bc

Hai, Hangat!

book_age16+
805
FOLLOW
3.3K
READ
possessive
badgirl
CEO
drama
comedy
sweet
office/work place
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

(SEQUEL RIGE(AN) -- BISA DIBACA TERPISAH)

Dingin. Beku.

Adalah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Fera Ganesha. Gadis dua puluh enam tahun yang bekerja di sebuah perusahaan sebagai wakil ketua divisi IT itu tidak pernah terlihat dekat dengan lelaki. Selain teman dekatnya, tentu saja. Entah apa yang menjadikan gadis itu tidak seperti perempuan pada umumnya. Namun karena hal itu, banyak kaum adam yang mengagumi dari jauh tapi tidak berani mengungkapkan. Termasuk lelaki ketus satu ini.

Geandra Anggara Risolv, namanya. Lelaki galak berumur dua puluh tujuh tahun yang tidak pernah sekalipun berkata lembut pada perempuan. Baginya semua wanita sama saja. Manja, tukang merengek, berisik dan yang paling penting menyusahkan. Namun sayangnya, semua hal tentang perempuan--menurutnya, hancur lebur saat Fera datang padanya. Datang dan memberikan kesan baru pada pandangannya.

Bagaimana jadinya ketika kedua orang itu malah jatuh cinta? Bahkan berencana berpacaran?!

chap-preview
Free preview
Prolog
Tumpukan kertas mulai berdatangan silih berganti. Memenuhi meja milik lelaki dewasa yang tengah sibuk mengetik cepat di atas keyboard komputernya. Beberapa kali lelaki itu menggaruk keningnya kala data yang baru saja ia pegang harus segera diganti dengan berkas lain. Drrt. Drrt. Drrt. “Iya, Bang?” ujarnya kala mengangkat telepon. Lelaki itu sudah siap mendengarkan segala amarah dan juga koreksi dari atasannya yang sekaligus menjadi kakak kembarnya itu. “Lo beneran belum kirim data file yang tadi siang? Kok bisa? Sekarang udah jam 2, Ge. Udah mau deket ke waktu rapat.” Lelaki itu menelan salivanya kasar. Ia benar-benar lupa kalau hari ini adalah hari sibuknya. Kalau saja tadi ia sempat mengkopi data yang sudah dikirim, mungkin saat ini ia tidak akan mendapatkan wejangan dan amarah dari kembarannya. “Sorry, Bang. Gua tadi lupa ngekopi. Jadi sekarang baru dibuat lagi,” ucapnya penuh dengan penyesalan. “Kok bisa?! Ck, ya udah, gua tunggu sepuluh menit. Kalau udah selesai kirim ke gua. Gua harus cek dulu sebelum klient datang.” “Emang lo belum baca sama sekali?” Tanyanya bingung. “Gimana gua mau baca kalau filenya aja dikirim ke lo? Tadinya gua juga mau minta, tapi laptop mati. Lo udah baca?” “Udah, Bang.” “Oh, bagus deh. Kalau gitu lo aja yang wakilin rapat. Bisa gak?” “Hah? Kok gua?!” “Itung-itung nebus kesalahan lo. Udah dulu. Gua harus berangkat ke cabang selatan. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam.." Lelaki dengan nama lengkap Geandra Anggara Risolv itu menghela napas panjang. Setelah telat datang ke kantor dan mengalami kebocoran ban motor, sekarang Gean harus mengantikan Kakaknya rapat? Yang benar saja! Gean bahkan tidak berniat sama sekali untuk bekerja di kantor, dan sekarang malah menjadi bawahan sang kakak? Gean berdecak kesal. Ini memang kesalahannya sih, tapi apa harus datang ke ruang rapat? Tempat yang selalu ia hindari jika dirinya bersama dengan Kakaknya di kantor? Jujur saja, daripada ruang rapat, Gean lebih suka kantin kantor. Selain tempatnya yang lumayan nyaman, di sana juga Gean bisa memenuhi perutnya dengan segala macam makanan. Ck! Tau kalau hari ini akan berakhir semenyusahkan ini, tidak akan Gean datang ke kantor dan mengisi data absen. Tok. Tok. Tok. "Ini gua Akbar!" Ujar seseorang dari luar setelah mengetuk pintu. Gean hanya menjawab dengan gumaman. Lelaki itu kembali fokus pada laptopnya saat lelaki bernama Akbar itu datang ke ruangannya. Ada satu buah map berwarna biru yang Gean yakini adalah pekerjaan selanjutnya. "Mau nganter kerjaan?" Tanya Gean bosan. Akbar tertawa mendengarnya. Lelaki yang menjadi ketua divisi IT itu mengangkat halisnya melihat Gean yang menatapnya tajam. "Santai, Ge. Ini bisa lo kerjain abis rapat," jawab Akbar seraya menarik kursi agar bisa duduk berhadapan dengan Gean. Lelaki itu menaruh map yang ia bawa di atas tumpukan berkas dan map-map lain. "Banyak juga kerjaan lo." "Hmm," jawab Gean singkat. Lelaki itu menatap sebentar pada Akbar yang masih diam di tempatnya. "Ngapain lo masih di sini?!" Tanya Gean ketus. Akbar mendengkus mendengarnya. Lelaki dengan kemeja kotak-kotaknya itu menatap Gean dingin. Berbeda sekali rasanya jika bicara dengan Gean. Ya, memang sih Gean kan lawan dari Rian. Akbar menggeleng sebentar kepalanya. "Kenapa lo geleng-geleng kepala?" Tanya Gean lagi. Nada suaranya persis sekali perempuan yang sedang mendapatkan tamu bulanan dan disenggol. Persis sekali! "Nak Gean ganteng.. rapat abis ini kan tentang alat yang mau dipromosiin. Dan lagi, alatnya kan berguna buat divisi gua. Emang lo kagak dapet info dari Rian kalau lo sama gua yang hadir dirapat sekarang?" Gean mengernyit. "Emang sama perusahaan mana?" "Serius lo lupa?!" Tanya Akbar tak percaya. Gean mengedikan bahunya acuh. "Ge, lo serius udah baca semuanya sedetail-detailnya kan?" "Lo kira gua bohong?!" "Di sana ada nama perusahaannya, Ge!" "Oh, ST Group?" Tebak Gean setelah membacakembali data yang ada di laptopnya. Akbar mengangguk antusias. Sesekali senyumnya tercipta. Jelas saja membuat Gean mengernyit semakin dalam. Memang apa yang spesial dari ST Group? Perasaan perusahaan itu bukan perusahaan yang sangat berpengaruh untuk perusahaanya. "Apa bagusnya? Barang yang mau mereka promosiin juga bukan barang yang bagus banget, kan? ST group kan--" Akbar mengangguk semangat dengan mata yang lebar ketika Gean menghentikan ucapannya. "Fera?!" * "Sudah siapkan? Alatnya sudah dibawa?" "Sudah, Pak." "Bagus. Kalau begitu kita langsung berangkat." Fera mengangguk. Perempuan berambut sebahu itu membuka pintu mobil dan memasukinya secara perlahan. Ia mengecek sekali lagi barang-barang yang harus ia bawa. Setelah dirasa komplit, Fera menggeser tempat duduknya agar temannya bisa ikut duduk. "Nanti Bapak yang jelasin, kan?" Tanya Fera. "Iya. Kamu bawa aja barang-barang sama persiapannya. Kemungkinan nanti bakal ada tambahan barang di sana. Jadi tolong siapkan selagi saya presentasi." "Baik," jawab gadis itu singkat. Fera Ganesha. Gadis yang kini duduk nyaman di dalam mobil hanya bisa terdiam. Posisinya yang menjabat sebagai wakil ketua divisi, membuatnya harus selalu menerima keputusan dan juga hal-hal yang dikatakan oleh atasannya. Tangannya yang kini memegang satu tas laptop terulur ketika pria di sampingnya meminta laptop tersebut. Hari ini mereka akan pergi ke salah satu perusahaan besar guna melakukan kerja sama. "Kamu gak pakai rok?" Tanya lelaki di depan sana. Fera menatap kakinya lalu menggeleng. "Saya gak nyaman pakai rok, Pak," jawab Fera seadanya. "Padahal saya sudah kasih pesan sama kamu kemarin malamkan?" "Maaf, Pak. Tapi saya tidak biasa memakai rok." Lelaki di depan sana menghela napas. Memang bukan masalah jika salah satu pegawai perempuannya memakai celana ketimbang rok. Tapi di saat pertemuan seperti ini, apakah gadis itu tidak bisa mempercantik penampilannya? Setidaknya untuk acara pertemuan ini saja. Setelahnya, ia tidak masalah jika Fera akan memakai celana kembali atau meneruskan memakai rok. Ya, namanya juga Fera. Susah diberitahu. Padahal umur gadis itu sudah tidak muda lagi. "Sebentar lagi kita sampai, Pak," ujar sopir seraya membelokkan stir. Fera yang juga mendengar itu langsung mengambil laptop dan mematikannya. Membuat lelaki yang duduk di sebelahnya berdecak sebal. "Dikit lagi gua menang, Fer," bisik lelaki itu. Fera tidak menghiraukannya dan memilih memasukkan itu ke dalam tas. "Fer.." "Derren, lo masih untung dibolehin berangkat. Jadi mending diem deh," ketus Fera kesal. Lelaki yang Fera sebut sebagai Derren itu tersenyum kecil lalu mengangguk layaknya anak kecil. Membuat Fera mengedikkan bahu jijik. "Kita sampai. Fera, cek kembali barang-barangnya. Setelah itu turun." Fera mengangguk patuh. Mulai mengecek kembali lalu keluar dari mobil saat dirasa tugasnya selesai. Tangan kanan Fera memegang tas laptop sedangkan tangan kirinya memegang alat yang akan dipromosikan. "Selamat siang," sapa Fera pada resepsionis. "Ah, Ibu Fera dari perusahaan ST? Sebentar ya, Bu." Fera mengangguk canggung. Tidak menyangka mereka langsung mengetahui namanya. Ternyata ia sepopuler ini. "Ibu dan yang lain sudah ditunggu di ruang rapat. Ada di lantai 10. Ruangan sebelah kanan." Fera mengatakan hal yang sama pada lelaki di sampingnya lalu berterima kasih sebelum akhirnya naik ke lantai 10 menggunakan lift. Dug. "Eh?!" "Lho? Pake mata dong kalau lew--Fera?!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.6K
bc

My Secret Little Wife

read
97.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook