BAGIAN 6 | PENANGKAPAN PELAKU

1686 Words
“Apa gadis ini adalah salah satu pengunjung hotel?” “Benar tuan, kami juga sudah memeriksa identitas yang Anda inginkan. Namun sepertinya kami keliru akan hal itu, identitas yang gadis itu berikan adalah palsu!” Aku menghela nafas, ini sudah aku duga sebelumnya. Yuwen dan Oschar terlihat keluar dari dalam lift, membuatku lekas bergabung dengan mereka. Mereka tidak bertanya apakah aku berhasil mencari data wanita itu atau tidak, aku yakin raut wajahku sudah memberi mereka jawaban. Kami berjalan keluar dan memasuki mobil hitam. “Selamat malam Sir.Oschar dan tuan-tuan sekalian!” sopir menyambut kehadiran kami dan membukakan pintu. Tiba di mobil, Yuwen masih sibuk dengan layar komputer yang berada di tangannya. Sesekali terdengar umpatan dari mulutnya. Aku menatap Oschar dari kaca spion depan. Namun aku tidak berniat untuk mengganggunya. Mobil melaju di tengah badai, pohon-pohon di sekitar bergoyang dengan hebat. Beberapa bahkan ada yang tumbang. Semakin subuh, sepertinya badai semakin besar. Aku mengeratkan mantel dan juga menyembunyikan tanganku yang terasa begitu dingin ke dalamnya. Perlakukan yang sama juga terjadi pada Oschar. “Tuan, aku mendapat info jika para pelaku itu terlihat di stasiun kereta api bawah tanah sekitar 30 menit yang lalu.  Karena stasiun terus berjalan, aku rasa orang yang Anda maksud itu sudah bepergian dengannya. Apa kita harus menuju ke stasiun saja atau pergi ke pos pemberhentian?” Sopir itu menatapku dan Oschar dari kaca spion, jika harus mengejar gadis itu. Maka kemungkinannya, kami sudah tidak akan mendapati jejaknya. Bahkan jika kami mengejarnya sampai di perhentian pertama kereta api bawah tanah. Di pulau ini, semua stasiun kereta api memang bekerja 48 jam, jadi tidak ada waktu berhenti. Sekalipun tidak ada penumpang yang akan mereka bawa. “Apa kau mendapatkan sesuatu, Yuwen?” “Kita harus menuju pemberhentian kereta api kedua, baru saja aku meretas semua sistem keamanan CCTV di pemberhentian pertama. Sama-sekali tidak ada jejak darinya, aku pikir dia sedang menuju pusat kota di pulau ini? Atau kemungkinan kedua, mereka ingin kabur dengan kapal malam ini, mungkin dia ingin memilih resiko badai di laut!” “Kita menuju stasiun kedua!”seruku, mengambil keputusan. Sopir itu mengangguk, dan lekas menekan pedal gas, memutar balik arah tujuan kami. Jalanan lempang dan hampir tidak ada yang lewat di tengah badai ini, kecuali kami. Sesekali aku menatap ponselku, jaringan sepertinya mulai terganggu dan ini akan menyulitkan pekerjaan Yuwen. Kami mendapat beberapa informasi mengenai pembunuhan itu dari tetangga gadis yang terbunuh. Saat tengah melewati jalanan, tidak sengaja aku melihat sebuah mobil hitam berbelok di depan salah satu gedung dan memasukinya dengan tergesa-gesa. Aku kembali menatap ke depan. Tiing—aku memegang kepalaku, telingaku tiba-tiba berdengung seperti beberapa hari lalu. Aku memegangi dashboard mobil, berusaha untuk menekan rasa sakitnya. “Mereka tidak akan tahu jika kita pergi malam ini! Badai akan reda sebelum kita mencapai tengah laut, sebaiknya kita pergi saja!” “Lio, kau tidak apa-apa?” Aku menatap ke belakang, tangan Yuwen memegang pundakku. Aku menggeleng, rasa sakit itu masih menyeràng kepalaku. Yuwen menyuruh supir memberhentikan mobil, dia keluar di tengah badai dan membuka pintu di sebelahku. Tangannya menekan leherku dan menekan tanganku secara bersamaan. Aku merasakan sakitnya perlahan mulai menghilang dan benar-benar menghilang saat Yuwen berhenti menekan leherku. “Sudah lebih baik?” Tatapanku tertuju pada tubuh Yuwen yang basah, kacamatanya bahkan berembun dan tetesan dari rambutnya menetes ke mantelku. Aku mengangguk, “Kau sudah basah!” “Syukurlah!” seru Yuwen dan kembali ke kursi belakang dengan pakaian yang benar-benar basah. Supir kembali melakukan mobil, hening, baik Oschar juga terlihat tidak ingin bicara. Aku menurunkan sandaran kursi. “Bawa mobilnya menuju pelabuhan pak, mereka menuju kesana!” seruku menatap sang sopir. Awalnya sosok paruh baya itu terlihat ingin bertanya. Namun aku lebih dulu memejamkan mataku sembari bersandar di sandaran kursi. Aku menaik turunkan dádaku, berusaha untuk menenangkan pikiranku yang mendádak kacau. “Minumlah, Lio. Aku membawanya untuk berjaga-jaga!” Pil berbentuk kapsul dengan warna merah, aku selalu mengkonsumsi obat ini jika tiba-tiba aku merasakan kejadian seperti tadi. Aku lekas meminum pil itu. “Istirahatlah, kami akan membangunkanmu jika sudah tiba di pelabuhan. Keadaanmu sepertinya tidak sedang baik-baik saja!” “Terima kasih, aku berhutang nyawa padamu!” Yuwen mengangguk dan tadi itu menjadi percakapan terakhir kami sebelum aku memilih untuk memejamkan mataku sebentar. Efek samping obatnya memang kuat, dan biasanya, aku juga susah untuk terbangun jika sudah mengkonsumsi obat ini. Yuwen mengganti mantelnya. Punggungnya yang basah sedikit membuatnya tidak nyaman, “kau bisa mengenakan mantel itu anak muda. Aku tahu punggungmu basah dan itu membuatmu tidak nyaman untuk bekerja!” Tatapan Yuwen teralih dan menatap Oschar, “Terima kasih!” Yuwen lekas mengenakannya, tangannya kembali bermain dengan lincah di atas keyboard. Tatapan Oschar sesekali menatap layar itu dan juga menatap Emillio yang terkadang mengigau. “Apa yang terjadi dengan Emilio? Aku tidak pernah mengetahui jika dia memiliki penyakit atau kelainan seperti itu. Bahkan, aku juga tidak tahu jenis obat apa yang kamu berikan padanya! Apa dia mengidap penyakit sesuatu yang serius?” Tangan Yuwen berhenti bermain di atas keyboard, dan menatap Oschar beberapa menit lalu beralih menatap Emilio. Helaan nafas terdengar dari mulutnya, bersamaan dengan tatapan Yuwen yang kembali memperhatikan layar monitornya. “Bukan sesuatu yang serius, tidak usah khawatir. Ingatkan aku untuk membangunkan dia, 15 menit sebelum tiba di pelabuhan. Dia akan sulit dibangunkan jika sudah memakan obat tadi!” *** “Aku tidak tahu sampai tahap apa Emilio akan bertahan!” “Tapi kita tidak bisa terus membiarkan dia hidup bebas, kita harus membawanya pergi!” “Apa kau tahu dimana keberadaannya?” Bahuku terasa bergoyang, perlahan sosok yang tadi berbicara itu menghilang. Mataku melihat sebuah cahaya dan mengikutinya. Badanku kembali tergoyang hingga aku melihat dengan jelas pantulan bayangan di depanku. Yuwen menatapku dengan legah, dan membantuku untuk berdiri. “Kita sudah sampai di pelabuhan, apa kau sudah merasa lebih baik?” “Kita sudah sampai?” “Ya, baru sekitar beberapa menit dan tidak ada orang sama-sekali di sini, Oschar sudah lebih dulu turun dari mobil. Aku sudah membangunkanmu sejak 15 menit yang lalu, dan kau terbangun sekitar 20 menit. Efeknya semakin bertambah parah, jika kau terus-terusan mengkonsumsi obat itu. Bisa saja nanti kau tidak terbangun sampai berhari-hari.” Aku keluar dari mobil, lalu menatap badai yang memang sudah reda dan Oschar yang menelusuri sekitar pelabuhan. Tidak ada kapal sama-sekali, semua kapal ada di daratan. Aku menghela nafas dan mengambil tissue, menghapus peluh keringat di dahiku. Wajah tadi, yang berada di dalam mimpiku terlihat sangat samar. Tapi meskipun begitu, aku juga tetap penasaran dengan siapa sosok yang berbicara itu. Tatatapnku tertuju pada Yuwen yang masih tetap melihatku, sebelah tangannya bahkan masih memegang lenganku. Sepertinya dia waspada jika aku kembali tumbang, seperti terakhir kali aku terbangun setelah mengkonsumsi obat tadi. “Aku sudah lebih baik, Yuwen. Terima kasih sudah melakukan pertolongan pertama, apa Oschar bertanya mengenai apa yang terjadi?” Yuwen mengangguk dan melepaskan tangannya, “Dia jelas bertanya, tapi aku tidak memberinya jawaban. Sebaiknya, kau juga tidak terlalu mempercayainya sekalipun dia dapat dipercaya!” Kami lekas berjalan menelusuri pelabuhan, aku tidak mungkin salah. Suara itu memang aku dengar dari arah pelabuhan. “Apa kau yakin mereka memang ingin melarikan diri di pelabuhan ini? Aku bahkan tidak melihat adanya kapal di sini!” seru Oschar “Aku sudah memeriksa CCTV di stasiun 2, tapi tidak ada tanda-tanda jika mereka juga berada di sana. Sepertinya, Lio benar. Tapi kemungkinan yang sedang aku pikirkan, mereka tidak pergi dari pelabuhan ini.” “CEPAT BAJINGÁN, KITA HAMPIR TERTANGKAP DI PELABUHAN!” Kami semua terdiam begitu mendengar teriakan itu dan refleks bersembunyi di balik tembok. Oschar mengambil senjatanya dan mengintip dari balik tembok. Aku menatap 4 pemuda dengan pakaian hitam, lambang berada di jubah mereka. Tidak salah lagi, mereka itu memang adalah orang yang aku lewati ketika berada di dalam lift. Tuttt…tuttt, dari arah barat, terdengar bunyi kapal. Kami lekas saling menatap, sepertinya aku memang tidak salah. Hanya saja kami tiba lebih dulu daripada mereka. Aku mengambil pistol dari Yuwen, dia menatap kami berdua. “Sepertinya akan terjadi pengejaran lagi, kita tidak bisa ketinggalan jejak mereka. Hanya mereka yang bisa membawa kita pada siapa suami dari wanita itu.” Aku mengangguk mendengar perkataan Oschar, kami keluar dari balik tembok dan dor—“Jangan bergerak jika kalian tidak ingin mati!” teriakku, mengarahkan bidikanku pada salah satu dari mereka. Keempat pemuda itu lekas berhenti, dan menaikkan tangan mereka. Kami berjalan mendekat dan terus mengepung mereka. Kapal itu masih berjarak sekitar 10 meter dari darat, kemungkinan kami menangkap mereka masih lebih banyak dari waktu mereka untuk kabur. Shut—“Awas, Oschar!”aku mendorong tubuh Oschar, pisau yang terlempar itu tidak mengenai siapapun. “Sialan, mereka kabur. Kejar mereka!” teriakku saat melihat ke-4 pemuda itu berlari. Yuwen mengejar salah satu mereka, dua lainnya berlari ke arah pesisir pantai. Aku mengejar mereka, dor—bidikanku meleset. Aku terus menembaki mereka dari belakang, entah apa yang terjadi padaku saat ini. Tapi sepertinya aku benar-benar kehilangan keseimbangan dan juga tidak bisa fokus. Dor—tembakan pertamaku yang berhasil mengenai kaki salah satu mereka. “Berhenti sialan!” teriakku mengejar yang satunya. Sosok itu berhenti dan bruk—pukulannya hampir saja mengenaiku. Pistolku terpental dari tanganku, badanku sedikit bergetar. Aku menghindari serángan sosok itu. Bruk—badannya terpental ke arah batu, kepalanya membentur batuan runcing dan darah keluar dari sana. Aku berdiri dan menghampirinya sebelum tiba-tiba aku mendapatkan serángan kuat di tulang punggungku. “arghh!”erangku saat merasakan sakit yang luar biasa. Aku menghindari serangàn dari sosok itu, dan menyerángnya balik. Aku mengepalkan tanganku, dan dor—begitu tanganku mendapatkan kembali pistolku yang tadi terlempar. Aku lekas menembak kepalanya, darah terciprat di wajahku. Aku berdiri dengan nafas yang tidak teratur, pukulan di tulang belakangku benar-benar memberikan efek yang luar biasa. Sekujur tubuhku bergetar, mataku terasa berat dan kepalaku begitu berat. Brukk—tubuh Lio terjatuh membentur batu, “Lio!” teriak Yuwen yang baru saja tiba. Beberapa polisi yang sudah mereka panggil lekas membantu Yuwen dan yang lainnya untuk mengamankan pelaku. Kapal yang hendak putar balik juga sudah dicegat dan beberapa kru di dalamnya di tangkap. Yuwen dan Oschar membawa Emilio ke dalam mobil dan melarikannya ke rumah sakit. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD