dekat tempat seminar.  "Oh, di Jenny Orchard. Lo sendiri?"  "Close. Gue nginep di Mandarin. Emang daerah Orchard tuh paling strategis. Biarpun hotelnya rada mahal sih. Tapi tempat belanjanya banyak."   Andra sedikit tertawa. Dalam hati ia mengiyakan apa yang Brian katakan.  Daerah Orchard Road memang termasuk mahal apalagi jika ingin menginap di beberapa hotel disana. Namun sepadan dengan apa yang ditawarkan yaitu tempat belanja yang banyak mulai dari yang murah hingga yang paling mahal, berbagai macam tempat makan dari berbagai belahan dunia, hingga tempat-tempat hiburan seperti karaoke dan bar kelas internasional.  "Mahal mana sama disini?" ujar Andra  "Marina Bay Sands? Gue ga sanggup bayarnya kalo nginep disini. Sehari aja katanya bisa nyampe 10 juta. Gue beruntung aja nih semua dibayarin sama kantor. " Brian terkekeh  Andra pun ikut terkekeh mendegar Brian. Daerah Orchard Road memang terkenal cukup mahal namun daerah Marina Bay Sands tempat ia seminar ternyata lebih mahal lagi. Sepengetahuannya, untuk menginap di hotel  sekelas Marina Bay Sands bisa mencapai 10-20 juta.  "Wah taksi gue udah dateng. Gue duluan ya ndra! See you tommorow!"  sebuah taksi ternyata berhenti di depan Brian. Ia pun pamit pada teman barunya ini. Andra mengangguk. Ia masih harus mengantri karena ia belum juga mendapatkan taksi.  Sekitar 10 menit kemudian, gilirannya mendapatkan taksi pun akhirnya tiba.  Andra segera memasuki taksi dan pulang menuju hotel.  Singapore Management University,  2 PM  "Finally! Selesai juga." Karisa meregangkan bahu nya, menghilangkan penat setelah mengikuti kelas selama hampir 3 jam. Ia baru saja selesai makan siang dengan teman-temannya.  "You're going home now Kar?" Aprilia, teman satu kelas nya yang sama sama berasal dari Indonesia bertanya. "Kayanya enggak langsung pulang. The Sweet Treat hari ini ada acara birthday mereka. Kayanya sampe malem sih." Balas Karisa.  April menggelengkan kepala nya, heran melihat teman nya yang satu ini begitu sibuk sedangkan ia hanya mahasiswa kupu-kupu yang langsung pulang sehabis kuliah.  "Lo tuh ya. Super sibuk sampe kadang suka ga angkat telepon dari gue."   "Hei, i'm not that busy you know. Gue tetep angkat telepon lo kan meskipun telat. Gue pengen nyari kegiatan selain kuliah. The Sweet Treat kebetulan buka lowongan waktu itu, jadi gue daftar. Lumayan nambah pengalaman kerja juga." Tukas Karisa sambil tersenyum kecil. "Yaudah deh, gimana lo aja Kar. Eh bus gue dateng! Duluan ya Kar!" April pamit dan menaiki bus nya nomor 145.  Karisa mengangguk dan kembali duduk sambil memainkan HP nya. Selang beberapa lama bus nya nomor 65 pun datang. Sekitar 20 menit kemudian, ia sudah sampai di The Sweet Treat.  "Karisa! Akhirnya dateng juga.” Sarah menyambutnya bahagia.  "Aku pasti dateng. Jadi aku harus kerjain yang mana?" Ia bertanya sambil memakai apron nya.  "Ini. Kamu hias dulu kue yang ini. Kamu diem disini ya. Aku mau liat yang lain dulu.” jelas Sarah sembari memberikan peralatan kepadanya. Karisa pun mengangguk dan mengerjakan pekerjaannya dengan cekatan.  Kurang lebih 1 jam kemudian,  Karisa sudah berhasil menyelesaikan 20 buah cupcake. Ia tersenyum puas dengan hasil yang sudah ia kerjakan. Ternyata menghias kue bisa membuat hatinya senang.  "Hmm.. good work Karisa! Sepertinya kamu sudah semakin pinter ya menghias cupcake. " Sarah menghampirinya. Ia melihat beberapa cupcake yang sudah karisa hias.  " Ah, aku belum semahir kamu. Warna-warnanya pun masih warna-warna dasar. Kalau kamu yang ngerjain, pasti warna-warni dan cupcakenya jadi bagus."  Tukas Karisa. Memang dibandingkan dengan Sarah,  hiasan cupcake miliknya masih sederhana. Ia masih belajar menyemprotkan krim ke atas cupcake dengan warna-warna yang masih sederhana seperti kuning, merah,biru, atau hijau. Sarah sudah mampu mencampur beberapa warna.  "Don't worry, kita bisa belajar sama-sama.  Aku pun dulu seperti kamu.  Tapi kalo kamu tekun, kamu bisa lebih jago dibanding aku." ujar Sarah memberi semangat. karisa tersenyum, merasa beruntung memiliki bos sekaligus mentor yang baik seperti Sarah.  Beberapa karyawan lain nampak sibuk menyiapkan meja dan kotak-kotak tempat cupcake akan disimpan. Karisa pun bangkit dan ikut membantu.  Acaranya akan dilaksanakan sekitar 4 jam lagi. Karisa melepas apronnya, membantu karyawan lain untuk menyiapkan acara tahunan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD