Part 2 (Kapan Nikah?)

756 Words
Bukan ku tak ingin mencari dan bersama dengan orang baru, karena sering kali orang baru yang kutemui selalu saja mampu mengingatkanku pada masa lalu. "Kak." panggil Ken. "Hmm." jawab Wafi sambil tetap fokus pada ponsel pintarnya. "Kakak ihh." panggil Ken lagi dengan nada sedikit manja. "Apa sih dek?" jawab Wafi yang lagi-lagi tetap fokus pada benda kecil di tangannya itu. "Aku kan kesini mau liburan tapi malah di rumah terus. Kakak juga pacaran mulu tuh sama Hp-nya, aku bosen tau kak." jawab Ken. "Kakak kan masih harus ngontrol kerjaan di kantor dek. Iya kamu libur, nah kakak kan meliburkan diri cuma buat nemenin kamu." jawab Wafi sekenanya. "Nemenin apaan, orang aku tetep kesepian." jawab Ken. "Yaudah kamu ngobrol sama kakek nenek aja sana. Kakak masih sibuk nih, nanti kalau kerjaan kakak udah beres kita jalan-jalan." janji Wafi pada Ken. "Yaudah kerja aja terus. Pokok adek ngambek sama kakak!!" jawab Ken yang masih cemberut sambil melempar bantal ke arah Wafi. Sedang Wafi masih tidak menanggapi kejengkelan adeknya itu. "Cucu-cucu nenek ini kenapa sih kok berantem terus?" ucap nenek yang baru bergabung dengan mereka berdua. "Ini nih nek Kak Wafi ngurusin kerjaan mulu. Kan aku juga pengen jalan-jalan." jawab Ken sambil memeluk neneknya. "Hmm, kamu itu le dari dulu nggak berubah. Ajak adekmu ini jalan-jalan, kan disini banyak pantai." ucap neneknya. Sedang Wafi hanya menarik nafas lesu. "Kamu itu Waf, kerjaan mulu yang kamu pikirin. Kapan kamu mau nikah?" ucap kakek yang baru datang. Skak mat!! Wafi adalah pria usia 27 tahun. Beda 7 tahun dengan Ken. Dia seorang pengusaha muda yang dibilang sudah cukup sukses. Tampan? Iya. Keren? Yes. Mapan? Jangan ditanya lagi!! Sudah menikah? Jangankan menikah, pacar aja nggak punya!! Selama ini ia menghabiskan masa mudanya hanya dengan bekerja dan bekerja. Bahkan ia sendiri jarang meluangkan waktu untuk keluarganya. Namun ia akan meluangkan waktu untuk selalu mengontrol pergaulan adik perempuannya, Ken. "Nah, jawab tuh kak pertanyaan kakek. Bingung bingung deh. Haha." ucap Ken bahagia setiap kali kakaknya ditanya masalah pernikahan. "Hmm, Wafi masih belum nemu calonnya aja kek." jawab Wafi yang sedikit mulai cemas. "Belum nemu apa emang nggak mau nyari?!" lagi-lagi skak mat!! "Bilang aja belum bisa move on kak." ucap Ken asal. Wafi mulai melotot ke arah Ken seakan ingin menerkam adik perempuannya itu. "Kalau emang kamu nggak bisa nyari, biar kakek yang nyarikan. Banyak cucu temen-temen kakek yang masih belum menikah." jawab kakek. "Oh iya itu kek, cucunya si Ali siapa wes namanya? Mar..mar...?? Tanya nenek. "Maria?" nenek menggeleng. "Marsha?" nenek kembali menggeleng. "Mar..mar..." lanjut nenek masih mengingat ingat. "Martha?" timpal Ken. Nenek masih menggeleng. "Mar...mar..Markonah. Iya Markonah, dia juga masih belum nikah kan kek. Gimana kalo kita jodohin sama dia aja?" jawab nenek. "Bwahahahha. Ujung-ujungnya Markonah juga namanya." Ucap Ken sambil tertawa. "Hus, kamu itu malah ngetawain." jawab kakek ke arah Ken. "Nggak ah Kek Nek, Wafi nggak mau dijodoh-jodohin. Wafi bisa cari sendiri, ya emang belum nemu yang cocok aja." jawab Wafi sambil mengacak rambutnya. Ken nampak sedang memikirkan sesuatu. Iya teringat dengan seseorang yang sepertinya cocok untuk kakaknya. "Mbak Runi, iya mbak Runi!!" ucap Ken spontan. "Runi?" tanya kakek dan nenek bersamaan. "Iya kek nek. Kayaknya mbak Runi cocok deh sama kak Wafi. Cantik, sederhana, sholehah lagi." jawab Ken sambil membayangkan wajah Runi yang meneduhkan. "Apaan sih dek, orang nggak kenal juga!" jawab Wafi malas. "Nah kalau memang sudah ada calonnya yaudah ayo kita lamarin buat Wafi." jawab kakek. "Kakek!!" ucap Wafi. "Nah ya itu masalahnya, Ken lupa minta nomor Hp-nya mbak Runi kek. Padahal Ken udah srek banget kalau mbak Runi jadi kakak ipar Ken." jawab Runi. "Itu namanya nggak jodoh dek." timpal Wafi. "Pokoknya besok Ken mau main ke daerah kampus. Ken mau nyari mbak Runi sampai ketemu. Dan kak Wafi harus nganterin Ken." jawab Ken. "Ihh, cari aja sendiri. Kakak mah sibuk!!" jawab Wafi sambil berlalu menuju kamar, menghindari perdebatan masalah pernikahan yang tidak pernah berujung. Siapa yang tidak ingin menikah secepatnya? Semua pasti ingin. Bagi seorang Wafi bahkan secara fisik dia telah mampu dan siap. Namun bagaimana dengan hatinya? Rasa trauma tentang cinta lalu bahkan masih sering berputar-putar di pikirannya. Perselingkuhan, kebohongan, penghianatan, semua itu seakan selalu mampu tergambar jelas di benaknya. Bahkan bertahun-tahun berlalu tak membuat ingatanya tentang wanita itu hilang begitu saja. Meski sekarang seakan ada senja baru yang sedikit merebut penglihatan hati dan jiwanya. Walaupun dia sendiri masih belum mampu meyakinkan dirinya bahwa ia jatuh cinta. Mungkin ia hanya terpesona dengan wajah teduh sang senja baru. Karena baginya senja baru itu terlalu sempurna untuk dirinya. Ya semoga memang jodoh secepatnya akan berpihak padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD