Begitu Nadira hendak berdiri dari kursinya di dekat air mancur mall, matanya menangkap sosok yang terasa familiar dari kejauhan. Seorang pria berpostur tinggi, mengenakan kemeja putih dengan lengan yang digulung, melangkah santai sambil menatap layar ponselnya. Sekilas, Nadira hampir tidak mengenalinya — sampai pria itu mengangkat wajah dan memandang ke arah yang sama. “Nadira?” suaranya terdengar jelas meski samar tertelan oleh riuh mall. Nadira spontan menoleh, sedikit terkejut, tapi kemudian wajahnya berubah cerah. “Tian?” serunya tak percaya. Pria itu tersenyum lebar, menghampiri dengan langkah cepat. “Astaga, ini beneran kamu? Nadira yang dulu duduk di belakang waktu kelas dua belas?” Nadira tertawa kecil. “Masih inget aja. Udah berapa tahun ya? Enam? Tujuh?” “Lebih, kayaknya del

