bc

Lamaran Dadakan Atasanku

book_age4+
detail_authorizedAUTHORIZED
406
FOLLOW
3.3K
READ
HE
powerful
boss
heir/heiress
sweet
bxg
affair
like
intro-logo
Blurb

“Aku butuh istri tapi kau tidak perlu menikah denganku dulu. Mari kita lakukan tester,” seru Rafael, mata birunya itu berbinar-binar menatap Savannah, bahkan tidak bisa mengalihkan tatapannya di kedua belahan d**a Savannah.

Alis Savannah mengerut. “Tester? Apa yang harus dicoba?”

“Aku punya tawaran untukmu. Apa kau mau jadi pacarku?”

“Jadi kau ingin hubungan kontrak denganku sampai kau mewarisi kekayaan ayahmu?”

“Tidak, aku ingin mempekerjakaanmu sampai kau siap menikah denganku secara resmi. Aku butuh ahli waris tapi aku tidak ingin anak-anak kita lahir secara tidak sah.”

Mendengar itu, bulu kuduk Savannah merinding. Edward, mantan suaminya, tidak menginginkan anak tapi pria di hadapannya ingin menikah untuk memiliki ahli waris. Savannah terperangkap, antara masa lalu dan masa depan yang sangat mengiurkan, dia harus mengambil keputusan. Bujangan terhot serta paling diinginkan di New York, Rafael Sebastian adalah pilihan yang tepat untuk lepas dari mantan suaminya, Edward yang telah berselingkuh dengan sahabatnya. 

chap-preview
Free preview
1. Diceraikan Dihari Anniversary Pernikahan
POV SAVANNAH Suamiku tidak mencintaiku lagi. Cintanya mulai hilang beberapa waktu, meninggalkan kekosongan di hatiku serta rasa sakit yang kuyakini akan dipenuhi api baru yang menyakitkan. Namun, rasa dingin itu ada. Hubungan kami telah memudar, b******a tidak sebaik dulu. Tergesa-tegas, seperti robat. Aku beberapa kali mencoba apa yang salah. Aku dan Edward menikah saat kami baru lulus dari NYU. Kami telah bersama sejak berusia 18 tahun, kami memutuskan untuk menikah. Aku jatuh cinta dan tidak ada hal lain yang lebih penting selain dirinya. Semuanya bermula, Edward mulai berhenti mengatakan jika dia mencintaiku. Kedua, dia tidak menginginkan seorang anak. Aku paham, kami sangat sibuk tapi kami telah menikah lima tahun. Terakhir, dia selalu pergi saat akhir pekan, serta mengganti sandi ponselnya. Edward turun dari tempat tidur setelah kami berhubungan, membiarkan selimut jatuh ke lantai. “Apa kau mau mandi bersamaku?” “Tidak, kaki masih terasa kaku.” Bohong? Tentu saja. “Oke.” Tanpa perlawanan dia langsung pergi ke kamar mandi. Aku segera berpakaian, menyalakan komputer, mencari pertanyaan-pertanyaan serupa tentang apa yang telah kualami. Apa pernikahan tanpa cinta masih layak dipertahankan? Aku menghapus pesan itu. Itu bukan pertanyaan yang tepat. Bagaimana kalau— Bagaimana mempertahankan sebuah pernikahan? Apa? Tidak, aku menghapus teksnya. Apa gunanya tetap menikah jika tidak ada kasih sayang? Apa ini salahku? Apa kita masih saling mencintai? Tidak. Ini bukan pertanyaan yang tepat. Apa suamiku berselingkuh? Dua minggu setelahnya, hari ulang tahun kelima pernikahan kami. Aku memutuskan untuk tidak mengkhawatirkan hal yang dapat membuat pernikahan kami hancur. Mungkin semua akan kembali normal setelah yang kurencanakan berhasil. Setelah makan malam di restoran favorit kami, untuk menghidupkan kembali cinta di antara kami yang hilang dengan melihat foto lama serta menonton vedio pernikahan kami. Kemudian kami akan menjadi pasangan romantic seperti dulu. Aku telah merencanakan beberapa adegan yang menarik yang akan membuatnya tergila-gila. Dan mungkin, jika semuanya berjalan dengan baik, aku pasti akan mendapatkan puncak kenikmatan. Perjalanan bisnisku dua minggu ke Los Angeles membuat pikiranku jernih. Mungkin aku hanya berharap terlalu banyak. Aku menabrak seseorang saat berjalan di terminal bandara, tepat saat aku akan memesan Uber. AKibatnya, ponselku terjadi. “Err. Maaf...” Saat aku berjongkok mengambil ponsel, kulihat sepasang sepatu oxfords cokelat Testoni yang dibungkus dengan celana panjang abu-abu. Beberapa saat aku menunggu pria itu menyingkir tapi dia tidak melakukannya. Sebaliknya, dia malah membungkuk dengan anggun meraih sesuatu di depanku. Saat berdia, kulihat manset S dan Rolex melingkar di pergelangan tangannya. Tatapanku tertuju padanya. Pafrum musk berpadu cendana yang menguar dari tubuhnya membuatku mengigil, wajahnya tampan, tubuhnya tinggi serta tegap itu dipadukan dengan setelan jas tiga potong membuat perutku menggelitik. Aku benar-benar terpesona olehnya. “Kamu baik-baik saja?” Dia menanyakan itu saat aku berdiri. Kucoba memahami situasi dengan baik, saat mendengar suara bariton miliknya membuat perutku terasa digelitik. Aku telah menikah, hanya mencintai satu orang tapi bukan berarti aku tidak bisa melihat ketampanan dari pria lain. Aku hanya bisa menatap parasnya yang indah itu. Rambut hitam, mata biru laut, rahang yang kuat, tulang pipi yang terpahat, serta mulut yang terukir dengan tegas menjadi ciri khasnya. Ada sedikit kelembutan di wajah pria asing yang seksi ini di balik ekspresi asingnya itu. “Ya, tentu, terima kasih.” Aku memejamkan mata. Sadarlah, Savannah. Alisnya berkerut menatapku. “Hati-hati.” Aku tidak bisa bergerak setelah satu hentakan, meskipun dia sudah tidak terlihat. Aku masih bisa merasakan tarikannya yang kuat. Apa-apaan itu? Aku mencoba untuk bisa fokus kembali. Ya Tuhan! Aku tahu aku akan terlambat. Saat itulah aku bergegas keluar untuk mencari Uber. Layar ponselku menyala, tapi face unlock gagal. Sebuah wallpaper gelap yang aneh muncul. Apa ini? Ini bukan milikku. Itu membuatku tersadar, jika ponsel yang kupegang bukan ponselku tapi ponselnya. Aku berlari kembali ke terminal, menyeret koperku sekuat tenaga. Melihat sekeliling dan memegang bahu seorang pria, tapi itu bukan dia. Dia tidak ada di mana-mana. Orang asing dengan sejuta pesona itu tidak bisa kutemui lagi. Sial. Aku hanya punya waktu sekitar satu jam untuk kencanku. Edward benci jika aku terlambat, jadi aku berlari ke tempat parkir taksi dan melambaikan tangan memanggil taksi. *** Aku datang terlambat sepuluh menit. Biasanya, Edward akan mengeluh, tapi tidak kali ini. Dia tetap tenang. Terima kasih Tuhan! “Maaf, aku terlambat. Itu karena—” Gerakan Edward selanjutnya sangatlah cepat, tanpa aku sadari kini dia memberikanku kecupan. “Tidak apa-apa. Kamu baru saja turun dari penerbangan enam jam. Oh, ini untukmu.” Dia mengambil buket bunga itu dari meja dan menyerahkannya padaku. “Terima kasih.” Aku tersenyum sambil mengendus kelopak bunga itu. Aku tidak ingat kapan terakhir kali dia memberiku bunga. Dia membantuku duduk. “Apakah kamu sudah memesan sesuatu?” “Tentu saja sesuai dengan kesukaanmu. Bagaimana dengan perjalananmu?” “Melelahkan seperti biasa, tapi menyenangkan. Hari Senin, aku punya kabar baik untuk tantemu.” Aku bekerja untuk tantenya Edward, Amara Reed, sebagai eksekutif pemasaran. Dia adalah pimpinan New Star Media, sebuah label rekaman yang berbasis di Midtown. Satu-satunya orang tua Edward adalah Tante Amara. Setelah orang tua mereka meninggal, dia membesarkan Edward dan saudara laki-lakinya, Brett. “Aku memang yakin kamu bisa melakukannya dengan baik. Kamu tidak pernah gagal untuk itu.” Saat kami mendiskusikan perjalananku ke Los Angeles, makan malam dengan menu lengkap khas Italia disajikan termasuk sebotol sampanye. “Itu dia! Lily Paige, seorang penyanyi-aktris, akan bergabung dengan perusahaan kita. Tante Amara akan senang karena dia selalu menginginkan Lily. Jadi—” Aku mengangkat gelas sampanyeku. “Ini untuk kesuksesan dan hari jadi kita.” Edward juga mengangkat gelasnya. “Terima kasih untuk tahun-tahun itu, Savi.” Kami menyesap sampanye. Sambil makan, aku bercerita lebih banyak tentang perjalananku selama dua minggu. Aku mengatakan pada Edward bahwa aku bersenang-senang dengan Lily dan stafnya. Kami melakukan tur keliling Hollywood, pergi ke spa, berdansa semalaman di sebuah klub malam eksklusif, berjalan-jalan di pinggir jalan, dan berbelanja. Suamiku penuh perhatian, tapi sangat pendiam malam itu. Aku tidak yakin apakah dia memperhatikan. Aku tidak keberatan, jadi aku tetap melanjutkannya. Saatnya memberikan hadiah anniversary untuk Edward. “Hei, aku punya sesuatu untukmu.” Aku ingin meraih tasku, tapi niatku itu langsung dihalangi oleh Edward. “Tunggu.” “Ada apa?” Dia memusatkan pandangannya padaku. “Mari kita bicara.” Aku memasukkan hadiah itu kembali ke dalam tasku. “Bicara tentang apa?” “Aku akan membatalkan kencan ini, tapi kamu tidak menjawab teleponmu, jadi aku menunggu.” “Aku kehilangan ponselku.” Aku menjelaskan itu sambil cemberut. “Tunggu. Apa kamu baru saja mengatakan membatalkannya?” “Aku tahu kalau ini sangat penting untuk kamu, tapi—” “Apa kamu baik-baik saja? Kamu tampak sedikit lelah. Tentu, kita bisa merayakannya di rumah.” Edward langsung saja menghembuskan kasar napasnya. “Tolong biarkan aku menyelesaikannya.” Apakah Edward sadar kalau intonasi suaranya baru saja meninggi. “Oke, lanjutkan. Kamu sungguh membuatku gugup sekarang.” Dia merogoh saku bajunya untuk mengambil sesuatu. Sebuah kotak beludru biru kecil. Dia mendorongnya ke arahku sambil meletakkannya di atas meja. Mataku membelalak karena takjub. Aku sudah menduganya! Edward masih memiliki perasaan padaku. “Apakah ini untukku?” Aku lantas mengambil kotak tersebut dan menggenggamnya seerat yang kubisa “Apa ini?” “Bukalah.” Aku terkikik saat melepaskan ikatan pita sutra biru dan membuka tutupnya. Dia mungkin ingin melihat bagaimana reaksiku. Kotak itu berisi sebuah cincin. Cincin pernikahannya. Aku tidak menyadari bahwa dia tidak memakainya sampai sekarang. Hatiku hancur. Sesuatu sedang terjadi di antara kami, tapi aku tak menyangka. Aku menutup kotak itu dan mengembalikannya. “Kenapa ini kamu berikan padaku?” Kurasa itu adalah pertanyaan yang konyol. Setidaknya aku sudah memiliki bayangannya, jadi kenapa aku masih saja mempertanyakannya? “Aku mengajukan gugatan cerai. Maafkan aku, Savi.” Sekujur tubuhku langsung saja membeku. Dengan tekanan yang meningkat di dadaku, mataku mulai berair. “Jadi kamu benar-benar melakukannya. Di hari ulang tahun pernikahan kita. Apakah ada orang lain di hatimu?” “Bukan seperti itu. Pernikahan ini sudah mulai hambar. Kita tersesat di sepanjang jalan. Kamu juga merasakannya. Lihatlah kita. Lihatlah dirimu sendiri. Kamu, mengabaikan dirimu sendiri. Kamu, bahkan tidak mencoba untuk dandan.” Aku menunduk dan menatap diri sendiri. Tentu saja, aku bisa berpakaian lebih baik daripada celana panjang hitam dan kemeja putih, tapi dia mengerti mengapa, dan itu tidak pernah menjadi masalah. “Aku tidak mengenalmu lagi,” gumamku saat air mata mengalir di pipiku. Aku segera menyekanya dengan telapak tangan. Alasannya sangat lemah. “Aku memang selalu salah, Savi. Kamu hanya melihat versi yang ingin kamu lihat.” Tidak. Ini sama sekali bukan Edward yang kukenal. “Selama sebelas tahun terakhir, Ed, kita sudah berkali-kali bertengkar dan berdamai. Aku berjuang keras. Beraninya kamu melakukan ini padaku ketika kita seharusnya membicarakannya terlebih dahulu?” “Itulah makanya aku ingin bicara denganmu sekarang.” “Kamu bilang kamu sudah memulai proses perceraian. Tanpa berbicara denganku. Kamu sudah menentukan pilihanmu.” Aku melemparkan buket bunga yang menyedihkan itu ke arahnya. “Dan untuk apa ini?” “Aku tak ingin terlihat seperti b******n. Lihatlah. Ini tidak harus sulit, oke? Kamu akan mendapatkan surat cerai dan yang harus kamu lakukan adalah menandatanganinya.” Oh, Tuhan. Dia dulu begitu pintar, bagaimana dia bisa menjadi begitu bodoh? Apakah dia benar-benar berpikir hanya itu yang aku pedulikan? Apakah dia harus menunggu sampai saat ini untuk menghancurkanku seperti ini? “Kamu tahu apa?” Aku bangkit berdiri dan meraih koperku. “Kamu memang brengsek.” “Savannah!” teriaknya, tapi aku mengabaikannya dan bergegas keluar dari restoran. Hatiku hancur berkeping-keping.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERNODA

read
198.0K
bc

Tunangan Pengganti CEO

read
1K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.6K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
187.5K
bc

TAKDIR KEDUA

read
33.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.2K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook