(5) Communication Clock

2495 Words
“Mau ke mana? Masih ada satu hal lagi yang ingin aku tunjukkan!” Mendengar nada perintah dari Peter, Rega kembali duduk manis di kursinya. Lavender dan Holly saling berpandangan, saling berkomunikasi lewat tatapan mata mereka. Sedangkan Tom, ia hanya terdiam, pandangannya menatap kedua lengannya yang sedang dia mainkan. Tampak seperti sedang memikirkan sesuatu. Peter pun beranjak dari duduknya, ia berjalan mendekati salah satu lukisan berukuran sedang yang menggantung di dinding, kemudian menggesernya ke samping sehingga tampaklah sebuah ruang kecil di baliknya. Tangannya terjulur mengambil sebuat kotak berwarna hitam dengan ukiran halus berwarna emas. 'Terlalu banyak rahasia di kastil ini', batin Rega sambil memperhatikan Peter yang sudah kembali duduk di kursinya. Pria berusia setengah abad tersebut membuka kotak yang tadi diambilnya. Sebuah cahaya terang muncul begitu kotak terbuka. Setelah cahaya itu redup, tampaklah empat buah jam tangan digital yang sangat cantik. Lavender, Holly, Rega dan Tom terpana dengan kecantikan jam tangan tersebut. Pasalnya, jam tangan itu berbentuk kotak dengan layar kecil di bagian atas, sedangkan di bagian bawah terdapat tombol-tombol mini yang entah untuk apa, jangan lupakan juga ukiran indah di pinggiran jam sehingga membuatnya begitu menarik. Keempat jam itu pun memiliki warna yang berbeda, yaitu ungu, merah muda, biru langit dan kuning. “Ambil sesuai warna karakter kalian!” perintah Peter berhasil membuyarkan keterpanaan keempatnya pada benda di hadapan mereka. Tanpa banyak bicara mereka serempak mengambil jam tangan tersebut. Holly yang sudah sangat jatuh cinta dengan jam tersebut langsung memakainya. Sedangkan ketiganya memperhatikan jam tersebut secara detail. Mengamatinya sambil dibolak-balik seolah mereka baru kali ini melihat jam tangan. Peter berdeham untuk mengalihkan perhatian empat remaja yang diramalkan sebagai Watchwizard itu. Tetapi mereka sama sekali tidak menggubris dehamannya. Peter menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. “Anak-anak!” seru Peter cukup keras, hingga akhirnya perhatian keempat remaja itu tertuju pada Peter. “Aku membuat jam tangan itu untuk memudahkan kita semua dalam berkomunikasi. Ini bukan jam tangan biasa, ada berbagai macam fungsi. Dengan benda ini kalian tidak hanya bisa berkomunikasi saja, kalian juga bisa saling melacak keberadaan rekan kalian. Dan fungsi istimewanya adalah, kalian bisa mendapatkan segala macam informasi dengan hanya mengetikkan hal yang ingin kalian ketahui seperti di internet,” jelas Peter panjang lebar. “Benarkah?! Hebat sekali!” Holly kembali menatap jam tangan itu penuh kekaguman. Gadis berambut coklat yang duduk di samping Rega mengamati benda itu sesaat, “Bagaimana cara kerjanya?” tanya Lavender kemudian. “Kurang lebih sama seperti ponsel. Jam itu hanya bisa melakukan komunikasi terhadap sesama pemakainya. Jadi, kalian tinggal menyebutkan nama orang yang ingin kalian hubungi,” Peter menjawab. “Oh begitu rupanya. Berarti kami tidak bisa menghubungi, Profesor?” Holly bertanya setelah selesai memakai jam itu di lengan kirinya. Pria paruh baya itu tersenyum, lalu menunjukkan jam tangan berwarna biru tua yang sama dengan mereka, “Tenang saja! Aku juga memilikinya.” Kemudian perhatian Peter tertuju ke arah Tom, dia pun refleks menggeleng-gelengkan kepalanya karena melihat Tom memakai jam tangan tersebut di lengan kanannya. “Tom! Kau harusnya memakai jam tangan itu di tangan kirimu!” seru Peter memberitahu. Sontak kedua alis Tom bertaut bingung, “Kenapa? Nanti tanda cantik ini tidak kelihatan,” sahutnya dengan wajah polos. Secara refleks Peter menghela napas panjang, “Justru itu. Kau harus menyembunyikan tandanya. Kalau sampai ada yang tau, Warlock akan segera membunuh kalian,” ujar Peter dengan nada serius. “Dia pasti akan menghabisi siapapun yang berani menggagalkan rencananya,” peringat pria paruh baya itu. Keheningan tiba-tiba tercipta, suasana mendadak keruh, hawa dingin tiba-tiba menyeruak membekukan segalanya. Hingga satu suara membuyarkan ketegangan yang sempat tercipta. “Kalau begitu, kita hanya perlu menghabisinya lebih dulu 'kan?” Seketika Tom dan Holly tercengang mendengar kata-kata Rega. Masalahnya, apa mereka bisa mengalahkan Warlock yang memiliki sihir hitam terkuat seantero bumi dan jagat raya yang luas ini? Lavender terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk membenarkan ucapan Rega, “Benar kata Rega. Kita harus bisa mengalahkan Warlock. Lord Hugeman sudah memberikan kepercayaannya kepada kita semua untuk menjaga dunia ini.” Holly dan Tom hanya saling bertukar pandang. Tapi kemudian, keduanya mengangguk dan tersenyum. Tanda bahwa mereka juga setuju. Peter tersenyum, bangga melihat pertemanan mereka yang seperti sudah bertahun-tahun. Padahal, ini adalah kali pertama mereka bertemu. “Oh iya, aku masih memiliki sesuatu yang belum kutunjukkan,” Peter menginterupsi suasana haru di antara keempat remaja tersebut, hingga perhatian semuanya tertuju ke arah pria paruh baya itu. “Lave, coba bayangkan sesuatu yang berhubungan dengan angin!” pintanya dengan antusias, seolah hal yang ingin dia tunjukkan benar-benar menarik. Dahi Lavender mengkerut bingung, merasa aneh dengan permintaan pria paruh baya itu. “Sesuatu yang berhubungan dengan angin?” Peter mengangguk mantap, “Ya, apa saja!” Meski masih tidak mengerti dengan permintaan Peter, gadis berambut coklat tersebut tetap melakukan hal yang pria itu perintahkan. Kedua matanya terpejam, pikirannya mulai dia fokuskan pada sesuatu yang berhubungan dengan angin seperti yang Peter minta. Hingga akhirnya, s*****a pita yang berada dalam genggaman Lavender berubah menjadi sebuah kipas tangan berukuran kecil. Seketika semuanya menganga takjub. “Kenapa bentuknya berubah?” Lavender hanya mampu memandangi kipas di tangannya dengan tatapan heran. Alih-alih menjawab, Peter justru tersenyum misterius. “Coba saja!” Kerutan di dahi Lavender belum hilang, meski begitu ia mencoba mengipaskan kipas di genggamannya dengan pelan. Angin pun berhembus lumayan kencang, menerbangkan kertas-kertas, rambut dan berbagai benda lain yang berbobot ringan. “Kipas itu s*****a elemen anginmu. Setiap elemen memiliki bentuk s*****a yang berbeda-beda,” beritahu Peter yang akhirnya menjawab kebingungan para Watcwizard. Sambil mengangguk-angguk pelan, Lavender memandangi kipas berwarna ungu muda yang penuh dengan hiasan gambar angin tornado. Dalam benaknya dia mulai bertanya-tanya mengenai fungsi sebenarnya dari s*****a berbentuk kipas tersebut. “Kipas sekecil ini bisa menghasilkan angin tornado?” tanya Lavender sembari memandang Peter penuh tanya. Peter, pria yang mengaku dirinya seorang Profesor itu menggeleng cepat, “Tidak! Kipas tersebut akan berubah menjadi besar saat elemen anginmu sudah keluar sepenuhnya.” “Bagaimana cara mengembalikannya ke bentuk semula?” Lavender kembali bertanya, ia bahkan sempat membolak-balik kipas itu sambil berharap dapat menemukan semacam tombol yang dapat merubahnya kembali menjadi gulungan pita. “Jika sudah merasa tidak dibutuhkan, dia akan kembali seperti semula,” jawab Peter. Dan benar saja, tak perlu membutuhkan waktu lama kipas itu berubah menjadi gulungan pita ungu muda. Sekali lagi keempat remaja tersebut hanya mampu menganga takjub. Ilmu sihir yang sempat mereka ragukan, kini terpampang nyata keberadaannya. Rasanya seperti kau baru saja terjun ke dalam buku dongeng anak-anak. Bagai mimpi, tapi nyata. Sungguh membingungkan. Belum sempat mereka menyelesaikan kekagumannya pada hal yang baru saja mereka lihat, Peter lagi-lagi menginterupsi, menghancurkan euforia keterkaguman mereka. “Milik kalian juga bisa berubah. Tongkat Holly akan berubah menjadi sebuah panah. Mungkin, milik Rega dan Tom hanya akan berevolusi,” ucap Peter setelah membaca salah satu gulungan yang entah sejak kapan sudah ada di hadapannya. “Berevolusi?” Tom membeo, kedua alisnya mengkerut bingung. “Maksudnya, s*****a kalian akan naik ke level yang lebih tinggi.” Peter menjawab dengan mata yang masih terfokus pada tulisan di dalam gulungan. “Ada kekuatan yang luar biasa di setiap levelnya. Tongkat Holly bisa berubah menjadi panah yang mempunyai kekuatan mematikan, kekuatan itu disebut Death arrow. Artinya, siapapun yang terkena panah tersebut akan langsung mati di detik itu juga. Kau bisa membunuh ratusan orang hanya dengan satu anak panah.” Peter berdeham karena tenggorokkannya mendadak kering, kemudian lanjut membaca lagi setiap kata yang ada di sana. “Pedang milik Rega yang telah berevolusi memilki kekuatan super yang menyeramkan. Pedang itu bahkan mampu membelah gunung dalam satu kali tebas saja. Nama kekuatannya adalah Slab incisions.” “Sedangkan palu milik Tom, setelah berevolusi akan memiliki kekuatan yang sama menakutkan dengan pedang Rega. Kekuatan itu adalah Insidious hammering. Kekuatan itu dapat membuat bumi berguncang hebat, hingga mampu menyebabkan tsunami yang dahsyat,” lanjut Peter yang mana berhasil membuat Tom bergidik ngeri. Ketegangan kembali terasa, kali ini bercampur dengan kegelisahan yang begitu kentara. Suasana menjadi sedikit mencekam, raut kengerian tergambar jelas di wajah-wajah para Watchwizard. Dalam benak mereka bertanya-tanya, 'Bagaimana bisa Lord Hugeman memberikan kekuatan sebegitu mengerikannya pada kami?'. Memiliki kekuatan semengerikan itu bahkan tak pernah ada dalam mimpi mereka. “s*****a Lave tidak berevolusi, dia hanya berubah bentuk. Tapi sama menakutkannya dengan yang lain. s*****a Lave bisa menggabungkan dua bahkan tiga elemen sekaligus. Seperti air dan salju menjadi es. Lalu gabungan dari air, tanah, api menjadi Lava. Ada lagi api hitam, gabungan dari Api dan cahaya.” Peter masih lanjut berbicara, tanpa tahu bahwa ada seseorang yang kini ekspresinya telah berubah. Peter terdiam sejenak untuk memahami tulisan yang ada dalam gulungan tersebut. Air mukanya sangat serius, peluh sampai bercucuran di dahinya. “Kekuatan terkuatmu adalah Die blend. Itu adalah kekuatan terkuat dari yang lainnya. Die Blend merupakan gabungan dari seluruh elemen yang kau punya. Ia bisa menghancurkan setengah dari bumi ini.” Hawa dingin terasa menyentuh tengkuk mereka secara halus, menghantarkan rasa takut yang kini lebih mendominasi. Tubuh mereka membeku, untuk sekedar berkedip pun terasa begitu berat. Apa yang dikatakan Peter benar-benar sulit dipercaya. “Hm... hanya itu yang bisa aku beritahu untuk sekarang. Aku membutuhkan waktu dua hari untuk mempelajari gulungan ini,” ucap Peter sembari menggulung kembali gulungan yang tadi ia baca. Wacthwizard saling terdiam, tatapan mereka kosong. Tubuh mereka bergetar, keringat dingin membasahi dahi dan telapak tangan mereka. Sebelumnya tak pernah mereka sangka, takdir sebagai Watchwizard ternyata seberat ini. 'Kenapa harus aku yang memiliki kekuatan paling mengerikan di sini? Aku hanya merasa tidak yakin bisa mengendalikannya', keluh Lavender dalam hati sembari meremas ujung bajunya. Kepalanya menunduk, bayangan hitam tampak menggantung di wajahnya. Peter hanya bisa memandangi mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. Terbesit harapan dan rasa iba di dalam tatapannya. Dia mengerti, pasti mereka sangat terkejut dengan kekuatan yang mereka miliki. Apalagi keempatnya masih sangat muda. Tentu dia juga akan sangat terkejut jika ada di posisi mereka. Peter sendiri juga tidak bisa menjamin mereka bisa mengendalikan kekuatan sebesar itu. Akan tetapi, takdir itu sendirilah yang telah memilih keempatnya. Tak ada yang bisa mengubah kenyataan tersebut. Takdir telah mengikat mereka semua. “Sudah sore, ayo kita makan dulu. Setelah itu baru aku akan mengantar kalian pulang,” seru Peter sukses membuyarkan lamunan keempat remaja itu. Secara kompak perhatian mereka tertuju ke arah Peter yang kini sudah beranjak dari duduknya. Pria paruh baya itu hanya mampu menghela napas panjang tatkala melihat raut lesu di wajah para Watchwizard. Tak ada sorot penuh semangat sedikitpun di mata mereka. Hal tersebut tentunya membuat Peter prihatin. “Jangan khawatir, aku akan membantu kalian!” ujar Peter sambil tersenyum meyakinkan, mencoba membangun kembali harapan mereka. Meski masih tampak lesu Rega, Tom dan Holly sudah beranjak dari duduknya. Tapi Lavender, gadis berambut coklat itu masih terdiam di tempat. Ia menunduk dalam, bibirnya melengkung ke bawah, matanya tak terlihat karena terhalang bayangan hitam yang menggantung di wajahnya. Sikapnya tak urung mengundang tanda tanya dari ketiga Watchwizard yang lain. “Kenapa, Lave?” Peter berinisiatif, bertanya dengan nada halus karena dia yakin gadis yang satu ini tengah memendam perasaannya. Untuk beberapa detik Lavender tampak terkejut karena tiba-tiba ditanya, tapi kemudian ia dengan cepat menggeleng. “Eum... tidak ada!” Akan tetapi Peter tahu ada yang gadis itu sembunyikan, “Ada yang ingin kau katakan?” tanyanya sembari mengusap bahu Lavender pelan. Sekali lagi Lavender terlihat terkejut, namun dia sembunyikan dengan senyum tipis serta gelengan kepala. “Tidak, Profesor!” Peter baru saja akan mengangguk maklum sebelum senyum tipis di wajah Lavender berubah menjadi ekspresi penuh harap, “Tapi... anu, Profesor. Bolehkah aku meminta sesuatu?” mohon Lavender dengan wajah memelas. “Apa itu?” Lavender tampak ragu, ia bahkan sempat menggaruk pipi kanannya dengan gelisah. “Aku... ingin meminjam buku harian milik Lord Hugeman!” ungkapnya kemudian. Kedua alis Peter sontak bertaut, ia terdiam. Menimbang-nimbang permintaan dari Lavender. Tak lama pun dia mengangguk seraya membuka peti meja berbentuk bundar yang ada di hadapannya. Lalu mengambil sebuah buku tua berwarna coklat dengan ukiran halus dipinggirannya. Lavender tersenyum lebar tatkala menerima buku itu dari Peter. Dengan semangat tangannya langsung meraih sampul buku hendak mengintip isinya. Akan tetapi, senyum di wajahnya seketika luntur setelah menyadari bahwa buku tersebut digembok. Detik itu juga Lavender menekuk wajahnya kesal Melihatnya ketiga Watchwizard yang lain beserta Peter tertawa ringan,  merasa terhibur dengan tingkah Lavender yang terbilang langka itu. Tak ingin membuat anak didiknya menunggu lama, Peter mengambil sebuah patung kayu berbentuk beruang kemudian membelahnya menjadi dua bagian. Watchwizard hanya bisa memperhatikan saat pria paruh baya itu mengeluarkan sebuah kunci berwarna silver dari sana. “Ini kuncinya, tolong jaga baik-baik! Jangan sampai hilang apalagi jatuh ke tangan orang jahat!” peringat Peter ketika menyerahkan kunci tersebut pada Lavender. “Aku mengerti. Terima kasih, Profesor!” balas Lavender bersemangat sebelum menyusul ketiga temannya yang sudah menunggu di ambang pintu.   =»«=   Di atas meja makan sudah tersedia berbagai macam makanan yang terlihat enak. Mulai dari junkfood, seafood, salad, sampai desserts pun tersedia di meja makan yang panjang dan lebar itu. Berbagai macam makanan dan minuman dari seluruh penjuru dunia tertata rapi di sana. Rasa takut dan gelisah yang sedari tadi bersarang di hati kelima penyihir itupun lenyap seketika. Tom dan Holly berlari antusias ke arah meja tersebut. Mereka langsung duduk manis. Diikuti oleh Rega, Lavender dan Peter yang berjalan santai di belakang mereka. “Aku merasa sedang mendapat jamuan makan malam di kerajaan!” pekik Holly senang. Dia sudah meraih piring berisi seafood yang terlihat menggoda di matanya, lalu melahapnya penuh nafsu. Tom pun sama, dia mengambil sepiring steak yang begitu menggugah selera. Berbeda dengan Rega yang duduk santai sambil melahap sup jamur. Begitupun Lavender, ia hanya duduk tenang melahap roti sandwich berisi sosis ketika Holly dan Tom berseteru merebutkan minuman. “Hm.. Profesor!” panggil Rega setelah menyuapkan potongan jamur ke dalam mulutnya. Peter yang tengah menikmati kopi panasnya menaikkan sebelah alis, lalu meletakkan gelasnya di atas meja. “Ada apa, Rega?” “Apa Warlock mengetahui kastil ini?” tanya Rega kemudian, saat ini pemuda berambut hitam legam itu sudah menyingkirkan mangkuk supnya dan fokus memperhatikan Peter. “Yang pasti, tidak!” Peter memperbaiki posisi duduknya. Kemudian menopang wajahnya menggunakan kedua tangan. Pandangan mata pria paruh baya tersebut menerawang ke luar jendela yang berada di samping meja makan. “Kastil ini dilapisi pelindung khusus yang sangat sulit dihancurkan. Pelindung itu berfungsi untuk mentransparankan kastil dan menghilangkan auranya. Jadi, jika dilihat dari luar kastil ini hanya tampak seperti gumpalan kabut tebal. Penyihir kuat sekalipun tidak akan menyadari keberadaan kastil ini!” jelas Peter. Rega mengangguk-angguk mengerti, “Pantas saja aku baru mendengarnya. Pasti Lord Hugeman itu sendiri yang membangun kastil ini.” Seketika Peter menjentikkan jarinya heboh, “Tepat sekali!” Lavender yang sedari tadi mendengarkan kini tampak tertarik ingin bergabung, usai menghabiskan roti sandwich-nya ia melipat kedua tangannya di atas meja. “Kalau boleh tahu? Dimana keberadaan Warlock beserta penyihir kegelapan lainnya?” tanya Lavender dengan nada tenang. Dengan mulut yang penuh dengan saus, Tom tiba-tiba menyahut, “Penyihir kegelapan? Sebutan yang bagus juga!” “Mereka ada di Planet Dusky. Markas para penyihir dengan sihir hitam. Iblis dan monster juga salah satu dari bagian mereka. Bisa dikatakan kalau planet itu adalah tempat perkumpulan makhluk kegelapan,” Peter menjawab, tatapannya tertuju ke arah langit. Lantas, para Watchwizard langsung ikut memperhatikan hal yang sedang diperhatikan Peter. Dan baru mereka sadari jika di atas langit sana, terlihat jelas ada sebuah bola berukuran sedang berwarna hitam kelam. Aura kegelapan sangat terasa saat menatap bola yang tak lain adalah Planet Dusky itu. Sinar kelamnya sedikit membuat matahari meredupkan sinarnya. “Hanya makhluk yang memiliki kekuatan yang bisa melihat planet Dusky. Manusia biasa tidak akan bisa melihatnya,” ucap Peter memberitahu. Lalu pria itu menghembuskan napas kasar, “Aku yakin, pasti di sana Warlock sedang melacak keberadaan Magic crystal dan juga keberadaan kalian.” Peter berucap tanpa mengalihkan pandangannya. “Sebegitu terobsesi kah ia memilki Magic crystal?” tanya Holly sewot, tampak tak suka mendengar ucapan Peter. Pertanyaannya itu membuat perhatian Peter beralih ke arah gadis berambut pirang yang kini sibuk melahap ice cream vanilla setelah tadi menghabiskan satu piring seafood, “Tentu. Tujuannya hanya demi menguasai semuanya. Membuat seluruh jagat raya bertekuk lutut di bawah kakinya.” Dengan serentak, Tom dan Holly berseru, “Dasar gila!”   =»«=        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD