Chapter 3

1481 Words
aku nggak mau kamu atur, jika memang iya ada aturan. tolong, seenggaknya kamu tau batasan. -Madness of brothers- Gian dengan tampang polosnya duduk manis di ruang keluarga di kelilingi ketiga kakaknya. 'Introgasi, adalah sebutan yang tepat untuk keadaan saat ini. apalagi sekarang, tanpa di duga cewek itu, kakak sepupunya, ikut setelah pulang sekolah. Gian pikir sepupunya masih ada di paris bersama kedua orang tuanya. menurut Gian cowok menyebalkan itu hanya beralasan saja untuk mengganggunya. dan ayolah! apa apaan ini? Masa, hanya karena gian pergi keluar rumah mesti kayak gini sih? oke, mungkin bukan itu penyebab utama mereka marah, dia akuin kalo kali ini dirinya salah, karena mewarnai rambut dan sejujurnya gadis di keluarganya memang tidak ada yang boleh mewarnai rambut, bisa di bilang ini adalah semacam tradisi di keluarganya. dan baru saja dirinya melanggar hal itu, yang membuat mereka sangat marah. tapi, lagi pula ia cuma merubah rambutnya dengan gaya peacock dan mencat kukunya hitam. "kakak, ih.. ini tuh, nggak berlebihan!" Gianina merenggut kesal. ketiga kakaknya menatap tidak percaya, dengan perkataan Gianina yang seakan ini bukan masalah besar. Mereka begitu kaget saat pertama kali melihat penampilan adik perempuannya ini. "gian, kamu tau ini melanggar tradisi di keluarga kita." Bastian menatap lurus pada adiknya. segera, gadis itu memalingkan muka. "Gian, nggak tau.. kalo ada tradisi semacam ini di keluarga kita." kali ini, dia memelankan suaranya. "iya, apa sih yang lo tau?" celetuk sebuah suara, "tau lo kan ileran doang." kekehnya, tampang tengilnya tidak pernah lepas dari wajah tampannya. semua mata mendelik ke arahnya. bodoh banget sih Sam. dia nggak tau apa, ada yang lagi bersiasat untuk mengembalikan situasi? Giani menggeram dengan kesal dalam hati. kalo bukan dalam keadaan mendesak begini cewek itu pasti akan dengan senang hati menendang wajah tengilnya itu. "tapi bagus sih, cocok buat lo. tambah childish jadinya." dia terkekeh yang menurut cewek itu begitu menyebalkan. menekan kuat-kuat rasa kesalnya, ia mengabaikan sepupunya itu, dan lebih memilih meneruskan siasatnya. ia memandang Bastian. "kakak.. " rengeknya. cowok itu mendengus melihat adiknya lagi-lagi merengek padanya. "kamu ngapain ini beli barang sampah kayak gini?" Gionino mengeluarkan barang belanjaan adiknya. ada rok pendek di atas lutut, gelang, baju ketat, apapun itu di keluarkan sampai berserakan di lantai. "kakak! jangan di berantakin ih! ini, itu yang lagi tren tau!" sungutnya kesal. Gionino mengabaikannya. cowok itu melirik Aldrian. "lo kenapa nggak cegah Gianina?" "Lo pikir begitu!" Jawab Aldrian ketus. Terdengar helaan nafas kasar Bastian. "Gian besok kita pergi ke salon dan semua barang yang tidak layak pakai bakal di sumbangkan atau di buang saja." Putus Bastian. "Menurut kakak begitu? nggak bisa! Gian nggak akan biarin kakak buang barang-barang yang baru Gian beli!" Protesnya. "Tidak ada bantahan untuk itu. dan kamu harus ikut kakak besok." Bastian pergi ke atas. Mungkin masuk ke kamarnya untuk mandi. Dan, artinya masuk sekolahnya di tunda lagi? Tidak! Sudah cukup dirinya terkurung di rumah menjalani homeschooling. "Kakak.. " rengeknya manja biasanya berhasil membuat mereka luluh apa lagi saat memasang puppy eyes nya. Aldrian mendengus mencoba tetap fokus pada psnya sedangkan Gionino mengacuhkannya dengan bermain game online di ponselnya. Tapi Giani tetep tidak akan nyerah. "Kak Gion.. mau kan? bantuin Gian bujuk kak Bas.. ya, ya, yah? plese.. " katanya sambil merapatkan kedua tangan nya di depan d**a. memohon. "Percuma! Itu nggak akan berhasil, lagi pula itu hukuman yang pantas buat kamu!" "Terima saja hukuman lo gadis manja!" Celetuk Sam. Plak! "Adaw!" Ringis Sam mengusap kepalanya. "Mending diem deh! atau mau gian tabok lagi ya!" Ancam Gianina melotot ke arahnya. cowok itu hanya cengengesan. cewek yang saat ini penuh siasat di otaknya yang kecil, sedang berusaha meredakan amarah kakaknya. Gianina pikir jika semua kakaknya sudah begini, tidak ada cara lain selain nekad untuk tetap pergi. dan itu, apapun caranya. cewek itu beranjak dari duduknya lalu berjalan pergi ke atas kamarnya berada. Saat di tangga ia berhenti sejenak, menatap satu persatu kakaknya. "Gian akan tetap pergi sekolah dan Gian pasti kan kalian nggak bakal bisa menghentikanya."ancamnya, lalu melanjutkan langkahnya kembali. "Dasar keras kepala." kata Gion pelan tapi masih bisa di dengar. "Gue rasa ancamannya serius." Ucapan Sammy terdengar serius. "Memangnya kapan dia tidak serius dengan ancamanya? Terakhir dia mengancam akan nyetir mobil sendiri jika kami tidak mengajari secepatnya dan dia membuktikan ucapannya" jelas Gionino mengingat masa lalu. "dan berakhir di rumah sakit." Tambah Aldrian. Sammy meringis mendengarnya dan menatap mereka serius. "Gue rasa kalian harus cari cara menghentikanya." Kata Sam. Mereka mengangguk setuju. -Madness of brothers- Malamnya Giani memikirkan cara bagaimana dia harus berangkat ke sekolah tanpa di ketahui ketiga kakaknya. yang sudah pasti itu sangat mustahil. Arrrgggh!! cewek itu mengerang kesal bagaimana cara dia bisa pergi coba? yang sudah pasti di luar kakaknya bakal bergadang semalaman karena sepupu mereka Sammy ada di rumah untuk menginap beberapa hari. orang tuanya sedang dinas keluar negeri. Kenapa sih, si bodoh itu harus nginap di sini? Menyebalkan banget. Sudah waktunya makan malam tapi Gianina tidak juga turun. Ia akan tetap keras kepala dan tidak mau berhenti merajuk sampai kakaknya itu tidak akan pernah membawanya pergi ke tempat mengerikan bernama salon besok. Dan lebih memilih pergi ke sekolah. Tidak peduli jika sikapnya ini seperti anak kecil sekalipun. "Gian jangan bodoh! Kamu kira dengan sikap kamu kayak gini Bastian bakal ngerubah keputusanya begitu saja? Tidak akan! Lagi pula salahmu sendiri ngapain kamu ubah rambut kamu kayak gin--" cerewet pikirnya. Gian tidak bergeming masih tetap diam bergelung di bawah selimutnya. Tidak menghiraukan ocehan kakaknya. Gionino tidak menyerah membujuk adiknya. "Jangan keras kepala Gian cepat bangun! Kita makan malam di bawah." Gion berusaha menarik selimutnya "Cepat bangun! Kamu harus makan!" "Tidak mau!" teriaknya di balik selimut. Gion menghela nafasnya, dia menyerah dan kembali kebawah. Di meja makan mereka melihat Gion turun tanpa adik bungsu mereka bersamanya. Mereka menghembuskan nafas lelah sudah tau dengan hasilnya, Gion gagal membujuk adik mereka untuk makan. "Gue bawa makanannya ke atas." ucap Aldrian membawa nampan berisi makanan di tanganya. Aldrian masuk ke kamar adiknya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. cowok itu hanya menaruh nampan di nakas lantas ikut berbaring di sebelah adiknya yang bergelung di balik selimut tanpa mengucapkan sepatah katapun. merasa ada pergerakan di sebelahnya lantas tidak membuat dirinya langsung membuka selimut sampai akhirnya ia penasaran karena hanya ada keheningan cukup lama, tidak ada suara yang membujuknya seperti Gionino beberapa menit lalu. Giani sedikit terkejut mendapati kakaknya, Aldrian yang sedang memainkan ponsel di tangannya, tanpa suara bujukan dari bibirnya. cuek. cewek itu merengut dengan sikap dingin kakaknya yang satu ini. kok ada ya cowok sedingin ini. tidak sengaja matanya melihat nampan berisi makanan di nakas. Giani melirik kakaknya. lalu cewek itu menarik kedua sudut bibirnya. Kakaknya yang satu ini memang paling mengerti dirinya. Sebenarnya cewek itu bukan tidak mau makan tapi Ia hanya tidak mau bertemu atau pun berbicara pada kakak-kakaknya. Lagi pula dia itu bukan gadis bodoh 'tidak mau makan' sebagai aksi merajuk seperti ke banyakan orang i***t menyiksa diri sendiri kelaparan. Masih banyak cara untuk merajuk bukan? Saat sedang asik menikmati makanannya Gian di kejutkan oleh kedatangan tiga orang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya. "Gion lo peralatan sekolah di meja, Sam sepatu dan tas, gue baju seragam!" Perintah Bastian. Gianina melotot terkejut. mereka, mengambil semua barang- barang untuk sekolahnya tanpa terkecuali. cewek itu melompat panik dari kasurnya berusaha menghalangi Gionino di meja belajarnya. "Kakak! Hentikan!!" Gian berseru panik. "Kakak!! Jangan sentuh barang barangku!" Gianina menghalangi Gion yang akan mengambil alat tulisnya. "Gian minggir!" "Tidak!" Bentak Gian histeris sambil menggeleng. Lalu matanya tidak sengaja melihat Sammy. Oh tidak! "Sammy!! Jangan sepatunya!!" Gian berlari panik kearah cowok tengil itu di rak sepatu. Gian berusaha merebut sepatu di tangannya. akhirnya mereka berdua jadi saling menarik sepatu tersebut. "Sam! Lepaskan sepatu gue!!" "Lo yang mesti lepasin!" "kak Al! Bantuan gian, kenapa?!" teriak gian menoleh ke arah Aldrian. Aldrian hanya diam melihat ke kacauan yang terjadi. dalam hati cowok itu menikmati pertunjukan yang ada di depannya. Bastian membuka lemari pakaian adiknya lalu mengambil seragam sekolahnya. dan itu tidak luput dari perhatian Giani. "kak, Bas! Jangan ambil bajuku!!" Gian melepas pegangan di sepatu secara tiba-tiba membuat Sam yang saat itu sedang menarik sepatu terjungkal kebelakang. cowok tengil itu mengumpat, bokongnya terasa nyut-nyutan. Gian berlari, mencoba meraih seragam sekolah yang ada di tangan kakaknya tapi dengan cepat dia menjauhkannya dari jangkauan tangan Gianina. tidak butuh waktu lama mereka bertiga sudah selesai. semuanya tanpa terkecuali. "Dengan begini kamu tidak akan bisa pergi." ujar Gionino. Bastian dan Sam mengangguk. Gianina menggeleng. tangannya mencoba meraih buku yang ada di tangan Gionino. tapi cowok itu dengan sengaja mejauhkannya dengan mengangkat tinggi-tinggi. "balikin kak!" "nanti. kakak bakal balikin ini setelah kakak yakin kamu bener-bener sehat buat balik sekolah lagi." ucapnya tegas. cewek itu mengerang frustasi. "Mengertilah Gian.." kata Bastian sambil berlalu pergi yang di ikuti Gion dan Sam di belakangnya. "Kalian tidak bisa memperlakukan aku seperti ini!!" teriaknya marah. Dadanya naik turun karena emosi. "Kakak! harusnya membantuku!! Bukan diam saja!!" "Menurut kamu itu berhasil?" ia mengerang. "Tapi setidaknya kakak membantu!!" "Percuma." Balas Aldrian tenang. -MadnessOfBrothers-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD