7. Si Gila Arion

2196 Words
Terhitung seminggu sudah Cleo tinggal di rumah Arion dan kehilangan kebebasan hidupnya. Dan selama seminggu ini, Cleo seringkali bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa sih dia bisa dengan mudahnya menerima ini semua? Padahal, Cleo memegang kelemahan Arion dan bisa menggunakan itu untuk keuntungan dirinya. Tapi entah kenapa, Cleo tidak memiliki keinginan apapun untuk berbuat buruk, termasuk melarikan diri, bahkan di saat kelakuan Arion padanya sama sekali tidak membaik. Meski semuanya masih terasa tidak masuk akal mau dipikirkan bagaimana pun, tapi Cleo pasrah menerima itu semua dan kini bersikap biasa saja. Terlepas dari kenyataan bahwa Arion dan Kenzie bukan manusia, juga dirinya dan Arion katanya ditakdirkan sebagai mate, bagi Cleo mereka tetap tidak lebih dari sekedar orang asing. Arion masih bersikap dingin pada Cleo. Mereka hampir tidak pernah bicara lagi sejak pertengkaran tempo hari, dan Cleo juga ogah mengajak lelaki itu bicara duluan. Tapi, Cleo sudah tidak setakut seperti pertama kali pada Arion. Selama seminggu ini, teman bicara Cleo di rumah ini memang hanya Kenzie. Lelaki itu sangat bersahabat, dan cukup menyenangkan sehingga dalam waktu sepekan, mereka bisa jadi akrab. Yah, walaupun kalau sudah di kantor, Cleo tetap merasa sebal karena selalu diawasi oleh Kenzie. "Mungkin, kamu sekarang bisa merasa biasa aja karena sugesti baik dari Binar sejak awal kamu tiba di sini. Andai nggak disugesti sama dia, kamu sekarang pasti nggak akan bisa duduk santai begini sama saya." Kenzie bilang begitu setelah Cleo menyampaikan isi kepalanya soal mengapa ia bisa menyikapi ini semua dengan tenang sekarang. Selepas makan malam, keduanya duduk berdua di ayunan yang ada di teras belakang rumah Arion. Beberapa hari belakangan, hal ini memang jadi aktivitas rutin keduanya. Mengobrol dan mengakrabkan diri. Kalau Arion tidak perlu ditanya, lelaki itu selalu mengurung diri di kamarnya sejak Cleo tinggal di sini. "Binar tuh memangnya bukan manusia ya?" Cleo bertanya penasaran. Ia menoleh pada Kenzie, menghadap langsung pada wajah oriental lelaki itu yang selalu enak dipandang. Kenzie terkekeh. "Dia manusia kok. Manusia yang punya kemampuan spesial." "Indigo gitu ya? Bisa liat hantu dan mendeteksi makhluk-makhluk kayak kalian?" "Lebih dari itu. She is a witch." "Hah?" "Yah, mungkin orang awam lebih mengenalnya dengan istilah dukun? Tapi Binar nggak pernah mau dipanggil begitu. She prefers to call herself as a witch." Seharusnya Cleo tidak terkejut. Jika di dunia ini saja ternyata manusia serigala dan vampire itu nyata, maka bukan hal yang mengherankan jika penyihir juga nyata. Sedari awal melihat Binar pun, Cleo bisa merasakan kalau aura perempuan itu berbeda dengan aura manusia biasa. Entah apa yang dilakukan Binar hari itu, tapi Cleo yakin kalau memang dirinya bisa jadi lebih santai menyikapi ini semua karena Binar. "Binar sudah sangat banyak membantu saya dan Arion sejak kami tiba di kota ini. Tanpa Binar, mungkin kami berdua sudah mati." "Kenapa gitu?" Tanya Cleo tertarik. "Memangnya sebelum ini kalian ada dimana dan kenapa?" "Sebaiknya kamu tanya langsung ceritanya sama Arion. Kemungkinan besar dia nggak akan suka kalau saya yang cerita ini ke kamu tanpa izin dia." Cleo spontan berdecak dan cemberut. Padahal sepenggal cerita yang disampaikan oleh Kenzie tadi sudah sukses membuatnya penasaran. Sebab sejauh ini, Cleo memang belum mengetahui latar belakang apapun tentang Arion dan Kenzie, kecuali identitas mereka sebagai manusia serigala. "Kalau gitu, yang ada selamanya aku nggak akan bisa tau. Jangan kan dia mau cerita, aku aja udah nggak pernah ngobrol sama dia lagi." "Arion memang sikapnya keras. Butuh waktu lama bagi dia untuk bisa dekat dengan orang baru, karena memang dia tipikal yang susah didekati." "Aku juga nggak ada niat untuk dekat sama dia kok." "Tapi kalian kan mate. Hanya butuh waktu sampai nantinya kalian bisa dekat." Cleo mencibir. Ia yakin sekali, hal itu tidak akan pernah terjadi. "Kenapa aku nggak jadi mate kamu aja sih?" Celetuknya tiba-tiba. Tanpa benar-benar berpikir, pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibirnya. Kenzie sampai kaget. Tapi, Cleo betulan serius bertanya begitu kok, meskipun spontan. "Pasti rasanya lebih baik kalau aku jadi mate kamu, bukannya Arion. Kamu jauh lebih manusiawi daripada dia." Kenzie hanya bisa tertawa canggung dan melengos. Di kulit putih lelaki itu, semburat merah muda muncul dan terlihat jelas di wajah, leher, juga telinganya. Cleo jadi menahan senyum geli karena tidak menyangka jika seorang werewolf ternyata juga bisa tersipu seperti ini. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, mungkin kebanyakan dari bangsa mereka memang tidak banyak memiliki pengalaman berhubungan dengan lawan jenis, akibat jodoh mereka yang sudah ditentukan oleh langit. Itu yang Cleo lihat dari Kenzie, tapi entah bagaimana dengan Arion. "Tapi, aku serius kok, Kenzie. Aku udah pasrah karena nasib aku yang jadi pasangannya werewolf. Tapi seandainya bisa milih, aku nggak mau jadi pasangannya Arion. Kamu lebih baik, lebih manusiawi, dan lebih bisa menghargai aku. Kalau sama kamu, pasti rasanya nggak akan setertekan ini." Arion memang tidak ada di dekat mereka sekarang, karena lelaki itu berada di dalam kamarnya yang ada di lantai dua. Tetapi, Cleo lupa kalau Arion bukan manusia. Lelaki itu setengah serigala. Dan serigala memiliki kemampuan pendengaran yang seratus kali lebih tajam daripada manusia. Tanpa Cleo sadari, di dalam kamar Arion mendengar semua yang dikatakannya pada Kenzie. Lelaki itu menggertakkan gigi dan mengepalkan kedua tangannya. Arion kesal. *** Keesokan harinya, semua orang tahu kalau suasana hati Arion sedang buruk. Tidak hanya Cleo dan Kenzie saja yang bisa merasakannya sejak di rumah, bahkan semua orang di kantor pun dapat merasakannya dengan jelas. Sejak Arion tiba, hawa di kantor jadi tidak enak. "Aduh, liat muka kusutnya si Bos hari ini, perasaan gue jadi nggak enak deh." Tamara sampai bilang begitu ketika mereka sudah menempati kubikel kerja masing-masing. "Udah lama emang dia nggak ngamuk, jadi gue nggak heran kalau dia bakal ngamuk hari ini," timpal Raden. "Siap-siap aja, guys." "Yah, yang mesti siap-siap sih Mas El." Jihan melirik ruangan atasan mereka. "Doi yang pasti bakalan kena semprot andai ada masalah sedikit aja." Mendengar percakapan teman-temannya itu, Cleo hanya bisa meringis. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau Cleo juga punya firasat buruk. Ketika di rumah tadi, Arion bahkan tidak ikut sarapan dan langsung masuk ke dalam mobil setelah bersiap. Lelaki itu juga tidak bilang sepatah kata pun pada Kenzie, apa lagi pada Cleo. Padahal, biasanya Arion masih mengajak Kenzie bicara dan hanya mengabaikan Cleo saja. Tapi tadi Kenzie ikut diabaikan. Di dalam perjalanan pun, Arion berkali-kali mengumpat hanya karena masalah sepele. Mulai dari Kenzie yang terlambat mengejar lampu hijau, jalanan yang macet, hingga suara klakson mobil truk yang besar. Cleo sampai heran sendiri sekaligus jengkel pada sikap Arion itu. Tapi mau menegur pun dia enggan, karena hari ini tatapan Arion juga terasa lebih tajam dari biasanya. Entah apa yang membuat suasana hati Arion jadi begitu buruk. Nanti malam, Cleo akan menanyakannya langsung pada Kenzie. Dan semoga saja, firasat buruk teman-temannya soal hari ini salah. "Tam, temenin saya meeting." Tamara mengerang keras setelah Eldrian, ketua divisi mereka keluar dari ruangannya dan bicara begitu. "Please, jangan saya dong, Mas El. Saya takut, itu si Bos Besar kayaknya lagi bad mood." Tamara menolak dengan sangat memelas. Perempuan itu bahkan sampai merapatkan kedua tangannya dan memohon pada Eldrian. Cepat-cepat Jihan menyambar ketika Eldrian meliriknya. "Maaf, Mas El, tapi saya juga ngeri." Pria berkumis tipis itu menghela napas berat karena penolakan dari dua rekan kerjanya. Sama seperti Jihan dan Tamara, jelas sekali kalau sebenarnya Eldrian tidak sepenuh hati untuk datang ke meeting tersebut. Hanya saja, sudah kewajibannya untuk hadir. "Nggak mungkin kan lo ngajak gue?" Raden terkekeh, kemudian ia melirik Cleo. Diikuti oleh yang lain juga melirik pada Cleo. Oh, tentu saja Cleo tahu apa artinya itu. "Yuk, Cleo, temani saya meeting. Kebetulan, kamu satu-satunya yang belum pernah ikut saya meeting mingguan sama Bos Besar, iya kan?" Apakah Cleo punya pilihan untuk menolak seperti Tamara dan Jihan tadi? Jawabannya, tentu saja tidak. Alhasil, Cleo ikut bersama Eldrian pergi ke ruang meeting tempat diadakannya meeting mingguan antara para perwakilan divisi di perusahaan ini bersama dengan si Bos Besar. Eldrian menjelaskan secara singkat bahwa meeting ini sangat penting dan wajib dihadiri karena akan membahas pencapaian setiap divisi dan rencana kerja mereka ke depannya. "Nanti kamu cuma bantu catat yang penting di rapat itu, sisanya urusan saya," jelas Eldrian dalam perjalanan mereka menuju ruang meeting. "Tapi, di sana nanti kamu bisa sekalian belajar. Siapa tau, one day di saat saya lagi berhalangan, kamu ditunjuk untuk mewakili saya sepenuhnya di rapat." "Iya, Mas El." "Oh ya, karena kamu masih baru, kamu juga pasti belum tau gimana si Bos Besar kita. Saya cuma mau bilang sih, kamu jangan kaget misal liat dia ngamuk. Dengerin aja, tapi jangan dimasukin hati." "Emang bisa seburuk itu ya?" Eldrian menghembuskan napas berat. "Banget. Ini aja saya masih ketar-ketir, padahal udah sering rapat sama dia." Rasanya Cleo semakin berat hati melangkahkan kaki ke ruang rapat, tapi mau mundur pun sudah tidak bisa lagi. Ruang rapat itu terletak di dekat ruangannya Arion. Karena semua dinding ruangan itu terbuat dari kaca, dari luar bisa terlihat siapa saja yang sudah ada di dalam. Hampir semuanya sudah datang, yaitu para ketua divisi, juga Arion, dan Kenzie. Cleo menelan ludah melihat Arion yang sedang berbicara dengan salah satu ketua divisi di sana, dan dari raut wajahnya, lelaki itu terlihat marah. Saat dirinya dan Eldrian masuk ke ruang rapat, bertepatan dengan Arion yang melempar setumpuk berkas ke atas meja. Cleo terkesiap kaget, sementara yang lain hanya bisa menundukkan kepala takut. "Sadar nggak kalau semua yang dikerjakan tim kamu itu salah semua? Kamu pikir saya nggak akan periksa dan main approve aja? Dua minggu saya kasih waktu dan yang kamu kerjakan cuma sampah!" Ruangan itu seketika hening. Cleo dan Eldrian yang masih berada di depan pintu pun mematung dan ragu melanjutkan langkah ke dalam. "Semua kesalahannya nggak ada yang bisa saya tolerir. Kerjakan ulang semuanya dari awal! Dan kamu, keluar dari sini sekarang. Tanpa progress project itu, kehadiran kamu di rapat ini nggak penting!" Orang yang dimaki oleh Arion hanya bisa meminta maaf, kemudian mengambil dokumennya yang tadi dilemparkan Arion ke atas meja, sebelum meninggalkan ruang rapat. Ketika orang itu pergi, Arion melirik ke arah pintu, sehingga ia bisa melihat Eldrian dan Cleo yang masih berada di sana. Cleo bisa merasakan tatapan tajam Arion terarah lurus padanya. Seperti biasa, lelaki itu selalu melihat Cleo seolah kehadiran Cleo adalah sebuah hama. Kemudian, Arion berujar, yang sepertinya ditujukan khusus untuk Cleo saja, "Rapat hari ini cuma untuk ketua divisi, yang tidak berkepentingan silahkan keluar. Saya lagi nggak mau liat ruangan rapat ini ramai oleh orang-orang nggak penting." Di sisi tubuhnya, kedua tangan Cleo terkepal erat menahan kesal. Rasanya seperti dipermalukan. Tapi untung saja, bukan hanya Cleo yang harus keluar dari ruangan itu, karena ketua divisi yang lain juga masing-masing membawa satu rekan bersama mereka. Tapi tetap saja, Cleo kesal pada Arion yang jelas-jelas hanya ingin mengusirnya. Sebelum keluar dari ruangan rapat itu, Cleo sempat melihat Kenzie tersenyum tidak enak padanya. Melihatnya membuat Cleo spontan bergumam pada diri sendiri, "Emang lebih baik kalau jadi mate-nya Kenzie!" Oh, lagi-lagi Cleo tidak sadar kalau Arion bisa mendengar itu. *** Begitu tahu kalau Cleo diusir dari ruang rapat oleh Arion, tentu saja teman-temannya langsung menghujat si Bos Besar itu dengan sangat menggebu-gebu. Mereka semua sepakat kalau Arion lagi kumat, dan itu merupakan hal yang biasa. "Pokoknya lo nggak perlu khawatir ya, Cle. Jangan diambil hati. Si gila Arion emang gitu. Kalau lagi nggak mood, semua orang bisa kena semprot sama dia." Jihan sampai ke bilik Cleo untuk merangkulnya dan menenangkannya. "Anggap aja ini sebagai privilege karena lo nggak mesti liat dia yang pasti marah-marah di rapat itu." Cleo memaksakan senyum, padahal dalam hati ia masih kesal. Selama ini ia sudah sangat muak menghadapi Arion yang selalu bersikap buruk padanya di rumah. Karena itu, melihat bagaimana akhirnya ia membuktikan sendiri omongan teman-temannya tentang Arion sebagai Bos Besar yang menyebalkan, Cleo jadi semakin muak. Arion sungguh semena-mena. Meskipun ia adalah bos di kantor ini, tapi Cleo rasa tidak seharusya Arion begitu. Hanya karena suasana hatinya sedang buruk, bukan berarti Arion boleh melampiasakan itu kepada para karyawannya. Karena Cleo tidak banyak bicara sejak ia kembali dari ruang rapat itu, teman-temannya pun menganggap kalau Cleo shock karena baru pertama kali merasakan sikap buruk Bos Besar. Padahal, Cleo diam karena kekesalannya pada Arion yang semakin bertambah setiap harinya. Tidak sampai di sana, begitu Eldrian kembali dari rapat, lelaki itu masuk ke ruangan divisi mereka dengan membawa setumpuk dokumen di tangannya. Wajah Eldrian nampak kusut, menandakan bahwa apapun yang terjadi di rapat tadi, bukan lah sesuatu yang bagus. Yang membuat Cleo kaget, Eldrian meletakkan tumpukan dokumen itu di meja kerjanya. Lelaki itu meringis pada Cleo seraya berujar, "Sorry, Cle...tapi kayaknya hari ini kamu harus lembur." Perasaan Cleo sungguh tidak enak. "Kenapa gitu, Mas?" "Bos Besar nugasin kamu untuk input semua data di laporan ini." Eldrian mengedikkan dagu pada tumpukan dokumen yang sudah berpindah ke atas meja Cleo. "Dan hari ini harus selesai ya, Cle." Dari kubikelnya masing-masing, yang lain terkesiap mendengarnya. Sementara Cleo hanya mampu terdiam memandangi setumpuk dokumen tebal itu. "Sorry, Cleo, saya juga nggak ngerti kenapa dia kasih tugas ini ke kamu, dan harus kamu yang ngerjain. Yang lain nggak boleh bantu." "Ish, emang dasar udah gila ya si Arion tuh! Sengaja banget mau nyusahin anak baru!" Sungut Jihan kesal. Di dalam hati, Cleo jauh lebih kesal lagi. Cleo bersumpah, ia akan protes pada Si Gila Arion sesampainya di rumah nanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD