5. Unwanted Mate

1938 Words
"Jangan terlalu kasar sama dia. Suka atau nggak suka, dia mate kamu. Kalian sudah terikat selamanya." Arion tidak bisa untuk tidak berdecak keras mendengar penuturan Kenzie itu. Suasana hatinya yang baru saja membaik, seketika saja jadi hancur lagi karena Kenzie kembali mengingatkannya dengan sebuah fakta yang tidak mau dia ingat. Dengan kasar, Arion meletakkan gelas minuman di tangannya ke atas meja kaca. Ia sudah tidak memiliki minat lagi untuk menghabiskan wine yang ada di dalam gelas itu. "Terima kasih karena sudah mengingatkanku tentang hal yang sebenarnya nggak mau aku ingat," sungut Arion kesal. Kenzie tidak peduli. Lelaki itu pun duduk di sebelah Arion dan kembali bicara. "Mau kamu bilang begitu, aku tetap akan mengingatkanmu untuk bersikap baik dengan Cleo. Dibandingkan dengan kamu, dia jauh lebih nggak mau terikat dalam hubungan mate kalian ini. Kamu sendiri tau kan? Setelah ini hidupnya akan berubah sepenuhnya." Arion hanya menjawabnya dengan sebuah decakan kesal. "Dia sudah kehilangan kebebasannya sejak kalian ter-imprint kemarin, Arion. Dia nggak akan bebas kemana-mana lagi, termasuk menemui keluarganya sekali pun, karena sekarang dia harus selalu berada di dekatmu. Your life depends on her. Tanpa dia, kamu bakal hancur. Tapi tanpa kamu, dia nggak akan kenapa-napa. Jadi, kalau mau dia kooperatif untuk menjaga hidupmu dengan baik, kamu juga harus bersikap baik ke dia." "Kalau dia nggak mau kooperatif, aku cuma perlu mengancamnya, atau memberinya uang dengan nominal yang dia mau. Beres, kan?" "Seriously? Kamu pikir itu solusi?" "Terus kamu mau aku melakukan apa? Aku nggak bisa pura-pura bersikap baik dengan orang yang kehadirannya bahkan nggak pernah aku harapkan!" Kenzie memilih tidak bicara lagi setelah Arion membentaknya. Sementara Arion memilih pergi meninggalkan ruangan itu dan masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu. Dua hari ini benar-benar jadi hari yang buruk untuk seorang Arion Valdi. Sejak ia tiba di kantor kemarin, Arion bisa merasakan ada yang terasa berbeda. Aura di sekitarnya entah kenapa terasa lebih gerah dari biasanya, dan sepanjang hari ia juga merasakan jantungnya berdegup kencang tanpa sebab. Perasaan itu pun semakin jelas terasa ketika ia bertemu dengan Cleo di lift. Saat itu, Arion belum sadar apa yang akan terjadi, begitu juga dengan Kenzie. Mereka bahkan masih sempat bersandiwara di depan Cleo, demi mempertahankan image yang selama ini mereka bangun di kantor. Sampai akhirnya...Arion tidak sengaja menatap sepasang mata bulat nan jernih milik Cleo. Dan detik itu juga, dunianya seolah berhenti selama beberapa saat. Dalam benaknya, Arion bisa melihat kilasan dirinya dan Cleo bersama. Yang mana hal itu sangat aneh, sebab saat itu adalah kali pertama mereka bertemu. Setelah Cleo berlari pergi, Arion baru sadar kalau mereka telah ter-imprint. Cleo yang merupakan karyawan baru di kantornya, ternyata adalah mate dari seorang Arion, yang selama ini kehadirannya tidak pernah mau Arion temukan. Di saat werewolf lain sangat ingin menemukan pasangan mereka, Arion justru tidak pernah mau bertemu dengan pasangan sehidup sematinya. Terlebih lagi, jika pasangannya ternyata manusia. Menurut Arion, kehadiran mate dalam hidup seorang werewolf hanya akan menyusahkan dan menjadi beban. Memang jadinya mereka akan merasa seperti utuh setelah bertemu dengan pasangan yang ditakdirkan untuk mereka itu. Tapi di sisi lain, pasangan sehidup semati tersebut juga akan jadi kelemahan mereka. Ketika satu di antara mereka mati, yang lainnya juga akan mengikuti. Seperti orang tuanya. Arion sudah menjelaskan semuanya kepada Cleo tadi. Dan tidak ada sedikit pun dari penjelasannya yang hanya bualan semata. Mulai sekarang, hidup Arion memang akan bergantung pada Cleo. Karena itu, Arion sangat membenci kehadirannya. Ia tidak mau bernasib sama dengan ayahnya yang harus kehilangan nyawa karena pasangannya. Tapi di sisi lain, ia juga tidak bisa menyuruh perempuan itu menjauh. Untuk menjaga hidupnya, maka Arion juga harus menjaga Cleo. Karena itu, Arion membawa Cleo ke rumahnya dan memaksa perempuan itu untuk tinggal di sini mulai dari sekarang. Ter-imprint dengan Arion telah membuat hidup Cleo tidak aman lagi. Demi menjaga hidup mereka berdua, maka Arion harus mengawasi Cleo dari dekat setiap waktu. Hidup mereka benar-benar tidak akan bisa sama lagi setelah ini, dan Arion sungguh tahu itu. Kenzie tidak perlu mengingatkannya berulang-ulang, karena itu hanya akan membuat Arion kesal dan merasa marah pada takdirnya. Mendengar suara mobil memasuki pekarangan rumah, Arion menggeram karena semakin merasa kesal. Dari jendela, ia bisa melihat Binar dan perempuan bernama Cleo itu keluar dari mobil. Mereka baru saja kembali dari kos Cleo untuk mengambil barang-barang perempuan itu yang tersisa di sana dan membawanya ke rumah Arion. Meski Arion sendiri yang memerintahkan Cleo untuk tinggal bersamanya mulai hari ini, bukan berarti ia menyukai itu. Sebaliknya, Arion justru sangat benci. *** Sebagai seseorang yang selama beberapa tahun ini berada dalam pelarian dan harus menyembunyikan identitas aslinya sebagai werewolf, Arion jadi sulit untuk menerima kehadiran orang baru dalam hidupnya, terutama manusia. Atas alasan itu lah, ia sengaja membangun image yang tidak biasa di kantor, semata agar tidak ada orang yang mau mencoba mendekatinya. Tetapi, Binar Diatmika adalah pengecualian. Selain karena Binar bukan lah manusia biasa, singkatnya Binar lah yang sudah banyak menolong Arion dan Kenzie selama ini. Sehingga perempuan itu pun menjadi orang kepercayaannya selain Kenzie. Hanya karena Cleo telah terbukti sebagai mate-nya lewat mereka yang sudah ter-imprint kemarin, bukan berarti Arion bisa langsung mempercayai perempuan itu. Tidak sama sekali. Ia saja sangat terpaksa membuat Cleo harus tinggal di rumahnya. Jadi, jangan harap Arion bisa percaya pada wanita itu yang baru kemarin dia ketahui eksistensinya. "Ada beberapa peraturan yang harus kamu turuti selama tinggal di sini." Itu yang dikatakan Arion pada Cleo ketika mereka sudah berdua saja di rumah. Setelah mengantarkan Cleo kembali ke sini, Binar memutuskan untuk pulang ke rumahnya dengan diantar oleh Kenzie. Sebelum pergi, Binar telah berpesan pada Arion untuk bersikap baik pada Cleo, dan jangan sampai membuatnya takut. Dengan tidak adanya kehadiran Binar, maka pengaruhnya untuk membuat Cleo tenang juga akan menghilang. Jadi, tidak seharusnya Arion menambah masalah yang tidak perlu dengan membuat Cleo merasa tidak nyaman. Tapi, Arion tidak peduli apakah sikapnya mengajak Cleo bicara empat mata seperti ini dapat dikategorikan sebagai perbuatan baik atau tidak. Justru ada kepuasan tersendiri yang dirasakan Arion melihat bagaimana Cleo menundukkan kepala takut karena berhadapan dengannya. Menurut Arion, memang seharusnya begitu. Ia ingin ada tembok yang tinggi di antara mereka, sehingga Cleo tidak boleh merasa hubungan mereka ini bisa menjadi hubungan yang dekat. "Hukumnya wajib untuk mengikuti peraturan ini. Jadi, jangan sampai kamu melanggar. Ngerti?" Cleo hanya menganggukkan kepala. Sejak kembali ke sini, perempuan itu memang tidak banyak bicara lagi. Baik itu dengan Arion, maupun dengan Binar dan Kenzie. Binar pun sudah mengingatkan Arion bahwa Cleo masih dalam fase shock dan berusaha untuk mencerna semua yang terjadi padanya hari ini. Tapi apa Arion peduli? Tentu tidak. "Pertama kamu harus tau dulu kalau di rumah ini, kita akan tinggal bertiga. Saya, kamu, dan Kenzie," jelas Arion. "Kamar Kenzie ada di lantai bawah. Kamar kita berdua ada di lantai atas." Cleo baru mengangkat kepala. Kedua matanya membola menatap Arion. "Kita...sekamar?" "Jangan gila. Sampai kapan pun, itu nggak akan terjadi." Arion menjawab pedas. "Kamar kita cuma sebelahan. Supaya kalau ada sesuatu yang buruk terjadi, saya bisa langsung melindungi kamu." "Ah, oke." "Peraturan pertama, kamu nggak boleh masuk ke kamar saya tanpa izin, karena saya nggak mau privasi saya terganggu." Kepala Cleo terangguk sebagai jawaban. "Saya juga nggak ada niatan untuk masuk ke kamar kamu," gumamnya. Arion memilih mengabaikan gumaman Cleo itu. "Kedua, jangan sampai ada yang tau kalau kamu tinggal di sini, termasuk keluarga kamu. Binar bilang, tadi dia sudah bantu kamu untuk menjelaskan ke keluarga kamu soal drama hari ini, jadi itu nggak akan jadi masalah lagi. Dan sebagai kamuflase, tempat kos kamu juga akan terus saya bayar supaya kelihatannya kamu masih tinggal di sana." Lagi-lagi, Cleo hanya menganggukkan kepala. "Yang ketiga, kamu harus tetap pura-pura nggak kenal sama saya saat di kantor. Tapi, kamu harus pulang dan pergi dari kantor sama saya. Nanti biar Kenzie yang mengatur itu supaya nggak ada orang yang tau kita pulang dan pergi bersama." Kali ini, Cleo tidak langsung mengiyakan. Ia justru bertanya, "Kenapa saya harus pulang dan pergi ke kantor sama kamu?" "Kenapa kamu masih nanya? Bukannya sudah jelas? Mulai sekarang, kamu harus selalu ada dalam pengawasan saya, Kenzie, atau Binar. Karena bahaya bisa datang ke kamu kapan saja, kemana pun kamu mau pergi, salah satu dari kami harus ikut. Dan kamu sama sekali nggak boleh pergi kemana pun tanpa izin saya dan tanpa pengawasan." "Nggak bisa begitu dong," protes Cleo. "Kenapa hidup saya jadi diatur segitunya?" "Sudah saya bilang kan, hidup kamu memang nggak akan bisa normal lagi setelah kita ter-imprint." "Tapi saya juga bisa jaga diri saya sendiri tanpa perlu diawasi dua puluh empat jam. Saya ngerti kok kalau hidup kamu sekarang bergantung di saya, dan saya juga nggak sebodoh itu untuk membahayakan diri sendiri. Saya juga masih mau bebas dan butuh privasi, bukan kamu aja." Arion tertawa sinis. Sepertinya, efek mantra Binar sudah benar-benar hilang sekarang, sehingga Cleo berubah jadi lebih berani dan tidak setenang sebelumnya menyikapi ini semua. "Nggak bisa," balas Arion tegas. "Salahkan takdir karena sudah membuat kamu jadi mate saya. Hidup kamu sekarang adalah hidup saya juga. Jadi, mau nggak mau kamu harus menerima peraturan itu." Sepasang mata Cleo kembali berkaca-kaca, persis seperti tadi ketika mereka mengobrol berdua untuk pertama kali. Tapi, jika sebelumnya Cleo menangis karena sedih, sekarang perempuan itu lebih terlihat ingin menangis karena menahan kesal. Karena suasana hati Arion yang juga tidak terlalu bagus, ia jadi turut merasa kesal. Melihat Cleo berada di hadapannya sekarang semakin membuat Arion merasa membenci kehadiran perempuan ini. "Terakhir, walaupun kita mate, jangan harap saya mau bersikap baik ke kamu, karena itu nggak akan pernah terjadi," lanjutnya. "Saya akan penuhi semua kebutuhan kamu selama kamu tinggal di sini, dan sebagai gantinya kamu harus menjaga nyawa saya yang ada di tangan kamu. Hubungan ini nggak akan lebih dari itu. Ngerti?" Arion tersentak ketika tiba-tiba saja Cleo berteriak keras di depan wajahnya. Benar-benar berteriak histeris hingga wajahnya memerah dan otot-otot di wajahnya menegang. "KAMU PIKIR SIAPA JUGA YANG MAU PUNYA HUBUNGAN LEBIH SAMA KAMU?!" Ujarnya murka. "SAYA JUGA NGGAK MAU JADI MATE KAMU OR WHATEVER THIS s**t IS! TAU JODOH SAYA SILUMAN KAYAK KAMU AJA RASANYA SAYA MAU GILA! DAN ENGGAK, SAYA JUGA NGGAK SENENG SAMA SEKALI HARUS TINGGAL DI SINI. SAYA DATANG KE KOTA INI CUMA UNTUK KERJA DAN PUNYA KEHIDUPAN NORMAL! BUKANNYA KETEMU KAMU! JADI, JANGAN BERSIKAP SEOLAH CUMA KAMU YANG JIJIK DAN BENCI SAMA HAL INI, KARENA SAYA JUGA! SAYA BENCI SAMA TAKDIR SAYA! BENCI KARENA NYAWA KAMU ADA DI TANGAN SAYA! BENCI KARENA SAYA ADALAH MATE KAMU! NGERTI?!" Cleo terengah setelah meneriakkan itu semua nyaris dalam satu tarikan napas. Setelahnya, ia hanya menatap Arion marah dengan airmata yang sudah berlinang dan bibir bergetar. Arion berdiri canggung di tempatnya. Masih tidak menyangka jika Cleo akan meledak seperti tadi. Setelah semua rangkaian kejadian hari ini, emosi Cleo seolah baru tumpah semuanya. Setelah itu, cukup lama mereka hanya diam dan saling memandang satu sama lain. Arion jadi yang pertama memecah keheningan dengan berhedam. "Kamar kamu di sebelah kiri," akhirnya hanya itu yang bisa dikatakan oleh Arion setelah marahnya Cleo. "Makasih." Cleo menjawab nyaris ketus. Lalu, tanpa bilang apa-apa lagi, perempuan itu langsung membuang muka dan berlari menuju kamarnya, meninggalkan Arion yang memandangi kepergiannya dengan napas terhela kasar. Saat itu, Arion merasa jika cerita-cerita dari werewolf lain yang pernah dia dengar hanya lah kebohongan belaka, atau terlalu dilebih-lebihkan. Di saat mereka bilang bertemu dengan mate mereka akan jadi momen terindah seumur hidup dan secara instan mereka bisa langsung merasa tertarik hingga jatuh cinta pada sang mate, yang terjadi pada Arion dan Cleo justru sebaliknya. Bukan bahagia yang dirasakan, Arion justru merasa jika semua ini adalah bencana. Tidak ada juga percikan cinta sedikit pun yang muncul, mereka justru saling membenci. Dan Arion yakin, sampai nanti pun akan selalu begitu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD